Penantian

39 19 4
                                    

"Kapan nih punya momongan?"

Deg!

Fathia terkejut dengan pertanyaan Ibu saat sampai di rumah. Meski Fathia di sambut hangat oleh Ayah, Ibu, dan Zoya.

"Kapan punya ponakan yah" bisik Zoya di telinga Fathia.

Fathia hanya tersenyum tipis dan memalingkan wajahnya ke arah Ghibran yang sedang tertawa.

"Ada-ada aja" sahut Fathia meletakan tas nya.

"Fathia, apa kamu gamau punya keturunan to?" Ledek Ayah menaikan satu alisnya dan tertawa melihat wajah lugu Fathia.

"Halah Fathia ki suka sok lugu" cetus Zoya mencubit Fathia.

"Buat aja sendiri" lirik sinis Fathia.

"Ayah, Ibu, gimana kabarnya?" Ghibran sengaja memotong topik pembicaraan dengan menanyakan kabar dan menyeduh kopi yang Zoya buatkan.

"Alhamdulillah sehat Nang, kalian gimana? Fathia betah di rumah baru?" tanya Ibu.

"Alhamdulillah betah Ibu,"

"Betah dong, kan ada suami tercinte" cibir Zoya membungkam mulutnya.

"Zoyaaaaa" ujar Fathia kembali mencubit tangannya.

"Jelas atuh, kan saya yang temani Fathia, iya kan habibati?" sambar Ghibran menggenggam tangan Fathia.

"Uhuukk! Habibati huahahahaha" tawa keras Zoya.

"Zoya, kapan Ibu punya menantu lagi?" tandas Ibu.

Bisik Zoya, "Ihhh Ibu mah gitu"

Mata Fathia menatapnya tajam.

"Chuaks, nikah sono keburu masa mudanya kadaluarsa,"

"Untuk babyface" ujar Zoya mengusap dada.

"Istri saya lebih babyface" ledek Ghibran merangkul Fathia.

Fathia menggembungkan pipinya dan berpose dua jari menghadap ke arah Ghibran "Cebelapa imut ci aku"

"Idihh" Zoya melototkan matanya dan tertawa menyenggol bahu Fathia.

Tiba-tiba suara dering ponsel terdengar dari tas milik Fathia.
Fathia bergegas membuka tas nya dan mengangkat panggilan teleponnya.

"Aisyah?" lirih Fathia mendekatkan ponselnya ke arah telinga.

"Assalamualaikum neng, ini pembantunya neng Aisyah, kata Neneng, dia titip salam buat neng Fathia. Sekarang sedang dalam perjalanan, neng Aisyah dibawa ke Malaysia untuk pengobatan, kemungkinan lama neng" lirih suara dari arah ujung spiker handphone.

"A, Ais, Aisyah!" Sontak Fathia menangis dan menggenggam erat tangan Ghibran.

"Kenapa sayang?" Panik Ghibran memegang kepala Fathia.

Fathia justru semakin menangis, "Ka Aisyah, hick huhu" tangis Fathia memeluk Ghibran.

"Tenang dulu sayang, ayok duduk, cerita sama mas," ujar Ghibran memberi Fathia secangkir air putih.

"Kak Aisyah, dirawat di Malaysia" Isak tangis Fathia semakin menjadi-jadi.

Ayah, Ibu, dan Zoya turut menenangkan Fathia.

"Nak, tenang dulu, nanti kita cari kabar lagi yah" ujar Ibu memeluk Fathia.

Zoya dan Ayah menggenggam tangan Fathia yang tiba-tiba basah dan dingin.

"Sayang," ujar Ghibran panik melihat Fathia yang tiba-tiba lemas.

Wajah Fathia begitu sembab dan memerah, matanya mulai menyipit dan tubuhnya melemas, tak lama kemudian Fathia merasakan mual dan pusing.

"Nak." ujar Ibu terkejut melihat Fathia tiba-tiba berlari ke arah kamar mandi.

Ghibran langsung menghampiri keadaan istrinya itu, "Astaghfirullah, kamu sakit sayang?" lirih Ghibran memeluk Fathia setelah muntah.

"Tiba-tiba pusing, mas" sahut Fathia.

Ghibran membawa kembali Fathia ke ruang tamu dan meminta izin kepada orang tuanya untuk dibawa ke dokter terlebih dahulu.

"Yah, Bu, Ghibran izin bawa Fathia ke dokter yah" gelisah Ghibran.

Zoya berdiri dari duduknya, "Kami ikut"

*****

Selama perjalanan, Fathia masih duduk lemas menyenderkan kepalanya ke bahu Zoya.
Melalui perjalanan yang tak begitu lama, kini mereka sampai di Rumah Sakit Harapan.

Ghibran berjalan dengan derap, dan wajahnya nampak panik, "Sus! Dimana dokternya!"

"Silahkan langsung masuk ke ruangan, Pak" sahut seorang suster.

"Assalamualaikum, maaf dok, bisa cepat periksa istri saya? Segera," ujar Ghibran merebahkan Fathia di tempat pemeriksaan.

Ghibran dan keluarga menunggu hasil pemeriksaan di depan ruangan, selang beberapa menit dokter memanggil Ghibran dan keluarganya.

Ghibran dan keluarga menunggu hasil pemeriksaan di depan ruangan, selang beberapa menit dokter memanggil Ghibran dan keluarganya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

#Search foto: pinterest

"Silahkan masuk" ujar Dokter.

"Baik,"

"Bagaimana keadaan istri saya, Dok?" tanya Ghibran dengan resah.

"Selamat Pak, istri bapak baik-baik saja, dan Bapak akan segera mendapatkan momongan" sahut dokter tersenyum ke arah Ghibran dan keluarganya.

Ibu membungkam mulutnya dan meneteskan air mata, "Anak saya hamil, Dok?"

"Iya buk, kandungannya sudah satu Minggu, dan diharapkan untuk pasien diperbanyak istirahat, makan makanan bergizi, dan jangan sampai pasien kelelahan, karena itu dapat berpengaruh pada kandungan" jawab Dokter sambil menulis list obat vitamin.

"Ayah, Ibu? Zoya?" lirih Ghibran meneteskan air mata.

Mereka bergegas menemui Fathia dan memeluknya.

"Sayang," ujar Ibu mengusap kepala Fathia.

"Kalian kenapa?,"

"Kamu hamil" sahut Ghibran menggenggam tangan Fathia.

"Hah?" Fathia turut menangis atas kebahagiaannya.

"Yeay, ada calon ponakan!" Seru Zoya memecahkan kesunyian.

 

                     Lanjut?

                  Vote dulu yuk!

                         •
                         •
                   Terimakasih><

Ishq Habibi [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang