5

7.3K 630 11
                                    

Seorang cowok memasuki gedung berlantai dua yang ia sebut markas. Markas itu tampak ramai. Ia lalu menatap sahabat-sahabatnya yang tengah.. yah nggibah mungkin. Ia kadang heran dengan para sahabatnya itu. Gendernya cowok tapi paling hobi ngegosip.

"Gue masih gak percaya si Rifara mutusin Nandan. Hahaha"

Kening Asher berkerut ketika disambut gelak tawa mereka. Ia melihat komuk ngakak mereka yang terlihat bahagia sekali. Yah kecuali salah satu sahabatnya yang memasang raut kecut.

"Ada apa?"

Asher duduk di sofa singgle yang masih kosong dengan santainya.

"EH ANJING!"

"EH GOBLOG SIA!"

"ASTAGFIRULLAH!"

Ia menatap satu persatu dari mereka yang spontan latah karena kaget dengan kedatangannya. Setelah itu ia menatap Zeus polos.

"Lo kan nonis"

Zeus terdiam sebentar, "Eh iya lupa"

"Lagian lo ngagetin tiba-tiba dateng langsung nyelonong masuk. Bukannya  Assallamualaikum dulu"

Atlas mengangguk menyetujui perkataan Zeus.

"Kita semua nonis btw" ucap Altheo dengan senyum tipisnya.

"Lah iya" kompak Atlas dan Zeus.

"Gara-gara Syahdan nih, gue jadi lupa sama agama sendiri"

"Lah kok saya?" Syahdan, salah satu anggota Mortal Enemy itu memandang Zeus antara kesal dan bingung. Ia tidak terima disalahkan oleh kakak kelasnya di sekolah itu. Padahal ia sedari tadi hanya diam menyimak.

"Ya pokoknya salah lo"

"Lo balik kapan?"

Semua kompak menatap Nandan sebentar lalu beralih menatap Asher. Asher yang ditanya hanya menaikkan bahunya tanpa niat menjawab malah balik bertanya.

"Tadi kenapa pada heboh?"

"Lo gabakal percaya. Nandan, dia diputusin Rifara masa. Hahaha"

Lagi-lagi gelak tawa mengisi ruangan itu. Asher sendiri menatap tak percaya pada Atlas. Ia sebenarnya sudah tahu berita itu dari postingan di lambe turah sekolah. Tetapi ia ragu dengan kebenarannya. Dan mendengarnya langsung dari mulut sahabatnya itu ternyata membuatnya malah semakin tidak percaya.

Mau bagaimanapun kedua bola matanya sendiri adalah saksi bagaimana sepak terjang kebucinan seorang Rifara terhadap Nandan. Ia benar-benar tidak percaya dengan fakta yang dibeberkan Atlas. Tetapi kalau itu benar, entah mengapa hatinya merasa ringan dan sedikit lega? Entahlah, yang pasti ia menyukainya.

"Beneran?"

"Heem. Lo sih tadi gak masuk"

Asher memutar bola matanya malas menatap Zeus. Tangannya gregetan ingin melempar asbak di meja ke kepala Zeus tetapi karena suasana hatinya sedang bagus entah karena apa, ia mengurungkan niatnya itu. Lain kali saja mungkin.

"Jadi itu beneran?"

Asher menatap Nandan meminta jawaban. Ia benar-benar ingin memastikan kebenarannya. Tapi kenapa wajah Nandan babak belur begitu. Kalau semisal mereka tawuran pasti tidak akan sampai separah itu. Lagipula yang lain wajahnya masih normal normal saja. Tidak berwarna warni dengan sedikit dariah di bibir.

Pandangannya beralih ke Altheo, sepupu dari cewek yang sedari tadi dibicarakan oleh teman-temannya. Ah ia tahu apa yang terjadi. Pasti cowok itu yang membuat Nandan babak belur. Ia juga ingin membuat wajah itu lebih berwarna lagi. Tetapi.. dengan alasan apa.

Who Am I ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang