BAB 47 : Corpse

56.5K 5.7K 4.9K
                                    

Maaf wak baru muncul 😞 biasalah hectic banget di RL 🙏🏻

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Maaf wak baru muncul 😞 biasalah hectic banget di RL 🙏🏻

Ini, tembus 2.5K komentar besok aku update lagi ya pulang kerja. Rulesnya masih sama kok, yang spam huruf aja nggak keitung. Oke? Selamat bekerjasama 💙🌷

****

"Pak Rayyan, ada keributan di depan pintu utama!" ucap salah satu pekerja, tepat ketika pintu lift terbuka.

Rayyan tidak salah mendengar ketika ada suara seseorang yang meneriaki namanya dari kejauhan. Pria itu memutuskan panggilannya yang masih terhubung di ponsel dengan tenang, lalu melangkahkan kaki menuju titik keributan yang tercipta. Dari tempatnya berdiri, Rayyan melihat pakaian putranya dicengkram paksa oleh seseorang. Wajah Zayyan Arlen babak belur—itu yang membuat para bodyguard menodongkan pistol pada Xabiru, sebab lelaki itu telah berani melukai atasan mereka.

"Ada masalah apa ... sampai Anda berani menyiksa putra saya?" Suara berat Rayyan terdengar membuat seluruh pasang mata berpaling ke arahnya. Sang pemimpin datang, kehadirannya mengundang hawa mencekam yang tidak bisa dielakkan.

Tepat saat itu, Xabiru menoleh pada pria itu. Tanpa rasa takut, Xabiru memutar tubuhnya untuk menghadap sepenuhnya ke arah Rayyan. "Putra Anda yang bermasalah, Pak."

Pandangan mereka bertemu, dan Rayyan tertegun lama. Detik di mana ia mendapati Xabiru yang memandang sekelam itu, jantung Rayyan bertalu keras. Intuisi pria itu bekerja cepat. Insting dan kepekaannya meninggi tanpa direncanakan. Rayyan tidak salah, ia seperti mengenali lelaki itu—tidak, dia memang kenal.

Segala asumsi gila di kepalanya mulai berkeliaran—atas hal-hal yang tidak mungkin, atas suatu perkara yang mustahil, Rayyan menciptakan satu opini yang sebetulnya jauh dari luar akal sehat. Pria itu masih belum bersuara, titik fokusnya terserap ke depan. Di tengah suasana dingin yang belum menemukan secuil kehangatan, hanya ada satu kata yang mampu Rayyan ucapkan secara lirih;

"Zayyan .... " panggil Rayyan pelan.

"AYAH!" panggil Zayyan Arlen menarik kesadaran pria itu ke permukaan. Lelaki itu hendak melepaskan tangan Xabiru, tetapi Xabiru kembali menghantam wajah Zayyan tanpa ampun. Bersikukuh tidak membiarkan lelaki itu kabur dengan mudah.

"Pak Rayyan anak itu kelewatan!" para bodyguard menghentak keras, senjata ditodong lebih dekat lantaran Xabiru dengan pongahnya masih menyebar ancaman.

Rayyan mengangkat jari telunjuknya, lalu menggerakkan pelan—mengisyaratkan para pengawal untuk menurunkan pistol. Semua orang yang mengenal pasti tau, jika Rayyan Arka adalah seseorang yang cerdas secara emosional. Pria itu tahu kapan harus berpikir jernih dan meledakkan amarah. Maka ketika Rayyan masih terpantau tenang seperti sekarang, membuat bawahannya ikut mengambil langkah yang sama.

ENIGMA : Last FlowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang