HADIAH DARI PENCIPTA

11 2 0
                                    

Nak, ketahuilah bahwa kamu adalah hadiah yang terindah dari sang pencipta, setelah mempertemukan diriku dengan wanita hebat seperti ibumu kelak.
_Arden Alzabi Habibie_

Seyara17
*
*
*
*


Selamat menikmati
Diam dan Bacalah menggunakan hati.......

Sesampainya di luar ruangan, aku melihat mas Habi yang tengah berbicara dengan karyawanku, terlihat pucat apakah dia sedang sakit? Bukankah waktu pagi dia terlihat baik-baik saja, lantas aku menghampiri mereka yang sedang berbicara

"Mas" panggilku padanya dan mendapatkan respon yang tak terduga darinya, pasalnya mas Habi memelukku tiba-tiba terlebih lagi di depan yang lainya.

"Mas ngga diizinkan bertemu sama kamu, sama karyawan kamu ini" tuturnya padaku, aku pun memberikan penjelasan pada karyawanku bahwa mas Habi adalah suamiku, dan setelah mengucapkan kata maaf karyawanku pun beranjak pergi melanjutkan pekerjaan nya kembali. Aku yang melihat mas Habi terlihat seperti sakit pun bergegas membawanya memasuki ruangan ku, sesampainya mas Habi di dalam ruangan ku dirinya kembali berucap membuatku gemas akan dibuatnya

"Sayang, mas pusing makanya mas datang ke sini." Tuturnya lagi padaku

"Memangnya mas sakit apa?" Tanyaku padanya seraya menuntunnya untuk berbaring di sofa

"Pusing, mas maunya berbaring dipangkuan kamu." Ucapnya dengan nada memohonya, aku pun yang tak tega mendengar nya akhirnya menyetujuinya.
Setelah berbaring dipangkuan ku, mas Habi kembali berucap

"Sayang, bisa minta tolong usapin dahi mas seperti yang mas lakukan kek kamu kalau kamu sedang sakit kepala." Ucapnya kembali, aku pun lagi-lagi menuruti permintaan nya, setelah beberapa menit kemudian terdengar suara dengkuran halus darinya, rupanya sudah tertidur, aku masih saja mengusap-usap dahinya ternyata memang benar bahwa jika seorang laki-laki jatuh sakit dia akan menjadi manja seperti seorang anak kecil, aku pernah melihat tulisan itu di salah satu karya dari seorang penulis yang di share oleh seseorang, hingga tak terasa rasa kantuk pun menghampiri ku.

Terdengar lantunan suara adzan dari handphone miliku membangunkan ku dari tidur siangku, terlihat mas Habi yang sudah tidak berada di pangkuanku. Lantas aku bergegas turun menuju lantai satu tempat cafe ku, dari arah kejauhan terlihat mas Habi sedang memandangi arah luar cafe dengan pemandangan kendaraan yang berlalu lalang meskipun keadaan jalan sedikit lenggang. Aku pun berjalan menghampirinya, dan menepuk pundak nya dari arah belakang seraya berkata

"Mas Habi, liatin apa?" Tanyaku padanya seraya mengikuti arah pandangnya

"Mas penasaran sama jalanan di sini." Ucapnya membuatku bingung, aku pun hanya ber oh ria mendengar jawaban darinya, lantas aku mengajaknya menuju salah satu tempat makan yang berada di sekitar cafe ku ini seraya berjalan-jalan, bukankah mas Habi penasaran dengan jalanan di sini

"Mas Habi sebaiknya ikut denganku, kita makan di salah satu tempat makan yang berada di sekitar tempat ini, dan mas Habi bisa menghilangkan perasaan penasaran mas Habi itu." Ucapku padanya dia pun menyetujui ucapanku.

Sepanjang perjalanan, terlihat raut wajah bahagia yang terpancar dari wajahnya. Sesampainya di tempat makan pilihanku, aku dan mas Habi memasuki tempat makan tersebut dan mendapatkan sambutan hangat dari pramusaji. Setelah memesankan beberapa makanan dan minuman beberapa menit berlalu akhirnya makanan yang ditunggu-tunggu sudah siap untuk aku dan mas Habi nikmati, aku dengannya menikmati makan siang ini dengan tenang tanpa adanya obrolan di sela-sela makan. Setelah selesai dan membayar aku kembali menuju cafe, sesampainya di dalam cafe mas Habi lebih memilih untuk berada di luar, katanya ingin menikmati teriknya sinar matahari dibawah pepohonan yang rindang, aku pun mengurungkan niatku untuk kembali ke dalam ruanganku dan memilih untuk menemani mas Habi, entah perasanku benar atau salah aku merasakan bahwa mas Habi sedikit berubah dari sikap biasanya. Aku pun memutuskan untuk memberikan kabar pada bunda Naiima bahwa mas Habi sedang sakit, bunda yang mendapatkan kabar seperti itu pun dariku bahwa ia akan datang langsung besok untuk melihat sikap anaknya yang berubah, yang menjadi ketakutan ku bahwa mas Habi mengalami penekan karena restoran miliknya yang terancam tutup itulah sebabnya membuat sikapnya berubah menjadi aneh menurutku.

AKU MENYUKAI LUKA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang