Chapter 15

6 2 0
                                    

Syukurlah hanbok yang dipakainya berlari tadi tidak rusak atau ternoda. Hanya sedikit kusut di beberapa bagian. Jadi Ivy pun tidak perlu menggantinya. Namun, ia jelas harus mengulang riasannya dari awal karena menangis tadi. Untunglah perbaikan make upnya tidak memakan waktu lama. Cukup dengan beberapa polesan di sana-sini, Ivy kembali siap.

Gadis itu mendongakkan kepala dan menatap penata riasnya takut-takut. Rambutnya dibiarkan tergerai panjang dengan aksesori bermotif bunga yang menempel di sana. Senada dengan warna hanboknya. "Aku tidak bisa mengambil foto truk makanan tadi. Apa aku boleh kembali ke sana dan mengambil foto?"

Ivy sedikit merutuki kebodohannya sendiri. Bagaimana ia bisa mengambil foto di saat riasannya rusak karena menangis?

"Tolong, jangan menangis lagi," pinta penata riasnya setengah memohon.

Pengambilan gambar akan dimulai lima belas menit lagi, jadi Ivy punya cukup waktu untuk mengambil foto dan kembali ke lokasi syuting.

"Sepuluh menit sudah lebih dari cukup," katanya.

Dibantu Yumi, Ivy (mengambil) beberapa pose foto di depan truk makanan yang dikirim teman-temannya. Setelah merasa oke dengan beberapa foto, Ia langsung mempostingnya di blog pribadinya, tidak lupa menandai anggota LYRA yang lain juga.

Ivy bergerak cepat. Tidak ingin membuang waktu lebih lama dan berakhir dimarahi, ia pun segera kembali.

"Maaf, atas keributan yang kubuat." Ivy membungkukkan badan begitu berada di depan Sutradara Yoon.

Sutradara Yoon mengalihkan pandangan dari layar di depannya dan terkekeh begitu melihat Ivy. "Biar aku tebak, ini pertama kalinya bagimu mendapat truk makanan, bukan?"

Wajah sedih Ivy karena merasa bersalah langsung berubah semringah. "Iya." Gadis itu buru-buru mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Melihat para staf di lokasi syuting.  "Semuanya silahkan mengambil makanan dan minuman sepuasnya."

"Bagaimana kau bisa begitu sempurna, Tuan Putri." Minhyun tiba-tiba sudah berdiri di sebelahnya sambil melihatnya dengan jail. Tubuhnya sudah terbalut dengan pakaian berwarna hitam lengkap dengan ikat kepalanya.

"Jangan menggodaku, Kak," balas Ivy sambil mendengkus.

"Kak?" Sutradara Yoon tiba-tiba menimpali sambil menatap Minhyun dan Ivy bergantian. Kemudian sudut-sudutnya mulai terangkat. "Sejak kapan kalian mulai dekat?"

Ivy hendak membuka mulut untuk menjawab, tapi Minhyun sudah lebih dulu mendahuluinya. "Aku yang menyuruhnya memanggilku begitu. Lagipula aku memang lebih tua darinya."

Mata Sutradara Yoon menyipit dengan wajah menggoda yang menyebalkan. Pria itu lalu berdecak. "Baiklah. Segera bersiap di posisi kalian. Syutingnya akan segera dimulai lagi," perintahnya.

o0o

Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Yang mana berari syuting sudah berlangsung selama empat belas jam. Ivy berjalan menuju mobilnya dengan wajah lelah. Langkahnya menyeret-nyeret, seolah ada sebongkah batu besar yang diikat di kakinya. Begitu masuk mobil, ia langsung menyandarkan seluruh tubuhnya sembari menghela napas panjang. Ia pun memejamkan matanya santai.

Tidak lama, Yumi juga masuk dari pintu yang lain. "Ivy hari ini waktunya kau untuk live."

Ivy sontak membuka matanya dan mendelik menatap Yumi. "Jangan menggodaku, Yumi," katanya memperingatkan.

"Aku serius."

"Kau berbohong."

"Tidak." Yumi menyodorkan ponselnya.

Ivy menerima ponsel yang disodorkan Yumi dengan hati menggerutu. Aku akan memulainya ketika mobil mulai berjalan." Ia menarik napas panjang dan merapikan rambutnya. Sebelah tangannya meraih kaca di sampinya untuk mengecek riasanya. Setelah dirasa tidak ada yang terlalu perlu untuk dibetulkan, Ivy pun bersiap.

