Diary Gue: Curhatan Kehidupan Ala Zaman Now

5 2 0
                                    


Cerita Diary:

Hari ini, langit kelam menggelayuti pikiranku, seolah-olah menyiratkan bahwa badai akan segera melanda. Semua dimulai dari kehadirannya yang membawa secercah kebencian dalam hatiku. Aku berusaha mengusirnya, tapi seperti melemparkan batu ke laut, usahaku terasa sia-sia.

Kata-kata yang dia ucapkan menggelegar dalam benakku, "Kehadiranmu membuatku membencimu." Aku merasa semakin tercekik oleh kebencian itu setiap kali aku mengucapkannya. Sungguh, kebencian itu terasa seperti beban yang semakin berat di pundakku.

Aku ingin sekali membuang semua kebencian itu, tapi sepertinya aku terjebak dalam pusaran emosi yang rumit. "Membuang jauh gaduh kebencianku," seperti kata-kata yang bergaung di telingaku. Apakah ada cara untuk membebaskan diriku dari belenggu ini?

Namun, aku sadar bahwa ego-ku terlalu besar. "Terpapar ego menulis selarik pupus." Kata-kata itu menyentakku dari lamunanku. Mungkin, sebenarnya masalahnya ada pada diriku sendiri, pada ketidakmampuanku untuk meredakan api kebencian yang berkobar di dalam diriku.

Rasanya seperti aku sedang tenggelam dalam gelap, tanpa bisa menemukan jalan keluar. "Seolah larik kegelapan menghilang." Aku merasa tersesat di antara bayang-bayang yang menakutkan, tanpa dapat menemukan cahaya yang membimbingku.

Dan air mata, mereka turun tanpa henti, seperti gerimis yang tak kunjung berhenti. "Penghujung sudut meneteskan air mata," rasanya seperti hatiku sedang ditusuk-tusuk oleh rasa sakit yang tak terperi.

Aku merasa seakan tenggelam dalam lautan gelap, tak bisa berenang ke permukaan. "Tenggelam asmara duhai aksa," seperti kata-kata terakhir yang terdengar sebelum aku merosot ke dalam jurang kegelapan yang tak berujung.

Tapi meskipun aku terombang-ambing dalam badai emosi ini, aku masih berharap ada sinar terang di ujung lorong gelap ini. Aku ingin percaya bahwa suatu hari aku akan bisa melepaskan diri dari belenggu kebencian ini, dan menemukan kedamaian yang selama ini aku cari.

...

Hari ini, suasana kayak lagi siap-siap mau hujan badai, gitu rasanya. Semua dimulai dari sosoknya yang bikin gue emosi abis. Gue pengen banget nutupin semua itu, tapi kayaknya semakin gue kepoin, semakin susah ilangin rasa itu.Gue suka gak betah sama kehadirannya, "Kehadiranmu bikin gue kesel," seperti yang dia bilang. Tapi makin gue mengingatnya, makin kayak ada bom waktu yang siap meledak di dada gue.Gue usaha banget buat ngilangin semua pikiran negatif itu, tapi rasanya kayak berantem sama dinding. "Ngebuang jauh semua pikiran gak penting," kayak yang dia omongin. Tapi kok ya, susah banget ya ngelakuinnya?Rasanya kayak ego gue gede banget, "Ego gue sampe ke langit," kayak yang dia bilang. Mungkin emang masalahnya ada di gue juga, gue gak bisa ngendaliin diri buat ngurangin emosi negatif ini.Aduh, berasa kayak lagi jatoh ke jurang gelap, "Kayak nyemplung ke dalam lubang hitam," gue bener-bener gak tau harus gimana lagi. Mungkin ini emang cara hidup gue sekarang, berenang-renang dalam lautan rasa kesal dan kecewa.Dan tetes-tetes air mata, kayak gerimis yang gak ada hentinya, "Air mata gue jadi kayak air terjun," gue bener-bener pengen nangis keras-keras, tapi rasanya kayak gak ada tempat buat keluarin semua itu.Gue ngerasa kayak jadi korban kegelapan, "Tenggelam dalam gelapnya dunia," dan gue bener-bener gak tau bakal ada cahaya di ujung terowongan ini atau enggak.Tapi meskipun semua ini berat banget buat gue, gue masih punya harapan, "Moga aja suatu saat semua ini berubah," gue pengen banget bisa lepas dari jerat emosi negatif ini, dan temuin kedamaian yang gue cari-cari.

...

Hari ini, suasana di sekitar gue kayak udah dipenuhi dengan ketegangan yang gak ketulungan. Mulai dari pagi sampe sore, kayaknya gue ngeliatin muka dia mulu, tapi gak ada yang bisa keluar dari mulut gue. Rasanya kayak kepengen ngomong, tapi ada tembok di depan mulut gue yang ngehalangi.Gue suka gak betah sama kehadirannya, "Kehadiranmu bikin gue pengen nyerah aja," kayak yang dia bilang. Terus terang, gue bener-bener gak nyaman, tapi kenapa ya kok gue gak bisa aja ngomongin langsung sama dia?Gue berusaha keras buat netralin semua emosi negatif itu, tapi entah kenapa rasanya kayak gue lagi nyeret beban yang terlalu berat. "Ngebuang jauh semua pikiran gak penting," kayak yang dia omongin. Gue berusaha, tapi kayaknya usaha gue belum cukup.Rasanya kayak ego gue lagi jadi momok, "Ego gue nyampe ke langit," kayak yang dia bilang. Kadang gue mikir, apa emang salah gue yang bikin semuanya jadi gini? Apa gue yang egois banget sampe gak bisa nurunin egonya?Aduh, rasanya kayak jatoh ke jurang gelap, "Kayak nyemplung ke dalam lubang hitam," dan gue bener-bener gak tau harus gimana lagi. Terkadang mikirin semua ini bikin kepala gue sakit, tapi gak ada obat yang bisa nyembuhin rasa sakit itu.Dan tetes-tetes air mata, kayak gerimis yang gak ada hentinya, "Air mata gue jadi kayak air terjun," gue pengen banget nangis, tapi entah kenapa rasanya kayak ada tembok di dalam hati gue yang ngelarang gue buat nunjukin perasaan gue.Gue ngerasa kayak jadi korban kegelapan, "Tenggelam dalam gelapnya dunia," dan gue bener-bener gak tau bakal ada cahaya di ujung terowongan ini atau enggak.Tapi, di tengah semua kekacauan ini, gue masih ada harapan, "Semoga suatu saat semua ini berubah," gue pengen banget bisa ngelewatin masa-masa sulit ini dan menemukan kebahagiaan yang gue cari-cari.

...

Gue udah bosen banget dengan situasi kayak gini terus, bro. Tiap hari kayak jalan di atas bara, gak ada yang bikin hati lega. Tapi kadang, kayaknya gue juga yang sengaja bikin situasi jadi kayak gini.Dia suka bilang, "Masalah itu cuma buat kamu yang muluk-muluk," dan kadang gue mikir, mungkin dia bener. Mungkin gue terlalu lebay mikirin segala sesuatu, sampe bikin masalah yang sebenernya gak seberapa jadi keliatan gedhe banget.Tapi, di sisi lain, gue juga ngerasa kayak ada yang gak beres sama keadaan sekarang. "Ada yang gak beres, tapi gak tau harus gimana lagi," kayak yang gue rasain. Mungkin ada rahasia yang gak kebuka, mungkin juga semua ini cuma ilusi.Gue berusaha buka-buka lagi lembaran masa lalu, tapi rasanya kayak ada hal-hal yang disembunyikan, "Rahasia itu kayak virus yang bikin gue gak bisa napas," dan gue ngerasa kayak kepompong yang gak bisa keluar dari kegelapan.Tetes-tetes air mata kayaknya udah jadi temen setia gue, "Air mata jadi sahabat, meski gue gak mau," dan gue mikir, kenapa ya susah banget buat ngeluarin semua perasaan ini? Kenapa gak bisa aja kayak dulu lagi, pas gue bisa ngobrolin semuanya sama dia?Dan gue ngerasa kayak nyemplung ke dalam jurang yang semakin dalam, "Tenggelam dalam keputusasaan yang tiada akhir," dan gue bener-bener gak tau harus ngapain lagi. Semua rasa udah terlalu rumit, semuanya kayak udah kacau balau.Tapi, di balik semua itu, gue masih punya keinginan buat ngerubah segalanya, "Semoga suatu hari, semua rahasia terbuka," dan gue pengen banget bisa nemuin jalan keluar dari labirin yang bikin kepala gue pusing ini.

Senja Malam || EndNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