Chapter 27 ❀ Two People and Love

3.6K 301 73
                                        

Seoul, South Korea[ Time : Present ]

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Seoul, South Korea
[ Time : Present ]

"Maaf."

"Jangan minta maaf, Minhyung. Kau tidak salah." Lee Taeyong memaksakan senyum meski air mata masih belum berhenti menetes dengan deras sebagai bentuk dari rasa tersiksanya usai mendengar penjelasan dari Minhyung. Anak sulungnya sudah sangat menderita selama 17 tahun terakhir. Dan, itu bukan salahnya, tapi salah Taeyong yang telah mempercayai Ayah dan adiknya dibandingkan suaminya sendiri. 

Kedua tangan Taeyong terulur, menggapai wajah Minhyung yang berada di hadapan, mendekatkannya agar ia bisa memberi ciuman. Sudah sangat lama, bahkan Taeyong sudah tidak ingat kapan terakhir kali ia mencium anak sulungnya itu. Waktu terus berputar dengan cepat, andai Taeyong tidak pernah mengacuhkan Minhyung apapun alasannya. 

Bersyukurnya ia mempunyai Minhyung yang tak menolaknya. Lelaki itu hanya diam, sesekali meneteskan air mata saat bibir Taeyong menyentuh keningnya, lalu turun ke pipinya yang basah. Taeyong menabur banyak kecupan di wajah si sulung.

Terakhir, Taeyong memeluk Minhyung dengan erat, begitu eratnya hingga ia bisa menghidu aroma Tonka Bean yang menguar dan membuatnya teringat pada Jaehyun. Dan, Minhyung lagi-lagi tak menolak. Anak sulungnya itu membalas dengan melingkarkan lengan di punggungnya, menangis tanpa suara.

Dari balik pintu yang terbuka, Jeno memerhatikan interaksi sang kakak dengan Bubu-nya kemudian mengulas senyum tipis. Ia menyeka sudut matanya yang basah berkat air mata. Setelah mengetahui semuanya, Jeno tahu mengapa Minhyung memilih untuk tinggal dengan keluarga Seo. Kakaknya selalu berlatih setiap hari untuk menjadi sosok yang kuat dan bisa diandalkan, hingga melupakan fakta kalau dirinya juga seorang anak yang kehilangan masa kecilnya setelah Papa mereka pergi.

Jeno paham bagaimana perasaan bersalah Minhyung yang tak memberitahu kelahiran Sungchan di malam itu. Kakaknya selalu menjadi pribadi yang menyalahkan diri sendiri ketika mereka terluka. Sungchan terluka karena tidak pernah bertemu dengan Jaehyun, tapi lukanya ditanggung oleh Minhyung, bergelung dengan rasa bersalah.

Jika ada yang harus disalahkan, maka itu bukan Minhyung, tapi Donghyun dan Sejun.

Akhirnya, Jeno memutuskan untuk keluar dari kamar kakaknya demi mendekati dua orang kesayangannya di ruang tengah. Taeyong yang mengetahui keberadaannya mendongakkan kepala, saat hendak bicara, Jeno meletakkan jari telunjuknya di depan bibir. Ia tidak ingin mengganggu mereka, ia hanya ingin melihat keadaan Beomgyu di kamar sebelah.

"Beomgyu." 

"Kak Jeno." Beomgyu langsung menenggelamkan dirinya dalam pelukan sang Kakak kedua begitu mendapatinya masuk ke dalam kamar dalam keadaan cemas. Suara tangisan Beomgyu menyeruak, bersamaan air mata yang membasahi seluruh wajah. Dengan segera, Jeno memeluk adik kecilnya erat-erat dan memberi ciuman lembut di atas surai guna menenangkan.

Jeno menepuk-nepuk punggung Beomgyu yang gemetaran. "Sudah. Jangan menangis," bisiknya halus. Sebenarnya ia terkejut, ia kira adiknya masih tidur karena Minhyung berucap demikian. Tak disangka Beomgyu juga mendengar semuanya.

『 Twin's Missions 』 ✿ Jaeyong FamsWhere stories live. Discover now