15

2.5K 112 70
                                    


"Selamat pagi pak!" sapa beberapa karyawan pada Jeno yang kini kembali masuk kantor setelah cuti beberapa hari untuk menemani Karina di rumah.

"Pagi semua" balas Jeno singkat lalu kembali melangkah menuju ruangannya.

Dari kejauhan ia sudah melihat sosok Jia yang kini tengah menunggunya di depan pintu.

"Selamat pagi Tuan" sapa Jia dengan senyum manisnya. Ia tampak sangat gembira pagi ini, entah apa alasannya.

"Menyingkir!" perintah Jeno dengan suara beratnya.

Jia pun menurut dan membukakan pintu untuk Jeno.

Jeno pun tanpa menoleh pada Jia langsung memasuki ruangannya tanpa ia tahu jika Jia ikut masuk di belakangnya.

Dapat Jeno lihat tumpukan file sudah menggunung di meja kerjanya. Ia pun menghela napas sejenak lalu mendudukkan dirinya di kursi kebesarannya. Dan saat itu lah ia baru menyadari kehadiran Jia di ruangannya.

"Apa yang kau lakukan di sini? Keluar!" ucap Jeno memandang Jia penuh kebencian. Ia tidak ingin berurusan dengan Jia lagi dalam hal apa pun kecuali bekerja. Atau mungkin Jeno harus memecatnya?. Ide bagus!.

"Mengapa kau begitu dingin padaku Jeno-ya? Setelah kau berhasil meniduriku, kau meninggalkan aku begitu saja dalam keadaan telanjang. Cih, setidaknya kau menyelimuti tubuhku dulu sebelum kau pergi. Dan, terimakasih untuk sup rumput lautnya. Itu sangat enak!" ucap Jia dengan penuh semangat.

Namun Jeno di buat bingung saat mendengar rentetan peristiwa yang di lontarkan oleh sang sekretaris. Dahinya mengernyit saat ia tak mengingat apa pun.

"Kebohongan macam apa yang kau bicarakan nona Song?" tanya Jeno yang kian kesal.

"Hei, apa maksudmu dengan kebohongan? Bukankah malam itu kau datang ke apartemenku dan memperkosaku? Dan kau hanya meninggalkan sebuah note dan juga sup rumput laut untuk meredakan mabukku. Lalu kau juga.."

Brak!

Jeno memukul mejanya, mengintrupsi agar Jia berhenti berbicara.

"Dengar nona Song. Sepertinya kau masih mabuk saat ini. Aku sama sekali tidak pergi ke apatemenmu setelah kejadian di rumahku. Aku sibuk mengurusi istriku yang sedang hamil tanpa memikirkan dirimu lagi. Mungkin kau melakukan sex dengan pria lain, dan bukan aku. Dan hari ini kau ku pecat!" ucap Jeno sambil menggeledah lacinya untuk mencari surat pemecatan karyawan.

Buru-buru ia membubuhkan tanda tangan di sana dan langsung melemparkannya pada Jia.

Jia yang masih shock pun di buat terkejut saat selembar kertas mengenai wajahnya.

"Jen, jangan bercanda. Kau hanya malu denganku kan? Jika kau memang menginginkan aku dan juga tubuhku kau tidak perlu menungguku hingga mabuk. Kau bisa.."

"Diam! Kau sudah gila! Cepat keluar dari kantorku sekarang juga atau aku akan memanggil security untuk menyeretmu keluar!" ancam Jeno dengan urat lehernya yang begitu menonjol. Ia sangat marah kali ini.

Dengan berat hati, Jia pun pergi keluar dari ruangan Jeno dengan kesal. Air matanya sudah mulai menggenang. Namun ia segera mengusapnya agar karyawan lain tidak mengasihaninya.

Ia mengambil tas kerjanya dan berlari keluar dari gedung perusahaan Jeno yang sudah menaunginya satu bulan terakhir. Ia tidak menyangka jika akhir percintaannya dengan Jeno akan berakhir seperti ini.

"Tidak, aku harus mendapat pertanggung jawabanmu Jeno-ya. Lihat saja nanti. Ku pastikan kau dan juga istrimu akan hancur di tanganku!".

.
.

Malam harinya di kediaman Jeno tampak ramai. Anton dan Leon masih asik bermain pesawat terbang. Karina sendiri sedang menyetrika beberapa potong baju hasil cuciannya hari ini.

Sesekali ia pun melihat kegiatan anak-anaknya yang masih sangat bersemangat bermain padahal ini sudah jam sembilan malam.

Hingga saat baju terakhir yang Karina setrika kini adalah kaos hitam Jeno. Ia terdiam sesaat melihat kaos kesayangan Jeno tersebut.

Seketika ia melamun membayangkan hal apa saja yang sudah suaminya lakukan dengan Jia di belakangnya. Apa yang merasuki hati Jeno hingga tega berselingkuh darinya.

Apa sekarang Karina sudah tidak secantik dan semenarik dulu?. Badan Karina mungkin sedikit berbeda dengan dulu saat ia masih gadis. Seorang wanita yang sudah pernah melahirkan pasti akan mengalami perubahan fisik yang signifikan.

Dari mulai payudara yang tidak lagi kencang atau mungkin berat badannya yang kian bertambah. Karina juga merasa terkadang ia berpenampilan seperti babu ketika di rumah. Itu semua karena ia merasa nyaman dengan gaun rumahan yang ia pakai sehari hari.

Dia tidak punya ART untuk membantunya membersihkan rumah. Semuanya Karina yang melakukannya. Dari mulai bersih-bersih, memasak, mencuci baju, menyetrika, sampai mengurus anak anak, semua Karina yang ambil kendali.

Apakah semua itu yang membuat Jeno berpaling darinya?. Apa ia terlalu sibuk mengurusi rumah dan anak-anak hingga Jeno merasa terabaikan olehnya dan memilih berselingkuh?.

Banyak hal yang ingin Karina ketahui tentang alasan di balik perselingkuhan sang suami. Namun sampai saat ini ia masih enggan berbicara empat mata dengan sang suami dan membahas persoalan mereka.

"Eomma bau apa ini?" teriak Anton yang mencium bau hangus sejak tadi.

"Ya ampun!" ucap Karina terkejut saat kaos hitam Jeno sudah hangus oleh setrika.

Dengan tergesa, ia pun mencabut setrika itu hingga tanpa sengaja lengan kanannya tekena setrika yang masih panas.

"Aw!" pekik Karina saat lengannya terasa terbakar.

Anton dan Leon yang mendengar pekikan ibunya di buat khawatir. Mereka kompak berlari menyusul sang ibu dan meninggalkan mainannya begitu saja.

Dan tepat saat itu juga Jeno baru saja pulang dari kantor.

"Appa pulang!" teriaknya menunggu sambutan dari buah hatinya.

"Tangan eomma melepuh!"

Namun sebuah pekikan dari Anton mampu membuat Jeno kalang kabut menyusul ke sumber suara.

"Tidak apa sayang" ucap Karina agar tidak membuat kedua anaknya khawatir.

"Sayang, kau kenapa? Apanya yang melepuh?" cecar Jeno sambil melihat kesana kemari mencari letak luka yang di dapatkan sang istri.

"Lengan eomma terkena setrika appa!" lapor Leon pada ayahnya.

Jeno pun terdiam sejenak melihat luka bakar di lengan kanan sang istri. Tidak terlalu besar tapi ia yakin jika itu pasti sangat perih.

"Lain kali lebih hati-hati ya" ucap Jeno dengan lembut.

Karina hanya diam saat sang suami bergerak menuju kotak P3K dan mencari salep untuk luka bakar di sana.

Jeno mengoleskan salep itu dengan sangat hati-hati. Anton dan Leon pun masih serius menonton kegiatan orang tuanya.

Setelah semua sudah terolesi salep, kini Jeno meniup luka itu berharap dapat mengurangi rasa panasnya.

"Maaf, kaos hitam kesayanganmu tidak sengaja terbakar olehku" cicit Karina tanpa mau melihat sang suami.

Entah mengapa Karina merasa takut jika Jeno akan mengomelinya karena itu adalah kaos favorit Jeno. Dan ia merasa bersalah.

Jeno pun sempat terdiam mendengar suara lirih Karina. Di lihatnya kaos hitamnya yang sudah tercetak bekas setrika di tengah tengahnya. Ia tersenyum kecil melihatnya.

"Tidak apa sayang. Aku masih mempunyai banyak kaos yang lain. Jangan merasa bersalah ya?"

Tanpa sadar kini pandangan mereka bertemu. Jeno menangkap kilatan sendu di mata indah sang istri. Kesedihan sang istri rupanya masih berlanjut dan itu semua adalah ulah nya.

"Cepat sembuh sayang"

Cup!

"Aigooya.. Appa dan eomma romantis sekali!" ucap Anton dan Leon serentak setelah Jeno mencium bekas luka sang istri.

.
.

TBC

Faithful I Jeno X Karina ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang