5

36.1K 2.6K 145
                                    

Bruk..

Brak...

Sudah tidak asing lagi bagi murid Klandestin melihat dua kubu terkuat bertengkar seperti ini, tidak ada yang berani memisahkan mereka, guru guru? Tentu saja tidak, karena menurut mereka itu bukan urusan mereka.

Baik Jordan maupun Chris sudah sama sama babak belur, sekali lagi, orang orang yang berada disana hanya menjadikan mereka tontonan, tidak ada suara lain selain pertengkaran mereka.

"LO BIKIN DIA NANGIS SIALAN" Chris mencengkeram kerah seragam Jordan begitupun sebaliknya.

"DARI TADI LO BILANG GITU, GUA TANYA DIMANA DIA BANGSAT, KENAPA GAK LO KASIH TAU GUA"

"Bel pacar Lo tuh" Mia salah satu sahabat Belle.

"Iya aku tau, mereka lagi lagi berantem gara gara aku, aku udah cape sumpah, gak tau harus gimana hadepin mereka, tiap hari berantem dan yang jadi permasalahanya itu sama, cuma satu, aku, kaya gak ada hal lain aja gitu, cape aku sama tingkah mereka berdua" ucapnya dengan raut wajah frustasi.

Puk..

Puk..

Mia menepuk bahu Belle sahabatnya.

"Pisahin gih, Lo kan pawangnya Jordan" perintah Mia.

Tentu saja Belle mengangguk dan langsung berjalan menuju Jordan dan Chris.

"Udah kak, udah" Belle menarik baju Jordan.

Tujuannya hanya satu, agar Jordan melepaskan Chris dan mereka tidak bertengkar lagi, itu saja.

Namun sayang tindakannya tidak di gubris sama sekali.

"Lagi pula aku gak nangis kok, dan kak Chris gak apa apain aku, aku fine, aku gak luka se-inci pun, dan kak gak usah cari cari aku, I'm here, aku disini kak, kakak gak usah khawatir karena aku baik baik aja" ucapnya.

"Halah kutu Medusa caper Lo" semprot Ivanna yang baru saja datang, ia terkejut saat melihat sang pujaan hati bertengkar kembali.

......

"Udah mendingan?" Tanya Ziar salah satu sahabat Chris.

Michi mengangguk.

"Lo?" Tanyanya lagi kepada Runa.

"I...iya kak" gugup Runa bagaimana tidak, ia takut karena saat ini, ia sedang berada di markas salah satu orang yang sangat ia hindari.

Ziar mengangguk saat ini mereka hanya bertiga di markas, karena Rainer salah satu sahabatnya yang lain sedang membelikan Runa dan Michi makan.

"Hai guys, ini makanan kalian" Rainer memberikan makanan yang ia beli kepada Runa dan Michi, yang tentu saja langsung mereka makan.

"Ada keributan apa di kantin?" Tanya Ziar.

"Biasalah mereka" acuh Rainer yang saat ini sedang terfokus kepada ponselnya.

"Siapa yang parah?" Tanya Ziar lagi, bukannya apa jika, perkelahian mereka sudah para maka ia dan Rainer harus turun tangan untuk memisahkan mereka.

"Imbang sih nggak, tapi si Jordan lebih parah, Lo tau sendiri kan Chris itu jago di bela dirinya, sementara Jordan lebih jago di soal balap dan ya Lo tau lah mesin, kalo di diemin lebih lama sih, Jordan yang tumbang" jelas Rainer.

Uhuk....

Michi tersedak.

Dengan segera Runa, Ziar dan Rainer memberikan minuman mereka, tanpa berbasa basi Michi langsung merebut minuman yang Runa sodorkan, dan meminumnya.

"Gua harus pisahin mereka deh kayanya"

"Iya pisahin gih, sebelum nya gak ada yang berhasil pisahin mereka, tapi inget jaga jaga jangan sampai luka" peringat Ziar.

Michi mengangguk dan langsung berdiri, kemudian berlari, dengan jahatnya ia melupakan Runa yang masih duduk disana.

"Emm k..kak?" Gugup Runa.

"Lo mau kesana?" Tanya Rainer.

Dengan takut takut runa mengangguk.

"Abisin dulu, baru kita anter"


.......

Huh.. huh ...

Nafasnya tersengal segal, ah ia lupa jika tubuh barunya cukup lemah.

Bruk...

Michi terduduk di samping lift.

Suasana koridor sepi membuatnya masa bodoh dengan keadaanya saat ini.

"Lemah banget sih" kesal nya.

"Wah wah wah ada gembel dari mana ini?"

Michi melirik seseorang yang menyebutnya gembel dengan tatapan sinisnya.

"Gua Edward Cullen" ucapnya dengan menyodorkan tangannya, mengajak Michi untuk berjabat tangan.

Lagi lagi Michi menatapnya, namun kali ini dengan tatapan, kesal, jijik, geli secara bersamaan.

"Okey bercanda nama gua Edward Richard, Agak aneh emang namaa gua, maklum lah anak pertama jadi gak usah di pikirin" ucapnya.

"Michael Van leeuweh"

"Lah princess, okey lah, mau kemana Lo, kenapa rebahan disini, gak estetik, bosen jadi anak orang kaya?" Tanyanya.

"Barusan dada gua sesak, udah lah banyak tanya lo, bantu gua diri" Michi mengangkat tangannya yang langsung di tarik oleh Edward.

Setelah berdiri Ed membantu Michi memasuki lift, meski awalnya ia tidak yakin dengan feeling nya, namun melihat seseorang di samping lift, dirinya langsung berpikiran jika Michi sudah pasti hendak memasuki lift.

"Thanks" ucap Michi begitu pintu lift terbuka.

"Sans" jawabnya.

Michi langsung berjalan menuju kantin.

Prang...

Suara pecahan gelas begitu nyaring di telinganya, dengan segera ia mencari sumber suara tersebut, namun matanya malah tertuju pada dua gadis yang sedang saling tarik menarik rambut, sementara di sisi lainnya ada dua siswa yang sedang baku hantam kemudian sisanya anak anak sedang makan dengan tenang, ya meski ada beberapa yang sedang asyik menonton kericuhan tersebut.

Michi kehabisan kata, ia tidak bisa berkata kata lagi, apalagi saat melihat siswa siswi lainnya makan dengan tenang, apakah ini pemandangan normal bagi mereka?

Setidaknya itulah kata kata yang terlintas di dalam otak mungil Michi.

"Lo duluan yang rebut calon tunangan gua, dasar kutu Medusa"

"Dia sukanya sama aku, bukan sama kamu, harusnya kamu sadar diri"

Mereka berdua saling menarik rambut kembali, terlihat di pipi salah satu siswi itu terdapat bekas cakaran yang memerah, sementara di siswi satunya terdapat luka di bagian sudut bibir.

























Hay Hay Hay.....

No Way Home  (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang