BAB 48 : Redroom

79.9K 6K 4.9K
                                    

Hee maaf telat, lembur dikit 😭🙏🏻 Ini trailer lama sih, tapi gapapa buat yang belum tau, boleh ditonton dulu 💙🌷

Hehehe, ramein 🤡

****

Dua hari sebelumnya ....

Alea tidak menduga, jika mengetahui suatu rahasia seseorang adalah sebuah dosa yang harus ditebus oleh nyawa.

Badan ringkih itu nampak terpatah-patah menahan nyeri luar biasa di sekujur tubuhnya. Ia tidak mampu duduk, apalagi berdiri. Alea hanya mampu meringkuk, meremas perutnya yang terasa keram. Tendangan orang itu mengenai punggungnya, benar-benar memberikan efek besar pada si jabang bayi. Belum lagi muntahan darah yang berkali-kali keluar dari mulutnya, membuat kondisi Alea kian payah. Gadis itu terisak menangis.

Tidak pernah sekalipun Alea pikirkan, bahwa malam ini akan menjadi malam paling terkutuk yang ia lewati. Satu persatu kegilaan nampak di depan mata. Dada gadis itu terasa nyeri, menahan gejolak diri. Alea yang disebut perempuan pintar memainkan emosi, nyaris tidak berekspresi, pada akhirnya runtuh juga detik ini. Wajahnya merenggut menahan kesakitan yang teramat sangat.

"A Biru harus pulang ... pulang jadi Zayyan Tahta ... Cakrawangsa bukan rumah dia," lirih Alea membuat orang yang berdiri di depannya menatap kelam. "Dia harus pulang ...."

"Enggak," tolaknya kejam.

"Tolong jangan gini ... A Biru udah kesiksa lama di Cakrawangsa. Dia ... dia nanggung penderitaan yang bukan milik dia," ucap Alea kian memelan, suaranya melambat ketika tenaganya yang tidak seberapa itu nyaris kandas. Alea berangsur-angsur mendekat, ia rela menyingkirkan rasa sakitnya demi menggapai sepatu sekolah orang itu.

Dan orang itu tetap diam, membiarkan Alea menyentuhnya tanpa penolakan. Hanya ada tatapan tanpa belas kasih kala melihat gadis yang sudah ia aniaya, kini memohon ampun untuk dibebaskan. "Biarin Biru mati."

"Lo jahat!" Alea berteriak serak, kepalanya mendongak, kini tangannya merambat naik ke atas seragam sekolah orang itu untuk dikoyak. "Itu bukan tempat tinggal dia! Rumahnya bukan di sana... biarin A Biru pulang ...."

Permintaan Alea terlalu mengusik telinga, amat menganggu. Maka dengan kesadaran penuh, orang itu kembali mengayunkan telak tongkat besi miliknya mengenai sisi kepala Alea hingga gadis itu terbanting lagi ke belakang. Suara lengguhan gadis itu sebetulnya menyayat hati, hanya saja ia tidak memiliki pilihan untuk mundur, tindakannya terlalu jauh. Maka, sekaligus kan saja. "Lo juga mati aja, Al."

Alea tidak mendengar. Kendati darah mulai mengucur di sebelah pelipisnya, gadis itu masih sekuat tenaga mempertahankan kesadarannya. Ada kebenaran yang harus gadis itu sampaikan pada Valerian, meskipun Alea tahu bahwa kecil kemungkinan untuknya bisa selamat.

"Mati sekarang aja gimana, mau?"

Sungguh, Alea sudah tidak bisa mengasihi dirinya sendiri malam ini. Dia tidak peduli.

Kematiannya mungkin hanya akan membuat satu orang berduka—Bi Maiza saja—akan tetapi Zayyan Tahta? Kehidupan agung lelaki itu jelas tidak sepele. Kepulangan Zayyan Tahta pastinya akan menjadi kabar bahagia paling nyata untuk Valerian. Xabiru harus pulang. Bagaimana pun juga, lelaki itu selalu baik pada Alea sedari kecil.

"Al? Lo bakal hidup kalau tutup mulut," kata orang itu membuat Alea tersenyum pahit. Jelas ia tidak mau. Itu hanya bualan.

"Enggak, enggak bisa ...."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 02, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ENIGMA : Last FlowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang