11

3.9K 341 51
                                    

"Ayo balik cil"

Leo tersentak sejenak saat tiba-tiba ada yang mengangkat tubuhnya. Ia diam saja karena memang ia tengah mengantuk sekarang. Lagipula yang menggendongnya itu adalah om temboknya.

Leo membiarkan om temboknya itu membawanya pulang. Ia yakin akan sampai rumah dengan selamat. Bocah empat tahun itu tidak peduli dengan keadaan papa biologisnya. Salah sendiri berani menculiknya. Kan Leo ndak like.

"Mau bobok sama Kak Fara" lirih Leo pelan.

Altheo memutar bola matanya malas mendengar itu. Dasar bocil singa.

•••

Gladys terbangun ketika merasakan tenggorokannya begitu kering. Rencananya ia ingin pergi ke dapur untuk mengambil air. Sudah menjadi kebiasaannya tidak pernah menyimpan segelas air di kamarnya.

Gladys berhenti sejenak, dahinya mengernyit ketika melihat dua onggok tubuh tertidur di ranjangnya. Mereka berpelukan erat dengan selimut miliknya yang membungkus keduanya. Huh pantas saja ia tadi tidak menemukan selimutnya. Dipakai mereka berdua ternyata.

Gladys menuruni tangga lalu berbelok ke kanan sesuai tujuannya tadi yaitu dapur. Ia duduk di kursi meja makan sejenak. Ia sudah tidak mengantuk lagi sekarang.

Gladys menghela nafas panjang. Ia hidup nyaman di sini. Kekayaan, kecantikan, orang yang menyayanginya, juga tentunya kumpulan orang-orang tampan yang mengelilinginya.

Tetapi kenapa ia merasa ada yang kosong di hati mungilnya?

Lagi-lagi gadis itu menghela nafas panjang. Jujur saja ia merindukan kehidupannya dulu. Yah termasuk stepbrother brengseknya itu. Walaupun ia kini membenci cowok itu, tetapi di lubuk hatinya, ada setitik rasa rindu disana. Mau bagaimanapun, cowok itu juga yang selalu ada untuknya. Yah meskipun ada niat terselubung disana.

"Kenapa hm?"

Sepasang lengan kekar tiba-tiba melingkari pinggangnya. Gladys agak terkejut tadi namun kembali biasa seperti semula. Orang itu tentu saja adalah Altheo. Memangnya siapa lagi laki-laki yang kini ikut menghuni rumahnya.

Leo? Bocil itu kalau sudah tidur pasti akan seperti orang yang sedang simulasi mati. Yah persis ibunya.

Gladys mengelus pelan kepala Altheo yang bersandar pada bahunya. Altheo sendiri menikmati usapan itu sembari menghirup leher Gladys mencari aroma khas gadis itu yang selalu menjadi candunya.

"Al?"

Altheo hanya menjawab dengan gumaman tak jelasnya.

"Kalau gue bukan Gladys gimana?"

"Maksudnya?" lirih pemuda itu

Gladys tidak menjawab. Ia ingin memberitau semua orang terdekatnya kalau ia bukan Rifara. Tetapi apakah dirinya siap?

Dia sudah terlanjur nyaman disini. Hatinya tidak siap menerima kebencian mereka.

Tetapi di sisi lain, ia merasa bersalah karena terus membohongi mereka. Ia juga secara tidak langsung sudah mengambil kasih sayang mereka yang seharusnya adalah milik Rifara.

Tetapi ini bukan salahnya kan? Bukan  keinginannya untuk masuk ke raga tokoh figuran ini. Ia tanpa tau apa-apa tiba-tiba terbangun di raga ini. Sebenarnya tujuan ia masuk ke raga Rifara ini apa sih?

Who Am I ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang