akhir dari semuanya

1.8K 128 16
                                    

Jennie tersenyum bahagia saat melihat  sekeliling, rumah yang di beli taehyung memang tidak berlantai dua dan juga tidak terlalu besar tapi cukup nyaman ditinggali, apa lagi taehyung sudah mencicil mengisi rumah tersebut dengan beberapa furniture yang  dibutuhkan seperti tempat tidur, lemari, sofa bahkan kitchen set

perasaan Jennie banar benar berbunga, apalagi saat taehyung menelponnya. ia dengan cepat mengangkatnya dengan ceria

"hallo sayang..." ujar Jennie cepat

"gimana ? kamu suka rumahnya ?" tanya taehyung diujung sana

"suka banget ! aku gak nyangka kalau kamu bahkan udah ngisi rumahnya loh.." Jennie tersenyum sendiri, tak hentinya merasa bersyukur karna taehyung memberikan kesempatan

"syukur kalau kamu suka, kamu udah sekali beberes baju kan ?" tanya taehyung lagi

"iya, tadi sekalian bawa koper waktu kesini. tapi masih ada 1 atau 2 barang sih yang ketinggalan.." ujar Jennie yang memeng menilik rumah barunya sekaligus mencicil membawa barang barangnya yang memang tidak banyak

"kalau gak penting gak usah di ambil juga gak apa apa.."

"tapi kan sayang, oh iya sayang... uang ku habis. aku harus belanja buat kebutuhan rumah dan dapur kan ?" ucap Jennie hati hati, ia butuh uang selama taehyung belum kembali

"maaf aku gak bisa ngirim..." tolak taehyung membuat Jennie cukup terkejut, ia bahkan langsung menyerengit bingung

"kenapa ? belum gajian ya ?" sebisa mungkin Jennie menahan diri untuk tidak marah

"gak.. bukan itu, aku rasa rumah dan isinya itu sudah cukup Jen.."

Jennie menyerengit "maksud kamu ?"

"kamarin ada yang kirim paket berkas kan ?" tanya taehyung dengan suara lelah

"iya..." lirih Jennie belum juga mengerti situasi

"kamu bawa kan ?"

"iya, tapi masih ada dalam koper belum ku buka..." ujar Jennie mulai bingung

"coba kamu buka dulu.." titah taehyung

"itu cuma sertifikat rumah kan ?" Jennie mulai merasa gugup dengan alasan tidak pasti

"buka dulu Jen..."

Jennie berdecak dan melangkah ke ruang tamu dimana kopernya berada "iya.. iya.."

di bukalah kopernya dan berkas yang taehyung maksudkan, dan betapa terkejut serta gemetar tubuh Jennie melihat map berwarna hijau yang ia pegang dengan tulisan bercetak tebal bertuliskan 'Pengadilan Agama Jakarta'
rasanya ia tidak kuat dan tidak ingin menerima tapi ia juga ingin tahu jadi begitu di buka map tersebut dan berganti menjadi sebuah selebaran berjudul "akta cerai" Jennie pun langsung luruh kelantai, kakinya lemas dan dadanya serada tidak karuan seolah dihantam benda keras yang membuatnya remuk seketika

"ini... ini... apa... maksudnya..."

suara Jennie bergetar dengan telpon yang masih terhubung ia kembali tempelkan ditelinga, sebenarnya ia tidak bodoh untuk membaca karna di sana jelas tertulis namanya dan juga nama taehyung tentunya

"kamu bisa baca Jen, dan ini akhir dari semuanya.."

suara Jennie tercekat, lehernya seolah tercekik tisaj mampu mengeluarkan sepatah katapun

"kita resmi bercerai dan sebagai gantinya aku kasih kamu rumah sebagai harta gono gini diantara kita..." ucapan taehyung menyadarkan jennie

"hikks... kenapa... kenapa taehyung !! akuh... hikks... aku.. aku bahkan udah berusaha berubah hikks... tapi kenapa..."
suara Jennie tak lagi bisa keluar saat teredam tangisannya sendiri, rasanya begitu menyesakkan hingga ia kesulitan bernafas

"hubungan kita sudah gak sehat dan gak bisa dipaksakan, terimakasih sudah mau berubah tapi kamu musti tahu itu juga demi kebaikan mu sendiri. berbahagialah Jen semoga kamu bahagia dan bisa hidup lebih baik, maaf mungkin kamu anggep aku pengecut. tapi ini lebih baik untuk kita berdua." pamit taehyung

"huu... huu.. kamu jahat... hiikss... kamu sialan !! brengsek !" maki Jennie emosi

"ya, terserah kamu anggep apa Jen. toh aku dan kamu tidak ada bedanya anggap aja kita impas. aku boleh menipu kamu dengan pergi  seenaknya tapi kamu juga banyak berdosa dengan bohong ke aku Jen. soal uang tidak pernah ku permasalahan tapi soal keturunan kamu jelas nipu aku jen, aku tahu kalau kamu gak bisa punya anak.."

Jennie diam, ia memegang dadanya yang nyeri tak mampu menjawab taehyung

"jangan pikir aku ceraiin kamu karna kamu gak bisa kasih anak meski itu juga salah 1 faktornya tapi lebih dari itu aku gak bisa lagi nerima kamu dengan sejuta rahasia yang kamu miliki.."

tidak menunggu jawaban Jennie, taehyung mematikan telfonnya membuat Jennie kian luruh dan teriksa

gak... aku gak mau cerai taehyung !! aku gak mau !! teriak Jennie dalam batinnya

"hiiks... hikkss.. taeh... taehyung... hiikss..."

jika bisa memilih Jennie tentu akan memilih untuk kembali memutar waktu, ia menyesal dan ingin memperbaiki semuanya ia ingin jujur sejujurnya meski itu tak lagi mungkin.

penyesalan memang terakhir bahkan dengan apa yang Jennie miliki saat ini ia tak mampu terhibur karna jika Jennie bisa ia tidak mau rumah baru tapi ia ingin bersama taehyung selamanya bahkan tak apa meski ia harus hidup dirumah sempit bahkan mengontrak. kini sesal yang ia rasa benar benar menampar dan membuat Jennie sadar kalau ia salah, kalau ia benar benar mencintai taehyung mantan suaminya







sore itu, dengan sisa tenaga dan langkah gontainya Jennie kembali ke rumah kontrakan sebelumnya. ia berharap disana ada sisah kenangan dari taehyung yang mampu ia bawa dan simpan meski itu hanya sepotong pakaian usang.

ia masih tidak terima, bahkan jika bisa ia akan menganggap semuanya hanya lelucon dan tidak pernah terjadi.

terlihat kuyu bahkan matanya merah sembab Jennie terus memaksa jalan setelah puas menangis dan sadar kalau taehyung tak lagi bisa dihubungi. ia berharap belum terlambat untuk kembali pada taehyung.

ia akan menunggu di rumah sempit itu sejenak dan jika taehyung belum kembali juga maka ia akan segera melacak jejaknya namun segala rencana Jennie yang  tersusun harus pudar saat mendapati perempuan tua yang duduk tertidur dikursi lusuh teras rumah kontrakannya

"ibu..." lirih Jennie dan entah mengapa langkahnya kini menjadi cepat bahkan ia mampu berlari

"ibu !!" sang empu tersadar, ia membuka mata dan menatap Jennie berdiri didepannya penuh dengan deraian air mata

"hiikss... ibu...." Jennie kalah, ia menghambur dalam pelukan dan kembali menangis pecah saat teringat fakta yang ada. ia memeluk ibunya erat bahkan tak mampu menjawab saat ibunya bertanya kenapa. Jennie larut, ia benar benar merasa berat dan kehilangan. semua memang akan terasa jika sudah tidak ada dan hanya penyesalan lah yang akan tersisah








selesai

makasih buat semua yang udah mampir baca 😘

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

makasih buat semua yang udah mampir baca 😘

PelakorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang