O6

378 52 3
                                    

"Luka, darah. Aku benci keduanya."

2.414 kata

LEBIH dari teman

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

LEBIH dari teman. Paman tidak mengada-ngada. Celetukan tempo hari bukan sekadar seruan angin; bukan pula sebuah spontanitas. Pria itu serius. Belum ada seminggu Jeonghan kenal sosok bernama Oh Sehun, ibu dan ayah serta paman―pada makan malam dua hari lalu―mengatakan bahwa mereka sepakat ingin menjodohkan si sulung dengan laki-laki tersebut. Parahnya, mereka bahkan telah merencanakan hal ini jauh sebelum kepulangan sang paman.

Selama ini para orang dewasa meniru cicak yang diam-diam merayap. Tahu-tahu, sudah julur lidah. Jeonghan sebagai nyamuk dihadapkan pada dua pilihan: membiarkan dirinya dimakan atau terbang sejauh mungkin.

Terlahir di keluarga Yoon membuat Jeonghan familier soal pernikahan bisnis dan segala bentuk simbiosis mutualisme demi kesejahteraan bersama. Pun ia pernah berpikir bahwa suatu saat dia dan Dokyeom akan menjadi salah satu dari mereka. Namun, ia tidak mengira hal tersebut datang dalam waktu dekat. Jeonghan sama sekali belum bersiap diri.

"Sehun adalah pribadi yang baik; tampan, sopan dan mapan," kata paman. Jeonghan juga yakin, orang tuanya pasti tidak akan menerima sembarang orang. Jadi, Jeonghan percaya bahwa Oh Sehun sudah lulus kualifikasi dan seleksi. Tinggal bagaimana nanti mereka menjalani saja.

"Bu, bisakah kami saling mengenal dahulu? Paling tidak, sebagai teman."

"Pertunangan ini kalian manfaatkan untuk saling mengenal. Sehun sudah setuju. Ibu kenal baik dengan orang tuanya. Dia anak sulung yang sudah matang. Ibu dan ayah juga tidak keberatan. Tidak buru-buru, kalian bisa menikah setelah kau lulus nanti. Kami tidak memaksamu. Hanya ... coba saja dulu, hm?"

Sejatinya tidak ada yang benar-benar gratis, entah itu di dunia maupun di akhirat. Jeonghan pernah dengar, bahwasannya manusia terlahir untuk menerima ganjaran mereka terharap segala perbuatan di kehidupan terdahulu. Dia urung percaya. Namun ia setuju jika baik dan buruk nyaris tak bersekat; keduanya serupa tapi tak sama: selalu memberi reaksi di setiap aksi.

Jeonghan melayang tinggi lantaran kemurahan hati ayah dan ibu. Mereka tidak pernah menuntut ini dan itu, juga senantiasa penuhi segala butuh serta ingin dari anak-anaknya. Memang, orang tua tulus memberi seisi dunia pada buah hati mereka. Namun sebagai insan yang tahu diri, Jeonghan rasa, mungkin inilah saat di mana dia harus membayar. Kendati demikian, agenda bayar-membayar ini tidak semudah membayar belanjaan seperti yang ia lakukan dua jam lalu di minimarket ujung jalan. Ada perasaan juga masa depan Jeonghan yang terlibat di sini. Yoon Jeonghan bimbang: bayar sekarang atau nanti saja kapan-kapan?

Ayah, ibu dan paman memang tidak memaksa. Tetapi Jeonghan tidak enak hati untuk menolak. Mau diterima pun, ia ragu. Dia belum pernah merasakan jatuh cinta yang sebenarnya dan kini diminta menjadi pendamping seseorang. Well, berita bagus kalau seiring berjalannya waktu ia mampu mencintai Sehun―sesuai kutipan dari pengalaman ibu, cinta bisa datang karena terbiasa. Namun jika ia jatuh pada orang lain, bukankah Jeonghan akan jadi sosok jahat di sini?

the beginning | jeongcheol [slow]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang