terbongkar

65 4 0
                                    

Tepat pukul 15.00 WIB, bus peserta perkemahan telah tiba di depan gerbang SMA Pancasila. Pada barisan pinggir gerbang sudah ramai oleh orang tua atau keluarga yang akan menjemput mereka. Satu persatu siswa turun dari bus dan menghampiri keluarganya.

Aluna pun menghampiri kedua orangtuanya yang berada di sekitar pinggir gerbang. Berpelukan, itu yang sedang dilakukan oleh Aluna dan orangtuanya.

"Nih Kevin, orang yang kamu kangenin udah pulang" gurau mama Aluna.

Aluna yang digoda seperti itu, melihat ke arah laki-laki yang membawakan sebuah buket.

"Untuk gadis kesayangan Kevin" ucapnya sambil memberikan buket berisi bunga dan beberapa coklat kepada Aluna.

Aluna menerima buket tersebut dengan tersenyum, tanpa aba-aba Aluna langsung memeluk erat tubuh Kevin.

Papa dan mama Aluna yang melihat keromantisan dari dua remaja ini, tersenyum hangat.

Sedangkan di bus lain, ada seorang gadis yang baru turun dari busnya dengan nyawa belum sepenuhnya terkumpul. Saat kedua kakinya sudah turun dari bus, tanpa sengaja pandangannya mengarah ke mereka yang sedang berbahagia dengan keluarga masing-masing.

'Bahagia banget ya bisa dijemput sama orangtuanya' batin Lica pilu.

Tak mau mengeluarkan air mata, Lica mengedarkan pandangan mencari Aluna. Netra hitam legam itu tepat mengarah ke dua sejoli yang sedang berpelukan mesra.

"Pantes Lica cariin nggak nemu, taunya lagi mesra-mesraan sama pacarnya" diiringi tawa Lica.

Lica pun melangkahkan kakinya menuju ke Aluna. Dari arah Lica, hanya wajah Aluna yang dapat ia lihat. Dengan senyuman mengembang, langkah Lica mulai mendekat.

"Ciee, akhirnya Aluna diapelin pacarr"

Mendengar suara itu, Aluna dan laki-laki tadi melepas pelukannya. Lalu menghadap ke arah Lica.

"Eh Lica, sini peluk dulu sama tante" ucap mama Aluna di tengah keterkejutan dua sejoli.

Pendengaran Lica seakan tuli, pergerakannya terkunci. Pandangannya tak berhenti untuk menatap mereka. Banyak pertanyaan, banyak prasangka yang ingin Lica lontarkan namun, ia hanya mampu mengungkapkan satu diantaranya.

"K-kalian pacaran?"

Aluna yang tak mendengar respon dari kekasihnya lantas menjawab "iya tapi, gue bisa jelasin"

Runtuh sudah pertahanan Lica, air matanya jatuh perlahan. Langkahnya mundur beberapa jarak lalu berlari tanpa tujuan.

"Lica kenapa Aluna?" tanya papanya.

Aluna maupun Kevin tak ada yang menjawab, mereka hanya diam dengan pikiran masing-masing. Namun, tanpa disadari ada sebuah senyuman yang terbit di bibir tipis seseorang.

°°°

Abra celingukan mencari keberadaan Lica di dalam bus, baru dia tinggal sebentar untuk mengkoordinir peserta yang lain, Lica sudah hilang. Tak ada orang di dalam bus, Abra memilih mencarinya di sekitar para peserta yang masih bersama keluarga masing-masing.

"Ciee, akhirnya Aluna diapelin pacarr"

Mendengar suara yang dia kenal, lalu Abra mendekat ke arah suara itu. Abra sungguh mendengarnya, mendengar semua kalimat yang dilontarkan mereka. Melihat kepergian Lica dari tempat yang menyakitkan membuat Abra memutuskan untuk mengikuti.

Sampailah di taman belakang SMA Pancasila, Lica menangis. Langkah kaki Abra dengan pasti berjalan mendekat. Abra mengelus pelan punggung Lica serta duduk disebelahnya.

"Nggak usah sedih, masih ada aku"

Lica menghadap ke Abra dengan mata sembab, hidung merah dan bibir yang bergetar.

"K-kenapa Lica y-yang ngerasain sa-sakit ini? Kk-kenapa harus orang t-terdekat L-Lica?" tangis itu semakin deras, rasa sakit ini benar-benar melukai hatinya.

Abra memeluk tubuh mungil Lica, sambil menenangkannya. Tak hanya hati Lica yang terluka, hatinya juga ikut terluka. Tangannya terus mengelus surai Lica sambil mengucapkan kata-kata penenang.

"Sedih boleh tapi, jangan kelamaan. Dibalik duka pasti ada suka"

°°°

Mata sembab masih menghiasi pagi Lica. Dari sela jendela di dalam kamar minimalis masuk sinar matahari. Tubuhnya menggeliat kecil, tangannya mencari keberadaan handphone. Tak menemukan benda tersebut, Lica membuka mata sembabnya.

Netranya mengarah ke meja belajar, ternyata handphonenya di sana. Lalu kakinya melangkah, saat Lica menghidupkan hp tersebut banyak notifikasi dari nomer tak dikenal. Dengan rasa penasaran, Lica membuka notif itu, ada beberapa rentetan pesan khawatir di dalamnya.

+62899
Online

Kamu kemana?
Aku cariin di sekolah nggak ada
Kata temen kelasmu, kamu nggak berangkat
Kamu sakit Ca?
Lica, nggak usah ditangisin terus kejadian kemarin
Jawab Caa
Jangan bikin aku khawatir
read.

Lica mengerutkan kedua alisnya, nomer siapa ini? Kenapa nomer ini seakan-akan kenal dengannya?

Di lain sisi, melihat pesannya sudah dibaca. Orang tersebut langsung menekan logo telfon. Sambungan telfon terhubung.

Handphone Lica berdering, ada telfon dari nomer yang sama. Lica pun mengangkat telfon tersebut.

"Ca, kamu di mana? Kamu sakit? Kok chatku cuma kamu baca? Caaa jawab"

"Kak Abra?"

"Iya, ini aku. Kamu kenapa nggak berangkat sekolah?"

"Lica nggakpapa kok, cuma pengen istirahat di rumah"

"Kamu sakit Ca?"

"Panas dikit tapi-"

"Tuhh, kenapa nggak bilang sama aku? Lanjutin istirahat, nanti aku ke rumahmu, jangan pergi kemana-mana, tetep di rumah ya Ca"

Belum sempat Lica menjawab, sambungan telfon itu sudah dimatikan sepihak oleh Abra. Lica menghela napas, kenapa Abra jadi se-cerewet ini sih?

Lica pun menuruti apa kata Abra, karena dia juga tidak sanggup beranjak dari kasur kesayangannya. Kepalanya serasa berputar pelan, membuatnya hanya ingin tiduran.

Lagi-lagi, Lica menghela nafas. Lica berharap bahwa sahabatnya atau kekasihnya akan memberikan penjelasan lewat chat ataupun telfon. Namun, nihil tak ada satupun dari mereka yang menghubunginya. Saat melihat foto profil keduanya, ternyata foto profil mereka couple dan foto itu baru saja diganti, berarti mereka sedang aktif di aplikasi ini. Tapi, kenapa tidak mencoba menjelaskan semuanya?

Setetes air mata berhasil meluncur, hati Lica benar-benar sakit. Pelabuhan yang menjadi tujuan akhir pemberhentiannya, kini sudah hilang.  Kebahagiaan yang menjadi alasan utamanya, kini seakan sirna. Lica benar-benar tak paham dengan jalan takdir yang diberikan Tuhan padanya. Dia hanya mampu berucap berulang kali dalam hati 'semua kejadian ini buat hati Lica sakit, Tuhan'

LICAWhere stories live. Discover now