ITA- 29. Selesai

1K 42 5
                                    


Hᥲᥣ᥆᥆᥆! ꒰  ु  ˊ ˘ ˋ  ू  ꒱

Terimakasih.

....

Nata memeluk tubuh Gibran yang sudah tak bernyawa. Faizan menginjak jemari Alasya, melepaskan pistol digenggam Wanita itu.

Liam tak bisa menahan tangisnya, pemuda itu terduduk menatap Gibran yang tak lagi bernyawa.

Tiba-tiba sosok yang mereka kenal berdiri dengan pandangan dingin kearah mereka semua, "Ca?" Suara Liam parau, sebelum tiba-tiba tembakan langsung mengarah pada pemuda itu.

Liam menghindar, Gadis itu Nadira ocata, memberikan tembakan beruntun kesegala arah.

Faizan dan Fhaisal melepaskan pegangannya pada Aznan dan Alasya. Keduanya menatap Oca tidak percaya.

"Ca, apa-apaan lo?" Tanya Faizan pada Oca.

"Gue bohong Zan, gue gak bisa hidup tanpa pengakuan papa." Ucap Oca setelahnya. Aznan memeluk Oca, putri kandungnya.

Aznan sangat membenci keluarga Panduwinata, karena sebuah perjanjian yang menghancurkan hidupnya.

"Anak pintar," ucap Aznan mengecup kening putrinya. Oca menatap Liam, dingin tak seperti biasanya.

"Gibran udah mati? Sayang banget, harusnya dia mati karena gue. Dia itu perusak rencana." Ucap Oca menatap jasad Gibran dihadapannya, Faizan menarik Nata menjauh. Membawa gadis itu menaiki anak-anak tangga.

"Gimanapun juga, lo harus selamat." Ucap Faizan pada Nata, Faizan menghapus jejak airmata Charynata.

"Maaf, gue gak bisa jadi rumah yang baik. Gue bakal lindungi lo, sama kaya Gibran." Ucap Faizan.

Keduanya berada diatas tangga saat suara tembakan kembali terdengar, sementara dibawah Liam berusaha menghindari tembakan yang Oca layangkan kepadanya. Remaja laki-laki itu berlari membawa Oca menuju halaman belakang kediaman Alatas.

Satu tembakan mengenai betis Liam. Remaja laki-laki itu tetap berlari, tembakan lainnya kembali dilepaskan, bahu kiri Liam kembali menjadi korban.

"Berhenti!" Liam terdiam, berbalik menatap Oca yang berteriak padanya.

"Tembak gue." Kesal Oca, gadis itu menatap pistol yang berada di genggaman Liam. Oca mengangkat tangannya, pistol yang ada di genggamannya diarahkan sejajar dengan dada Liam.

Liam mengangkat pistol ditangannya. Keduanya kini saling menarget satu dan yang lainnya.

"Lo punya kata-kata terakhir?" Tanya Oca pada Liam.

"Sial, gue tetap jatuh cinta sama lo, walau gue harus mati ditangan lo." Ucap Liam.

Suara tembakan terdengar bersamaan. Peluru Oca menembus jantung milik Liam, sayangnya Liam malah mengarahkan pelurunya melewati kepala gadis itu.

Liam limbung, pemuda itu terbatuk darah.

"Oca, gue curiga sama dia." Ucap Gibran saat mereka berkumpul untuk membicarakan tentang rencana mereka.

Faizan dan Fhaisal mengangguk tanda setuju, Rayena hanya bisa terdiam tanpa menanggapi.

"Apa maksud lo bangsat!?" Liam menarik kerah seragam Gibran, tidak terima gadisnya menjadi tersangka.

I'm the antagonistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang