21 | friends, but fvck

4.9K 660 136
                                    




21 | friends, but fvck



Zane hanya bisa memutar bola mata ketika pagi-pagi sudah disuguhi adegan memuakkan di dapur.

Kali ini bukan Bimo-Sabrina seperti biasa, melainkan Mail-Regina.

Regina sedang memasak—wangi tumis-tumisan bumbunya enak sih—sedang Mail sibuk mengganggunya. Memeluk dari belakang, mencubit pipinya gemas, menyuapi buah potong.

Sesekali Zane mendengar gombalan keluar dari mulut temannya yang tidak tahu malu itu. Disusul tawa geli Regina.

Sungguh kesabaran Zane sedang diuji.

Semalam, dia terpaksa tidur di sofa living room karena suara-suara dari dua kamar yang menghimpit kamarnya luar biasa mengganggu. Eh, sudah mengungsi pun dia masih dikejar-kejar, membuat hal pertama yang dia lihat saat bangun tidak kalah bikin mual.

Kesal, Zane balik ke atas, berencana segera mandi. Di depan pintu kamar Bimo, dia bertemu siapa lagi kalau bukan Sabrina.

Zane menghela napas panjang melihatnya.

"Apa? Pagi-pagi jangan ngajak ribut, dong. Gue lagi good mood, nih."

Ogah menjawab, Zane mengedikkan dagu, menyuruh si cewek minggir supaya dia bisa lewat.

"Oh ya, bau masakan enak, siapa yang masak?"

Tentu saja Zane makin ogah menjawab.

Karena Sabrina tidak juga menyingkir dari tengah koridor, Zane pun lewat begitu saja. Sengaja menyenggol pundak si cewek hingga diberi sebuah teriakan kesal.


~


"Zane?" Di tengah waktu sarapan, setelah membuat rencana untuk pergi ke Penida pada weekend selanjutnya, semua menoleh padanya.

Zane menggeleng mantap. "Nggak ikut. Kementerian gue lagi hectic. Ada proker. Nggak enak kalau nggak standby."

"Halah, bilang aja ada cewek yang mau dateng." Agus mendengus pelan, diikuti cemoohan yang lain.

"Nggak masalah juga, kan?" Nggak mau kalah, Zane balas mencemooh. "Di sini nggak ada larangan ngundang tamu lawan jenis. Jangankan ngundang masuk villa doang, masuk kamar juga boleh. Yang nggak boleh itu, masukin laki atau bini orang ke kamar, biar nggak timbul masalah. Right?"

"Apaan sih ni orang, nggak asik banget." Mail kebakaran jenggot, entah kenapa rada tersentil mendengar omongan si Onta walau semua poinnya benar. "Ya iya lah, nggak boleh masukin laki atau bini orang. That is common sense. Semua juga tau. Nggak perlu diingetin dengan nada nyelekit gitu."

"Kalau nggak nyelekit, nggak meresap ke hatinya Agus." Zane menggeleng pelan, menatap Agus. Ironisnya, dia lagi menyindir Regina, tapi sambil menyendok masakan Regina yang ada di piringnya, bersiap memasukkannya ke mulut. Berkah nggak, nih? "Ya kan, Gus? Awas aja lo ntar nemu cewek cakep, main bungkus aja, nggak pakai background check."

"Bungkas, bungkus!" Agus berdecih. Rada emosi karena kekhawatiran Zane nggak mungkin jadi nyata. Alias dia sudah yakin bakal jadi satu-satunya yang ngenes di antara mereka berenam sampai masa magang berakhir. "Emang nasi dibungkus?"


~


Zane nggak berbohong ketika menggunakan alasan BEM untuk menolak ikut ke Penida.

#notdatingyetWhere stories live. Discover now