15. Takdir

89 5 3
                                    

Setibanya di tempat restoran di mana orang tuanya berada, Leo membenarkan setelan bajunya lebih dulu sebelum turun dari mobil dan melenggang masuk ke dalam sana. Ia juga sempat menatap dirinya di pantulan spion depan dengan menata rambutnya agar rapi. Barulah sang empu langsung turun dan melangkah panjang meninggalkan mobil.

Meskipun sudah malam hari, restoran tersebut masih tetap ramai pengunjung. Bahkan sepertinya di waktu-waktu seperti inilah yang menjadi daya tarik semua orang untuk bisa datang ke sana karena suasana yang bagus dengan pemandangan alam yang indah di sebelah utara restoran tersebut karena menyuguhkan bentangan luas pantai yang terletak beberapa kilometer saja dari belakang restoran berada.

Saat memasuki area pintu utama, dari kejauhan Leo sudah dapat melihat keberadaan Rani yang tampak asyik mengobrol dengan orang-orang di sekelilingnya. Leo sudah mengira jika itu adalah dari pihak perempuan yang sudah lebih dulu datang dibandingkan dirinya.

"Selamat malam semua. Maaf saya datang terlambat-" ucapannya tatkala sorot matanya tertuju dan saling menatap dengan Clarissa saat ini pun langsung terhenti.

Seketika Leo terdiam beberapa detik ketika tahu bahwa perempuan yang duduk di hadapan ibunya itu adalah Clarissa. Perempuan yang beberapa waktu terakhir itu tidak ia lihat keberadaannya. Dan secara mengejutkan mereka berdua malah bertemu di sana dengan situasinya yang membuat mereka benar-benar mind blowing.

"Nah, ini dia putraku. Leo."

Bagas memperkenalkan dirinya pada kedua orang tua pihak perempuan yang tak lain adalah dari keluarga Clarissa itu sendiri. Siapa sangka jika calon yang akan dijodohkan dengan dirinya adalah Clarissa. Sungguh tak menduga sebelumnya sama sekali.

"Leo, ayo salamin mereka," peringat Rani karena tahu putranya hanya bergeming di tempat tanpa mengatakan apa-apa lagi.

Dirinya tersadar dan sedikit tersenyum kikuk sembari menyalami orang tua Clarissa secara bergantian. Termasuk dengan sang puan sendiri yang juga sama diamnya karena masih sedikit shock.

"Putramu sangat tampan dan gagah," puji Salman takjub karena baru pertama kali bertemu dengan Leo secara langsung.

"Tentu saja, siapa dulu ayahnya."

Para orang tua tergelak mendengar Bagas yang berbangga diri. Meskipun suasana di sana tidak secanggung sebelumnya, namun bagi Leo dan Clarissa masih sama saja. Bahkan keduanya bertingkah seolah tak saling mengenal satu sama lain walaupun tempat duduk mereka tepat bersebelahan.

"Kalian berdua kok malah diem-dieman? Ayo saling kenalan dulu," titah Bagas pada mereka yang masih setia bungkam suara.

Sempat ragu dengan apa yang diperintahkan oleh ayahnya barusan, akhirnya Leo memilih untuk memulainya lebih dulu. Karena ia tahu jika Clarissa tak akan mau mendahului, yang mana nanti malah mengulur waktu dan kecanggungan yang semakin kentara.

"Leo," ucap sang empu seraya mengulurkan tangannya ke arah Clarissa.

Perempuan itu tak langsung menimpali selain membiarkan tangannya mengambang untuk beberapa detik sebelum akhirnya mau menerima dan berjabat tangan sembari memperkenalkan dirinya pula. Keduanya benar-benar bertingkah seolah tak pernah mengenal, bahkan tanpa skenario ataupun kerja sama sebelumnya mereka sudah bisa menyesuaikan kondisi dan situasinya masing-masing.

"Clarissa."

Di balik perkenalan mereka yang sebenarnya hanya sebagai formalitas semata, kedua orang tua mereka malah tersenyum lebar dengan tatapan senang ke arah Leo juga Clarissa saat ini. Bahkan tak dapat dibohongi jika Bagas benar-benar tenang dan damai ketika melihat putranya bisa menerima dengan baik pihak perempuan itu sebagai calon yang akan dijodohkan dengan dirinya.

Acara makan malam pun berlangsung seperti pada umumnya. Tak ada pembicaraan apapun yang dibahas di antara mereka selama sibuk dengan makanannya masing-masing. Hingga beberapa waktu kemudian setelah semua orang menyelesaikan makan malamnya, Bagas mulai membuka percakapan di antara mereka lebih dulu dan disambut senang hati dengan Salman sebagai tanggapannya.

"Jadi kalian berdua juga pasti sudah tahu kan apa maksud kami untuk bertemu di sini malam ini? Kami semua sebagai orang tua kalian berharap jika niat baik ini adalah jalan terbaik untuk kalian."

"Jalan terbaik apanya? Gue harus dijodohin paksa cuman buat diburu-buruin nikah, mana sama dia, lagi. Mana bisa gue bahagia kalau harus menghabiskan sisa hidup dan melepas masa lajang gue yang membahagiakan ini sebagai seorang istri dari pria yang bahkan gak gue cintai," batin Clarissa menggerutu dengan sebal.

Tentu saja ia juga terpaksa menerima perjodohan itu hanya karena kedua orang tuanya. Ditambah lagi ia sendiri juga belum mampu untuk menemukan calon yang tepat untuk dikenalkan pada Salman dengan Sania sebagai kandidat suaminya di masa depan. Alhasil mau tak mau Clarissa harus menurunkan ego dan menyetujui semua di luar keinginan dirinya sendiri. Contohnya seperti sekarang ini.

"Kami sebagai orang tua akan memberikan waktu bagi kalian berdua untuk saling mengenal satu sama lain terlebih dahulu. Nikmati dan pergunakan waktu itu dengan baik, sebelum melanjutkan ke jenjang yang lebih serius nantinya," imbuh Salman kemudian.

"Kami juga berharap jika kalian bisa saling akur dan memahami satu sama lain. Karena ke depannya juga kalian akan menikah dan hidup bersama dengan status yang berbeda."

Leo dan Clarissa kompak saling terdiam selama kedua orang tuanya berbicara. Bahkan keduanya sama-sama tak berinisiatif untuk menanggapi pembicaraan selain hanya dengan senyuman tipis yang sesekali ditunjukkan sebagai respon baik dari keduanya.

"1 minggu cukup kan?"

Clarissa tentu terkejut dengan pemberian waktu yang sangat singkat itu bagi mereka bisa saling mengenal lebih jauh sebelum melanjutkan ke jenjang yang lebih serius. Namun berbeda dengan Leo yang biasa saja karena sang empu benar-benar sudah pasrah akan keadaan. Ia seakan menerima apa saja yang ditentukan oleh mereka semua. Lagipula ia juga akan tetap kalah sekalipun menolak. Jadi percuma saja.

"1 minggu?"

"Iya. Kami memberi kalian waktu 1 minggu untuk saling mengenal satu sama lain. Baru setelah itu kita lanjutkan ke jenjang yang lebih jauh lagi," jawab Bagas memenuhi pertanyaan dari Clarissa barusan.

Karena tahu jika tak ada penolakan ataupun sanggahan dari pihak Leo, Clarissa pun turut diam dan tak berniat untuk mendebat sama sekali. Alhasil pertemuan mereka malam ini dianggap menjadi pertemuan pertama yang saling mengenal dari pihak yang bersangkutan. Hingga waktu sudah menunjukkan pukul 9 malam dan restoran juga mulai sepi oleh pengunjung, pertemuan mereka pun diakhiri dengan baik-baik.

"Clarissa."

Sang puan pemilik nama itu sontak menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah sumber suara yang ternyata berasal dari Leo yang saat ini berdiri tak jauh di belakangnya.

"Kenapa?"

Tanpa menjawab, Leo justru berjalan mendekat dengan mengulurkan tangannya untuk memberikan beberapa lembar uang padanya.

"Apa ini?" tanya Clarissa kebingungan dengan maksudnya yang tiba-tiba.

"Ini uangmu saat di restoran waktu itu," jelasnya.

"Kenapa dibalikin?"

"Karena memang ini milikmu."

"Iya tau, maksudnya kenapa malah dibalikin ke aku? Kan itu emang buat bayar-"

"Tidak perlu. Saya sudah reservasi untukmu waktu itu," potong Leo cepat.

Akhirnya Clarissa pun menerima kembali uangnya dari tangan Leo. Setelah urusannya selesai, Leo pun langsung melenggang pergi tanpa mengatakan sepatah kata pun terhadap Clarissa yang masih terdiam di tempatnya. Seakan tak mengenal sama sekali, pria itu sangat acuh tak acuh dari terakhir kali mereka bertemu.

"Dih, main pergi gitu aja. Dia marah sama gue ya?" monolog Clarissa melihat punggung Leo yang semakin tak terlihat karena terus menjauh.

Mengingat dari segala sikap ataupun ucapan Leo sejak tadi membuat sang puan jadi berasumsi jika ia sedang marah akibat kepergiannya beberapa hari lalu tanpa pamit dan salam. Tentu saja ia merasa tak enak hati dan segan terhadapnya, padahal waktu itu ia berniat menghindar dan tak ingin menemuinya lagi dengan cara tiba-tiba pergi menghilang. Namun sekarang takdir malah memberinya kenyataan jika mereka akan segera dijodohkan.

Sangat tak terduga oleh mereka masing-masing.

Terpaksa NikahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang