📚 34- tanpa judul

3.7K 220 34
                                    

_____________

"aku sakit," gumam Varsya dengan kelu, tangannya tak berhenti bergetar gadis itu tidak tau jika efek dari gangguan kecemasan bisa menghalangi jalan hidupnya.

Derren menggenggam tangan Varsya membungkus dengan telapak tangan besar dan hangat miliknya, tersenyum dengan begitu hangat kepada gadis keras kepala yang saat ini tidak berdaya.

"Lo nggak sakit, kan udah sembuh." Kata Derren memberi kalimat penenang.

"Kamu nggak tau, aku-..."

"Gue tau semuanya Varsya," potong Derren, mengusap telapak tangan kecil yang kini di banjiri keringat.

"Masalah apapun yang Lo hadapi, cukup Dateng ke gue. Semuanya akan gue selesain, nggak ada yang perlu Lo pikirin nggak perlu cemasin apapun." Derren bicara dengan tenang, memberi arahan serta keyakinan.

"Semuanya akan baik baik aja, selama Lo nurut!"

Tepat setelah kalimat itu selesai Derren utarakan Varsya bisa merasakan bibir pemuda itu menempel tepat di pelipisnya.

Cup

Tunggu, Derren menciumnya? Tapi kenapa?

Dan yang harus kalian garis bawahi adalah respon tubuh Varsya yang merasa jika itu bukan sebuah ancaman, Varsya malah merasa tenang dan damai.

Mantra apa yang sudah Derren berikan?

Harusnya saat ini Varsya mendorong Derren, memberi tatapan permusuhan sambil memaki maki si brandalan itu. Namun semuanya malah berbeda, Varsya seolah menerima perlakuan yang Derren berikan.
*
*
*

Loria beruntung jika kali ini dia tidak masuk ruang konseling di karenakan para guru sibuk mengurus para murid yang bermasalah tempo hari, soal 13 testpack positif.

"Lo nafsu banget, rambut Azumi banyak yang patah bangsat." Ujar Damar dengan tawanya.

"Suru siapa dia sok banget," jawab Loria acuh.

Damar menaikan satu alisnya, "Lo yang gatel sama cowok orang, sadar diri Napa sih. Kaya nggak ada cowok lain aja..." Damar jadi kesal.

"Bodoh amat,"

"Dari mana aja Lo, gue abis berantem Lo malah ngilang..." kedatangan Varsya di hadiahi pertanyaan.

"Ada urusan," jawab Varsya dengan asal.

"Gue liat Derren meluk Lo bego, urusan apa Lo sama dia. Intim banget," mulut ember Damar membuat Loria menuntut penjelasan.

"Beneran, Lo udah pacaran sama Derren dong." Heboh Loria.

Varsya ingin mencubit ginjal milik Loria, memintanya untuk berhenti bicara saat ini. Ini menyebalkan!

"Pelukan bukan berati jadian, lagian juga dia yang meluk. aku nggak kan!" Varsya mencoba membela diri, apa lagi melihat reaksi berlebihan dari Loria.

"Lo nyender bangsat, jangan Lo fikir gue nggak liat Lo jatuhin kepala ke dada dia. Berasa liat drama gue," Memang mulut Damar tak bisa di kontrol, bisakah dia diam agar suasana tidak semakin sulit untuk Varsya.

"Wih wih, bentar lagi main cium ciuman nih..." sambung Loria dengan tengilnya.

Ok, Varsya tidak bisa menahan raum merah di pipinya lagi. Bangsat memang dua sahabatnya ini, menyebalkan.

Bisa gila jika mereka berdua tau kalo Derren sudah menciumnya, ah Varsya merasa telah membuat kesalah yang begitu fatal.

"Gue tau Derren bukan orang baik, tapi gue rasa cuma dia yang bisa imbangin lo. So gue selaku temen Lo udah restuin kalian berdua." Kata Loria yang ingin sekali Varsya hadiahi dengan pukulan.

Lembar KisahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang