Miserable

3.2K 323 57
                                    

Sudah hampir sepuluh menit Heeseung mengeluarkan Jake dari kamarnya karena merasa kesal telah dibohongi oleh Jake. Heeseung yang sedari tadi belum tertidur dan hanya berbaring pun beranjak dari kasurnya. Ia mengusap wajahnya kasar merutuki perbuatannya barusan. Dengan langkah cepat, ia membuka pintu kamarnya dan melihat Jake masih ada di depan kamarnya. Tampak Jake sedang menyembunyikan wajahnya diantara kedua lututnya itu.

Heeseung pun menghela nafas pelan lalu menghampiri Jake sedikit berlutut untuk menyamakan tingginya dengan Jake. Merasa seperti ada yang mengelus kepalanya, Jake mendongakkan kepalanya dan mendapati Heeseung berada dihadapannya. Bisa Heeseung lihat bagaimana kedua mata Jake sudah memerah dan berlinang air mata itu.

"Ayo masuk," ucap Heeseung lembut.

Bibir Jake bergetar mendengar itu. Lantas, ia pun menghambur kedalam pelukan Heeseung dengan wajahnya ia sembunyikan pada dada bidang milik Heeseung. Kali ini tangisan Jake lebih deras dari sebelumnya. Heeseung pun mengedarkan pandangannya kesekitar berjaga-jaga jika penjaga asrama tiba-tiba datang untuk mengawasi semua kamar.

Tangannya tetap mengelus kepala Jake lembut. Ia merasa sangat bersalah sudah mengusir Jake seperti itu dari kamarnya karena emosinya. Ia pun mengangkat wajah Jake dari dadanya lalu menghapus air mata yang masih mengalir dari ujung mata Jake dengan ibu jarinya.

"Kita masuk dulu ya? Disini bahaya."

Heeseung pun membawa Jake kembali masuk kedalam kamarnya dan mengunci pintunya. Setelah itu, ia menarik tangan Jake kearah kasurnya dan duduk ditepi kasur itu begitu pula dengan Jake yang sedang menundukkan kepalanya.

Heeseung yang melihat Jake masih terisak pun menarik pria itu kedalam pelukannya, membiarkan air mata Jake membasahi kausnya. Sesekali ia mengecup pucuk kepala Jake sambil membelai kepalanya berusaha menenangkan Jake.

"Maaf Jake."

Kedua bahu Jake bergetar karena tangisannya itu. Ia sempat berpikir kalau Heeseung tidak akan membuka pintu kamar itu dan membawanya masuk kembali seperti ini. Kedua tangannya semakin erat memeluk tubuh Heeseung seiring dengan tangisannya. Jake pun mendongakkan kepalanya menatap kearah Heeseung.

"Aku minta maaf kak. Aku udah bohong sama kak Heeseung."

Heeseung mengangguk saja sambil menghapus bulir bening yang membasahi pipi Jake. Kemudian, menangkup wajah pria itu dan menatapnya lembut. "Jelasin ke gua coba kenapa lo harus bohong demi si brengsek itu."

Jake menarik-narik cairan dari hidungnya yang ingin keluar sambil mengulum bibir bawahnya. "Tadi sore Sunghoon nyuruh aku ke kamarnya."

"Terus?"

"Sunghoon bilang kalau aku ga datang, kak Heeseung bakal nanggung akibatnya."

"Kenapa ga cerita ke gua Jake? Kan gua bisa samperin dia tadi."

"Aku ga mau nyusahin kakak terus." Jake memanyunkan bibirnya. "Aku sengaja bohong biar kak Heeseung ga berantem lagi sama Sunghoon."

Heeseung pun menghela nafasnya kasar. "Nyusahin? Lo ga pernah nyusahin gua Jake. Justru gua seneng kalau lo bisa cerita dan minta apa aja ke gua."

Mendengar itu membuat Jake menundukkan kepalanya. "Gua udah selalu bilang kan, kalau gua ga pernah ngerasa disusahin sama lo. Gua juga udah bilang anggap gua sebagai kakak lo." Heeseung menjeda ucapannya sejenak lalu mengangkat dagu Jake agar melihat kearahnya. "Atau lo belum bisa anggap gua sebagai kakak lo?"

Jake pun menggeleng cepat. "Aku udah anggap kak Heeseung kayak kakak sendiri. Tapi tetap aja aku ga enak kalau kakak terus ikut masalah aku."

"Jake." Tatapan lembut Heeseung berubah menjadi dingin seketika membuat Jake sedikit takut. "Lo tau kan kenapa gua marah sama lo?"

I WISH I COULD HEAR || SungJakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang