Pukul tiga dini hari. Perumahan Lippo Griya kediaman Salma dan Rony di salah satu sudut, di antara deratan rumah yang memiliki perawakan hampir serupa tercium semerbak wangi masakan yang baru saja matang. Matahari yang belum nampak, bulan yang masih mengintip malu-malu di atas langit menjadi latar dalam pandangan Rony.
Lelaki ber-garis wajah tegas itu nampak memangku Alif, menaruh kepala anak itu bersandar nyaman menikmati alur detak jantung favorit Salma, mendekap tubuh mungil itu dengan kedua tangannya yang lebar seolah melindunginya dari angin malam. Alif yang terjaga setelah mimpi buruknya sedikit rewel membuat Rony harus rela memangku anaknya seperti seekor induk kola yang memeluk erat anaknya.
" Sahur dulu udah hampir setengah empat " Ucap Salma mengelus pundak Rony saat tiba di balkon kamar Alif.
" Kamu duluan saja bagaimana? Sepertinya Alif masi sedikit lelap mas gak tega gangu tidurnya " Tutur Rony mengelus dahi sampai belakang kepala Alif.
Salma ikut bergabung lebih dekat dengan posisi Rony, wanita itu menatap dalam pada kedua netra suaminya mencari binar yang akan selalu menjadi pusat perhatiannya. Ah Salma sangat menyukai netra itu, " Alif di bangunin aja yah biar sekalian belajar puasa. Setengah hari aja atau sebisanya sampai mana, setidaknya dia belajar untuk puasa "
Rony nampak berpikir, benar juga apa kata Salma. Ini waktu Alif untuk di ajarkan menunaikan puasa. Dirinya dan Salma juga takan memaksa Alif menyelesaikan puasanya, setidaknya anak itu belajar menahan lapar dan haus seperti teman-temannya yang tak mendapat makan dan minum di luar sana. Biarlah Alif belajar menghargai nilai kenikmatan sang maha pencipta untuk lebih bersyukur kedepannya.
" Alif, Nak ayo bangun kita sahur " Rony menepuk pelan pipi Alif berharap dengan seperti itu Alif akan terbangun.
Salma tersenyum, ia senang rupanya Rony ingin mengikuti sarannya. Ia senang meski bukan dirinya yang melahirkan Alif dan bukan pula ia yang pertama kali kenal dengan Alif tetapi Rony selalu melibatkan keputusannya juga dalam mendidik Alif. Salma hanya sedang merasa begitu di hargai!
Setelah drama yang terjadi dengan Alif yang malas-malasan dan memaksa untuk melebarkan kedua matanya. Kini ketiganya sudah berada di kursi masing-masing menyantap masakan Salma yang tersaji di atas meja. Ada sop ayam kesukaan Alif, udang saus mentega kegemaran Rony tak lupa ada susu hangat dan semangkuk kurma juga di sana. Mengugah selera? Tentu saja sampai Alif terjaga sepenuhnya, ia makan dengan semangat terlebih ia paham ini moment pertama untuk dirinya berpuasa.
" Alhamdulillah, masakan istri mas selalu terbaik " Puji Rony memberikan semburat merah pada kedua pipi Salma yang tengah membereskan piring bekas makan mereka.
" Ya humairah, biar mas saja yang cuci piringnya yah. Tadi kamu sudah memasak sekarang waktunya mas yang cuci piring " Lanjut Rony mengambil Alih semua tumpukan piring di atas meja untuk di bawa ke dapur.
Salma menahan tangan Rony sebelum benar-benar mengangkat piring itu " Tidak usah mas, kamu mandi gih siap-siap ke mushola untuk shalat subuh. Ini tidak akan lama, setelah itu aku akan menemani Alif mandi "
" Rumah tangga itu isinya dua orang, ada suami ada istri. Tidak melulu pekerjaan rumah harus di kerjakan oleh istri, ini tugas mas juga Cinta. Sudah sering mas ingatkan dan kamu sering kali melupakannya " Rony berucap sembari membawa tangan Salma kedalam genggamannya. Ah seperti ini rasanya memegang dunia pikir Rony.
Salma semakin salah tingkah, suaminya ini benar-benar ahli dalam mengombal tutur kata yang keluar dari bilah bibir itu selalu saja menghangatkan hatinya " Terima kasih mas, kalau begitu cuci yang bersih ya! " Ledek Salma diakhiri kekehan.
" Nggih cah ayu " Balas Rony tak tahan untuk tak menguyel-uyel pipi Salma. Setelah itu barulah ia pergi ke dapur membawa semua piring kotor sementara Salma ke ruang tamu menyusul Alif untuk di ajak mandi.
" Sal liat sarung mas yang warna coklat?" Tanya Rony di ambang pintu kamar Alif.
Salma membalikan tubuhnya, menghela nafas yang kesekian kalinya. Ia berlalu begitu saja dari kamar Alif menuju lemari kamarnya tanpa berucap apapun pada Rony membuat sang empuh mengekori dirinya dari belakang.
" Mas udah cob----" Ucap Rony terpotong karena Salma sudah berkacak pinggang sembari tangannya memegang sarung yang Rony maksud. Melongo? Sudah pasti, memang benar kata orang-orang istri itu seperti punya kekuatan magic yang membuatnya bisa dengan cepat menemukan barang apapun itu.
" Lain kali pake mata mas nyarinya, gimana bisa ketemu kalo nyarinya grasak-gurusuk sambil ngedumel. Tadi aku udah tawarin kan buat nyiapin semuanya tapi kata kamu gi usah siying aku bisi sendili kok " Omel Salma mengikuti perkataan Rony di akhir kalimat dengan nada yang menyebalkan menurut Rony.
" Iya aku minta maaf, sekarang kamu mandi biar aku yang bantu Alif pake sarungnya juga. Bentar lagi masuk waktu shalat, dan baru saja imsak jangan sampai puasamu batal karena kesabaran setipis kasa " Ucap Rony berlalu meninggalkan Salma yang sudah mengelus dadanya sabar.
Sementara itu di tempat yang berbeda, pada mesjid yang berdiri dalam halaman pesantren Al-Riyadul Huda Athala duduk bersila di hadapan Abi Husein. Keduanya sama-sama diam, hanya keheningan yang tercipta sampai Abi Husein lebih dulu membuka obrolan.
" Abi tau kamu sedang mengusahakan Nadila dan memintanya pada kakanya kemarin " Ucap Abi Husein membuat Athala mengangkat kepalanya yang semula tertunduk.
" Kamu belum mendapatkan restu itu bukan? Mungkin Abi dan Umma Nadila bisa menerima tapi Rony? Abi tau dia hanya kakak Nadila tapi restu darinya juga penting. Selain Abi Fahri ada Rony yang menjaga adiknya seperti kamu menjaga adikmu. Saran dari Abi luluhkan dulu hati seluruh anggota keluarganya baru dekati putri keluarga mereka. "
" Atha sedang berusaha meyakinkan itu, kemarin di percakapan terakhir Atha sama Rony bukan tidak merestui tapi belum sepenuhnya yakin. Atha juga masih abu-abu Bi mau ta'aruf dengan Nadila "
" Maksudnya? "
" Atha tidak yakin Nadila ingin ta'aruf "
Abi Husein mengeluarkan buku kecil dari sakunya, buku bersampul coklat itu ia berikan pada telapak tangan Athala " Minta sama Allah, shalat istikharah dengan meniatkan hajatmu mendapatkan restu dari keluarga Nadila lalu bila sudah terpenuhi kembali minta pada Allah hambanya yang bernama Nadila. "
Athala tersenyum menerima buku pemberian Abinya. Mungkin ini yang disebut merebut hati lewat langit pikir Athala " Terima kasih banyak Abi "
" Abi memberimu izin tapi bukan berarti kamu lalai dalam menjaga larangan Allah. Selalu jaga pandanganmu dari yang bukan muhrim dan jaga juga pikiranmu untuk tetap fokus pada bacaanmu. Abi pikir bacaanmu sedikit berantakan karena terlalu memikirkan Nadila " Ucap Abi Husein menutup kitabnya lalu pergi meninggalkan Athala dengan pikirannya sendiri.
Bersambung...
Hallo semuanya, maafin author baru balik sekarang setelah sekian lama 🤗
Selamat membaca dan menikmati alur sederhana ini teman-teman.
Jangan lupa vote dan komen yang banyak all 😘
SEE YOU 🙏
Terima kasih
YOU ARE READING
TA ' ARUF [ END ]
Teen FictionPart completed revision. Perjalanan kisah yang berawal dari ta'aruf antara Ahmad Rony Azzikra dan Raina Salma Ameena. Pendekatan singkat antara keduanya nyatanya mendatangkan lara hingga bahagia, tangis hingga tawa dan asing menjadi cinta 💐 [ berge...
![TA ' ARUF [ END ]](https://img.wattpad.com/cover/358178416-64-k239934.jpg)