Mobil pun mulai melaju. Seketika raut wajah Ivy berubah 180 derajat. Yang semula terlihat lelah kontan menjadi ceria. Sudut-sudut bibirnya terangkat dan ia melambaikan tangan ke depan kamera. 

"Halo!" sapanya.

Tidak perlu waktu lama bagi para penggemar untu langsung berbondong-bondong masuk ke dalam livenya. Mereka pun sontak memenuhi kolom komentar dengan berbagai macam emoji dan kata.

"Aku sedang ada mobil sekarang. Baru saja pulang dari lokasi syuting," lanjut IIvy. “"Apakah kau sudah makan?"  Sudah. Para anggota LYRA mengirim food truck tadi. Tentu aku mengambil beberapa."

Kolom komentar terus bergerak cepat, membuat Ivy sedikit kewalahan. ""Apakah Claire ada di sana?"  Tidak ada, hanya aku sendiri. Saat ini para anggota sudah ada di dorm. Aku tidak tahu mereka sudah tidur atau belum. Tapi pukul enam tadi Kaira sempat menelepon untuk mengomeliku karena hanya mengambil sedikit gambar di depan truk makanan yang mereka kirim."

[Pantas dia mengomelimu, kau tidak becus.]

[Keluarlah dari LYRA.]

Ivy otomatis menggulum bibirnya yang mulai bergetar setelah membaca kometar barusan dalam diam. Ia berusaha setenang mungki dan berpura-pura tidak membacanya. Gantinya, ia seolah-olah sedang bermain-main dengan filter live. Hingga akhinya ia berhenti dan memutuskan memakai filter dengan gambar hati yang memenuhi kepalanya.

"Sejujurnya ini hari pertamaku di tempat syuting. Jadi aku merasa sangat gugup." Ivy memijat pelipisnya yang mulai terasa agak pening. "Tapi para senior aktor dan aktris sangat membantuku di sana. Mereka terus memuji dan menyemangatiku. Aku pun jadi tidak terlalu takut lagi."

[Wajahmu terlihat lelah. Tolong stiralahatlah, Ivy.]

[Jangan memaksakan diri, Ivy.]

[Lepaskan filter konyol itu dan tunjukkan wajah burukmu itu.]

"Tidak, tidak," kata Ivy cepat sambil menunjukkan senyum manisnya. Mengabaikan kalimat terakhir yang baru saja dibacanya. "Aku tidak lelah dan menjaga diriku dengan baik. Kalian tidak usah khawatir," tuturnya menenangkan.

[Ivy! Hasil ujianku jelek. Jadi orang tuaku memarahiku. Aku sedih sekali T-T]

Ivy mendengkus dan tersnyum. "Lalu apa yang kau lakukan di sini? Belajarlah!" guraunya sambil tertawa. "Jika kau merasa sedih atau marah, coba makanlah ice cream. Itu akan sedikit mendinginkan otak berasapmu. berikan untuk orang tuamu juga kalu perlu, supaya meraka tidak marah."

Detik selanjutnya, tubuh Ivy membeku. Kolom komenar tiba-tiba melambat dan hanya diisi oleh satu kata singkat yang diulang-ulang.

[MATILAH MUNAFIK]

[MATILAH MUNAFIK]

[MATILAH MUNAFIK]

[MATILAH MUNAFIK]

[MATILAH MUNAFIK]

Ivy tidak lagi bisa menyembunyikan mataya yang bergetar hebat. Tubuhnya membatu dan ia terdiam di depan kamera dengan mulut tertutup rapat. Keringat dingin mengucur di pelipisnya. Dari sudut mata, ia bisa melihat Yumi yang memberinya isyarat untuk menghentikan live secepatnya.

Ivy menelan ludah dengan susah payah. Seolah ada bongkahan batu yang menahan kerongkongannya. "Baiklah," ujarnya dengan suara parau. Ia segera berdehem singkat. "Ini sudah terlalu malam. Kalian sebaiknya juga beristirahat karena besok harus beraktivitas lagi. Maaf, aku memulainya terlalu malam hingga hanya sedikit waktu yang tersisa."

Ivy kemudian memaksakan senyum selebar mungkin, meskipun rasa sesak mulai menghampirinya. "Sampai jumpa!" salamnya untuk terakhir kali lalu segera mengakhiri live.

to be continued ...

o0o

ECHO: THE SCANDALOUS IDOL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang