12. javas rakus

451 16 4
                                    

Happy Reading❤️

***

Setelah tinggal satu malam dirumah Javas, tidak bisa dipungkiri Desya memang merasa nyaman dengan perlakuan pria itu, tetapi tetap saja ada yang mengganjal didalam hatinya. Ia merindukan kamarnya, bukan karena kamar ini tidak seluas kamarnya atau kasur ini tidak seempuk kasurnya, tetapi ia menghabiskan selama 23 tahun usianya disana. Tempat itu adalah satu-satunya tempat ternyaman buatnya selama dirumah, disana ia bisa bersembunyi dari kesakitan yang akan ia dapat selama berada dirumah. Dikamar itu biasanya ia berlindung dan menumpahkan segala tangisannya dan tidak akan ada yang men-judge maupun memukulnya kalau ia berada disana. Ia selalu berusaha agar kamarnya tidak menjadi salah satu saksi bisu dari kerasnya orang tuanya kepadanya, ia ingin memiliki satu tempat ternyaman disana dan kamar itu lah satu-satunya.

Desya juga tidak menyangka memiliki keberanian untuk menentang orang tuanya dan keluar dari rumah. Ia tahu tidak akan mudah jalannya kedepan bersama Javas, tetapi ia belum pernah merasakan kenyaman seperti yang diberikan pria itu kepadanya. Ia tidak ingin kehilanga  rasa nyaman dan rasa terlindungi itu. Setelah bertahun-tahun berjuang sendirian akhirnya ia menemukan seseorang yang bisa menjadi pelindung. Ia tidak sendirian  lagi didunia yang kejam ini, ia yakin  Javas bisa menjadi temannya melewati kerasnya dunia. Bersama Javas, segalanya terasa lebih indah dan berwarna. Ia juga siap melewati cobaan kedepan asal ia melewatinya bersama dengan Javas.

Semalaman dirinya tidak bisa tidur, ia mungkin merasa asing atau tidak enak hati karena Javas harus tidur disofa, pasti pria itu kedinginan. Menoleh kearah jam dinding, sekarang juga sudah jam empat pagi, apa dia bangun saja membuatkan sarapan. Tetapi Desya juga tidak mau lancang, yang sebenarnya ingin dilakukannya adalah keluar dari kamar ini dan melihat keadaan Javas diruang tamu, pasti pria itu kedinginan.

Membulatkan tekat, akhirnya Desya beranjak dari tidurnya, melangkah perlahan dan membuka pintu kamar sangat pelan, takut membangunkan pria itu. Setelahnya ia menemukan Javas tidur disofa yang bahkan tidak dapat menampung kaki panjang pria itu, tidur tanpa selimut hanya mengenakan kaos oblong dan celana pendek. Melihat cara tidur Javas yang melipat tangannya didada seperti melindungi diri dari angin malam, ia yakin pria itu kedinginan sepanjang malam. Desya kemudian berbalik kearah kamar dan membawa selimut tebal keruang tamu lalu dengan perlahan menyelimuti tubuh pria itu. Tetapi walaupun sudah berusaha, selimut itu juga tidak bisa menutup dari ujung kaki sampai batas leher Javas, sampai-sampai ia membatin 'berapa sih tinggi pria ini?'. Desya menyerah ia membiarkan saja dari dada keleher tidak ditutupi selimut tetepi ia terpaku saat melihat wajah lelap pria itu, ia baru menyadari betapa rupawan dan tegas wajah Javas. Bentuk alis, hidung dan rahang yang sempurna, tetapi setelah diperhatikan lagi pria ini seperti keturunan bule. Apa papa Javas berasal dari luar? Desya kemudian menggeleng cepat, membuang pemikiran asal-usul pria itu. Jangan sampai pria itu mengetahui pemikirannya yang kepo, bisa-bisa nanti dia sedih.

Desya memutuskan untuk mandi terlebih dahulu sebelum membangunkan Javas. Saat ia berbalik dan akan melangkah tiba-tiba tangannya dicekal erat. Ia menoleh dan menemukan tatapan sayu Javas dan kemudian ia terhempas kedada pria itu karena tarikan kuat Javas di pergelangan tangannya. Ia mendongak dan sudah akan menyemprot pria itu karena tingkah anehnya pagi ini membuat dadanya sakit terbentur dada keras Javas. Tetapi saat ia membuka mulut sesuatu yang juga sama basah dan lembut memerangkap bibirnya yang terbuka. Dan tidak hanya disitu lidah Javas masuk kedalam mulutnya mencari pasangannya dan menari-nari disana. Desya sempat memebelalak kaget tetapi kemudian ia menutup mata erat merasakan permainan Javas dibibirnya. Mulutnya sampai kaku dan pegal tetapi Javas masih tidak melepaskannya, ia bahkan mendengar suara berat Javas yang menggeram. Remasannya dibaju Javas menguat saat lidahnya ditarik dan dihisap pria itu rakus, kakinya lemas, ia tidak yakin setelah ini akan bisa berdiri tanpa meleleh terduduk. Karena mulutnya tidak dibiarkan terkatup sampai-sampai ia tidak bisa menelan ludah sendiri, ludahnya keluar dari sudut bibir tetapi lagi-lagi pria itu membuatnya spot jantung. Sudut bibirnya dijilat lalu kemudian secara bergantian bibir atas dan bawahnya dihisap keras oleh Javas dan setelahnya ia dilepaskan.

Desya hampir melorot dan terjatuh tetapi pria itu lagi-lagi menahannya dengan memeluk erat pinggangnya.
"Aku pikir tadi itu mimpi" serak pria itu menusuk manik Desya. Ia dapat melihat kabut disana, pria itu masih mencoba mengatur nafas sama sepertinya yang masih terengah.

"Maaf membuatmu kaget dan takut" pria itu melanjutkan lagi setelah bernafas normal. Tatapannya jatuh kebibir Desya yang masih terbuka dan terengah, bibir itu bengkak dan memerah. Ia ingin memukul kepalanya, ia hampir memakan habis bibir Desya. Wanita itu pasti ketakutan sekarang, kenapa ia tidak bisa menahan diri? Ia fikir tadi itu adalah mimpi seperti biasa yang dialaminya.
Desya adalah mimpi indah masa puber dan masa dewasanya, wajah wanita itu selalu ada difikirannya. Dan Desya baru tinggal semalam bersamanya ia hampir kehilangan kendali dan melahap habis wanita itu. Javas memaki didalam hati saat melihat tatapan bingung wanita itu, antara percaya dan tidak, banyak arti dalam tatapan wanita itu.

Bibir Desya kelu, ia tidak tahu harus mengatakan  apa lagi. Bahkan bibirnya terasa agak panas dan penuh, pria itu tidak tanggung-tanggung. Ia tidak pernah membayangkan bahwa sebuah ciuman bisa berefek sebegininya kepada tubuhnya. Ia bahkan merasakan celana dalamnya membasah, ia sungguh sangat malu sekali. Desya mengetahui artinya itu, ia memang belum pernah melakukan hal yang aneh tetapi ia bukanlah anak-anak lagi, dirinya sudah dewasa. Setelah merasa kakinya sudah kuat walaupun pasti akan sedikit goyah, ia mencoba melepaskan diri dari dekapan pria itu. Posisi ini sangat tidak nyaman, Javas pasti bisa merasakan payudaranya yang menekan dada pria itu.

Tentu saja Javas melepaskan, ia juga ikut bangun dari tidurnya.
"Desya?" Ia berdehem saat mendengar suaranya sendiri yang masih serak.

'Dasar mesum'

Desya terdiam tetapi tidak berbalik ia menunggu ucapan selanjutnya pria itu.

"Kamu marah?"

Apakah ia marah? Desya juga tidak tahu. Tidak munafik ia bahkan ikut menikmati hanya saja dirinya kaget. Pria itu terlalu... terlalu rakus, ia bingung menjabarkannya.
"Ehm..."

"Jangan marah, aku akan berusaha untuk menahan diri" potong Javas cepat. Ia tidak membiarkan wanita itu mengatakan sepatah katapun, karena ia yakin pasti Desya marah kepadanya. "Itu... itu tidak akan terulang lagi" lanjutnya dengan berat hati.

Entah kenapa Desya tidak menyukai ucapan pria itu. Ia berjalan dengan kaki dihentakkan menuju kamar mandi, ia harus mandi untuk mendinginkan kepalanya. Ia butuh ruang agar bisa memahami situasi ini.

***
Tbc

semoga idenya tetap lancar yagesya
Setelah ini up nya tiap hari tapi gak janji wkwk


06 Oktober 2023

Our Love Is CrazyWhere stories live. Discover now