Hallo, ketemu lagi. Part ini ditemenin dulu sama A Biru, ya. Kenalan lebih dalam lagi sama doi. Ramein, okee 💙
***
"Pak Kaivan, atas semua kekacauan yang sudah melukai putra Valerian, saya dan satu keluarga Cakrawangsa meminta maaf untuk musibah yang terjadi. Saya tau apa yang dilakukan cucu tertua saya itu salah. Nanti saya coba kasih Xabiru pengertian—"
"Kalau Pak Mahesa tau, apa yang dilakukan cucunya adalah tindakan berbahaya, kenapa masih belum ada kemajuan dalam menghimbau?" Kaivan menyela permohonan dari pihak lain. "Bukan sekali dua kali ternyata, Pak. Musibah kebakaran ini terlalu sering. Sekadar ngasih pengertian untuk cucu tertua Anda, kayaknya nggak akan merubah apapun."
"Iya, Pak Kai. Kami satu keluarga sadar soal itu. Untuk permintaan maaf, kami akan ganti rugi semuanya."
Kaivan menatap pria paruh baya yang seusia dengan ayahnya itu—jika masih ada. Mahesa masih begitu terlihat kokoh dan tinggi kendati tidak lagi muda. "Saya nggak perlu ganti rugi apapun. Pemulihan Zayyan biar jadi tanggungjawab keluarga kami sepenuhnya."
Memberi jeda, Kaivan melanjutkan, "tapi saya minta, untuk Cakrawangsa bisa lebih hati-hati memantau perilaku Xabiru. Yang dilakukan oleh cucu Bapak itu bukan kenakalan remaja yang harus dimaklumi, tapi sebuah tindakan kriminal. Pak, nggak ada harga yang pantas untuk membayar satu nyawa yang hilang."
Sebagai seorang Ayah, kalimat Kaivan jelas bisa dipahami. Mahesa hanya mengangguk khidmat tanpa mengurangi wibawanya. Ini baru saudaranya yang berbicara, belum lagi jika Rayyan Arka Valerian yang menemuinya. Mahesa yakin, masalahnya akan semakin kemelut. "Kami paham. Maaf sekali lagi."
"Nggak dibawa ke jalur hukum, Pa?" tanya Zayyan dari belakang.
Mahesa mengalihkan pandangannya terhadap laki-laki remaja yang masih duduk prihatin di atas bed.
Kaivan melirik. "Perlu?"
Mahesa menarik napas panjang. "Pak Kaivan, atas kesadaran penuh saya minta kesempatan untuk memperbaiki ini. Jangan bawa kasus ini ke jalur hukum. Saya janji dan saya pastikan, Xabiru nggak akan mengulangi hal yang sama. Ini yang terakhir," ucap pria itu, ia kembali menoleh pada putra Rayyan tersebut. "Atas nama Xabiru, tolong dimaafkan Zayyan ...."
"Saya pegang janji Anda, Pak Mahesa."
"Terimakasih."
"Atau kalau masih terulang dan melukai anak-anak saya lagi," Kaivan menggantungkan ucapannya. "Saya akan tuntut Cakrawangsa."
Pria itu hanya tersenyum segan, tanpa membalas kalimat apapun lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
ENIGMA : Last Flower
Teen FictionMadava Fanegar itu pria sakit jiwa. Hidupnya berjalan tanpa akal sehat dan perasaan manusiawi. Madava Fanegar itu seorang psikopat keji. Namanya dikenal sebagai kutukan setan. Ia habis disumpah serapahi, bahkan hingga akhir kematiannya. Awalnya semu...