Amora 41

1.7K 53 2
                                    

Amora duduk seorang diri di dalam kelas. Dia masih memikirkan ucapan Meyra yang tiba-tiba saja menyuruhnya menjauhi Alvin, padahal Amora baru saja merasakan kehangatan yang Alvin berikan untuknya.

Tapi tidak apa, lagipula Amora sadar diri kalau tubuhnya tidak pantas di miliki siapapun. Apalagi Alvin berasal dari keluarga terpandang, yang pastinya mereka menginginkan Alvin berjodoh dengan wanita baik-baik.

Gadis itu mendengus saat Zian dan Alvin kompak duduk mengapit dirinya.

"Kalian apa-apaan sih? Sempit tau" Amora mendorong tubuh mereka.

Bukannya menjauh mereka malah semakin mengapit Amora.

"Ma'af!" ucap mereka kompak.

"Apaan sih gak jelas. Gue lagi males berurusan sama kalian, mending kalian keluar" usir Amora.

"Gak mau" tolak mereka.

Amora meremas perutnya yang terasa nyeri. Gadis itu merasakan ada sesuatu yang keluar dari miss v_nya.

"Jangan-jangan gue beneran datang bulan lagi" batin Amora panik.

"Ra, lo kenapa? Perut lo sakit?" tanya Zian.

"Gue antar ke Uks ya?" timpal Alvin.

"Kalian mau bantuin gue gak?" Amora menatap mereka bergantian.

"Mau dong" lagi dan lagi mereka menjawab kompak.

"Tolong beliin gue pembalut" ucap Amora pelan, seraya menahan malu. Tapi jika Amora tidak meminta tolong sama mereka, lalu kepada siapa lagi?.

"What?" pekik mereka.

"Plis!" Amora mengedip-ngedipkan kedua matanya.

"Oke, gue beliin lo pembalut" Zian beranjak.

"Gue juga" sahut Alvin.

"Lo mau yang model apa?" tanya Alvin sebelum keluar.

"Apa aja, yang penting pembalut" jawab Amora sedikit kesal.

"Oke"

Alvin melepas jaket kulit yang dia kenakan. "Pasti nembus ya!" ledek Alvin menyerahkan jaketnya ke Amora, lalu bergegas menyusul Zian.

Ingin sekali rasanya Amora menenggelamkan diri ke Rawa-rawa, hari ini Amora sangat memalukan di depan Zian dan Alvin. Tapi ya sudahlah, lagipula mereka dengan senang hati membantunya.

Sesampainya di supermarket. Zian dan Alvin menelusuri lorong khusus pembalut, mulai dari pampers bayi, dewasa dan pembalut remaja.

"Banyak banget macam-macamnya" ujar Zian menggaruk kepalanya.

"Yang ini aja nih, warnanya pink. Pasti Amora suka warna pink, kan?" usul Alvin.

"Amora gak suka warna pink. Dia sukanya warna ijo, nih kayak gini nih" Zian mengambil pembalut berwarna hijau.

"Enggak enggak. Mending yang warna orange, lebih cerah"

"Yang orange rasa apa emangnya?" tanya Zian.

Alvin memukul kepala Zian menggunakan pembalut yang dia pegang.

"Ini pembalut, bukan selai"

"Kayaknya sama aja deh. Sama-sama untuk selangkangan" ceplos Zian.

"Ussst! Jangan keras-keras, malu di liatin" Alvin membekap mulut Zian.

Tentu saja obrolan mereka menjadi bahan tertawaan para pengunjung wanita yang juga berada di lorong yang sama.

"Permisi, Mas! Mas mau mencari pembalut yang gimana? Biar Saya bantu" ucap salah satu karyawan.

Dia PenyelamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang