7

2.5K 114 43
                                    


Karina kini tengah sibuk menata beberapa makanan yang sempat ia beli tadi saat perjalanan pulang.

Anton dan Leon yang sudah berganti baju pun tampak mulai menyantap makan siang mereka dengan keheningan.

Karina ikut duduk dan bergabung dengan kedua buah hatinya. Masa bodoh dengan sang suami. Mungkin saja Jeno sudah makan di luar. Karina tidak peduli saat ini.

Tidak lama Jeno hadir dengan setelan rumahannya. Namun Jeno tampak lesu saat melihat atmosfer yang cukup tidak mengenakkan di meja makan.

"Bolehkah appa bergabung?" tanya Jeno basa basi.

"Mengapa harus bertanya? Tentu saja appa boleh ikut makan. Iya kan eomma?" tanya Anton memandang kedua orang tuanya bingung.

"Ya, tentu saja. Makalah! Ku pikir kau sudah makan di luar tadi" ucap Karina sambil menyerahkan nasi dan lauk pauk yang sudah Karina ambilkan.

Meskipun Karina sedang kesal dengan Jeno. Tapi ia tidak bisa melupakan kewajibannya sebagai seorang istri. Ia masih menghormati ayah dari anak-anaknya.

"Aku belum sempat makan di kantor. Setelah semua pekerjaanku selesai, aku langsung pulang ke rumah" ujar Jeno sambil melirik Leon yang kini tampak ogah-ogahan memakan makanannya.

Karina sendiri hanya diam lantaran sudah merasa cukup dengan penjelasan singkat sang suami. Meski tanpa ia ketahui sang suami lagi lagi berbohong padanya.

Setelah semua selesai kini Anton dan Leon tengah tidur siang dengan di temani Jeno. Meski Leon sempat menolak dan ingin tidur dengan Karina namun dengan beribu rayuan akhirnya Leon mau juga.

"Maafkan appa sayang" lirih Jeno sambil mengusap rambut Leon dengan pelan.

Karina yang tidak sengaja mengintip dari balik pintu yang sengaja tidak di tutup rapat itu pun tampak terharu melihatnya.

Saat Karina hendak menutup pintu, Jeno tiba-tiba bangkit dari ranjang lalu hendak keluar.

Saat pintu terbuka, mereka saling menatap satu sama lain tanpa berucap sepatah katapun.

"Ikut aku!"

Jeno menarik tangan Karina dengan lembut menuju taman kecil di samping rumah mereka. Mereka duduk di sebuah ayunan dengan keheningan menyelimuti.

"Maaf karena tidak bisa menepati janjiku" ucap Jeno membuka pembicaraan.

"Leon tadi menangis"

"Benarkah?"

"Bahkan dia menangis di atas panggung"

Jeno tersentak mendengarnya. Jagoan kecilnya yang selalu ceria menangis di hari bahagianya. Dan itu semua karena ulahnya.

"Dia sangat mengharapkan kehadiranmu Jeno-ya. Leon sangat kecewa saat ia tampil, appanya yang ia tunggu-tunggu kedatangannya justru tidak ada di bangku penonton. Saat aku mencoba menyemangati dan menenangkan nya, justru ia semakin menangis meraung dan tetap menyelesaikan tarian hewannya"

"Karina aku.."

"Aku tidak tega melihat Leon berlari menuju belakang panggung dan melanjutkan tangisannya. Aku pun sangat kecewa padamu Jeno-ya! Tidak bisakah kau sehari saja menemani anakmu saat ia butuh dukungan darimu? Kau bahkan sudah berjanji. Namun apa yang ia dapatkan? Kau sudah membuatnya kecewa berat padamu" Ucap Karina sambil menahan sesak di dadanya.

Jeno yang melihat air mata sang istri yang siap tumpah pun langsung bergegas merengkuh tubuh bergetar sang istri.

"Maaf.. Maafkan aku yang sudah membuat kalian kecewa. Aku sungguh tidak bisa berkutik saat pekerjaanku sudah memanggilku untuk segera datang. Aku pun berada di posisi yang sangat sulit sayang. Ku harap saat Leon terbangun nanti, ia sudah memaafkan aku sepenuhnya. Aku merasa gelisah jika Leon masih tidak mau berbicara denganku. Kau juga, aku tidak sanggup jika kau terlalu lama mengabaikan ku sayang"

Hati Karina melebur seketika. Penuturan lembut Jeno mampu membuat pertahanan Karina runtuh. Ia sudah terlalu banyak menyalahkan Jeno. Padahal Jeno sudah bekerja sedemikan sibuk untuk menafkahi keluarga kecil mereka.

"Kali ini aku memaafkanmu Jeno-ya. Tapi jika mendapatkan maaf dari Leon mungkin sedikit lebih susah" ujar Karina sambil mengusap air matanya saat ia sudah lebih tenang.

"Aku akan membujuknya nanti. Kau tenang saja. Sekarang kita juga ikut tidur siang yuk! Kau pasti sudah lelah seharian ini" ucap Jeno yang langsung di angguki Karina.

Karina dan Jeno kini berjalan beriringan menuju kamar mereka. Anton dan Leon sedang tidur di kamar mereka sendiri jadi Karina meminta Jeno untuk tidur berdua saja tanpa anak-anak. Entahlah, Karina hanya rindu dengan sang suami.

"Kakimu sudah sembuh?" tanya Jeno sesaat setelah mereka menemukan posisi berbaring yang nyaman. Dengan Karina yang meminta di peluk oleh sang suami.

"Sudah hampir sembuh, mungkin butuh dua atau tiga hari lagi akan sembuh total"

"Syukurlah.. Ah, rasanya sudah sangat lama kita tidak tidur siang berdua seperti ini" gumam Jeno semakin mengeratkan pelukannya. Ia merasa nyaman.

"Ya, aku juga merindukan saat saat kita hanya berdua sebelum ada Anton dan juga Leon" lirih Karina sambil menghirup aroma tubuh Jeno yang menenangkan.

"Bagaimana jika malam ini kita kencan? Hanya berdua. Bagaimana?"

"Tapi bagaimana dengan anak-anak?" tanya Karina yang berat jika meninggalkan kedua anaknya.

"Kita titipkan saja mereka pada Minjeong dan Sungchan. Mereka pasti senang jika Anton dan Leon main ke rumah mereka" ucap Jeno memberi solusi.

Sudah dua tahun Minjeong dan Sungchan menikah namun tak kunjung di beri momongan. Itu lah sebabnya sepasang pasutri itu sangat menyukai anak kecil. Apalagi Anton dan Leon sudah sangat dekat dengan keduanya.

"Haruskah? Aku takut jika merepotkan mereka"

"Oh ayolah sayang. Kau tahu sendiri bagaimana sukanya Minjeong dan Sungchan dengan kedua buah hati kita. Aku akan menghubungi mereka sekarang. Kau diam saja dan jangan menolak!" tutur Jeno mutlak.

"Hah, baiklah terserah kau saja" gumam Karina menyerahkan semuanya pada sang suami.

Samar-samar Karina masih mendengarkan percakapan Jeno dengan Sungchan lewat telepon sebelum rasa kantuk menyerangnya dan berakhir tertidur pulas.

Setelah Jeno berhasil menghubungi Sungchan dan Minjeong, kini ia dapat bernapas lega lantaran rencananya berjalan lancar.

Mereka bilang jika mereka sama sekali tidak keberatan jika Anton dan Leon bermain di rumah mereka. Bahkan mereka meminta ijin agar kedua buah hatinya bisa menginap di rumah mereka. Namun hal itu masih belum di setujui Jeno karena harus ijin dulu pada Karina.

Saat melihat sang istri tertidur, hati Jeno terasa berdebar. Entah apa yang membuat Jeno memutuskan menduakan sang istri hingga sejauh ini?. Apakah tidak cukup selama hampir tiga minggu ia buat untuk bermain-main?. Sampai kapan Jeno-ya?.

Mungkin Jeno sekarang belum menyadari jika akan ada akibat dari segala perbuatannya. Kita tunggu saja kedepannya nanti.

Di tengah lamunannya, suara dering telepon mengalun. Rupanya Song Jia kembali menghubunginya.

Kali ini Jeno menolak panggilan Jia lantaran ia sedang tidak ingin di ganggu. Untuk sekarang ia hanya ingin tidur siang dengan istrinya tanpa gangguan dari siapa pun.

Tanpa memikirkan apa pun lagi, Jeno mulai berbaring kembali dan tertidur lelap.

Dan sebuah pesan baru saja masuk di ponsel Jeno.

Sekretaris Song

Temanku yang berprofesi sebagai dokter baru saja menjengukku dan dia bilang aku harus istirahat total hingga satu minggu. Bisakah kau menemaniku hingga aku sembuh sayang?

.
.

TBC

Faithful I Jeno X Karina ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang