Chapter 56

94 14 5
                                    

Jiyeon keluar dari kamar mandi mengenakan bathrobenya, ternyata dia melupakan pakaian ganti saat masuk tadi. Ia perlahan melepaskan bathrobenya. Aku yang bersandar di headboard hanya bisa terpana ketika melihatnya. God, she's so breathtaking. How lucky I am to have her as mine.

Tanpa ku sadari, Jiyeon sudah selesai memakai pakaiannya. Melihatku terdiam, Jiyeon segera mendekat dan memanggil untuk menyadarkanku.

"Unnie."

"Hm?"

"Kim Hyunjung."

"Ne?"

"Kamu kenapa?"

"Ani, neomu yeppeo."

"Gomawo.", ucapnya dengan wajah memerah

"Jiyeon~ah, wae yeppeuji? Ottokaji?.. hatiku berdebar sangat kencang", balasku sambil mengambil tangannya dan meletakkannya di dadaku

Jiyeon tidak berkata apapun, dia malah duduk di pangkuanku dan mengecup bibirku pelan sebagai tanda terimakasih. Aku merangkul pinggangnya dan melumat bibir ranum di hadapanku. Lumatan pelan ini seketika berubah menjadi panas ketika aku melibatkan lidah. Tapi, aku tidak berniat meneruskannya karena takut kebablasan lagi dan mengakhirinya dengan ciuman di dahi.

Aku menatapnya dengan penuh cinta ketika dia membuka matanya. Kami saling menatap cukup lama, hingga suara dering telepon mengganggu momen itu. Baru saja ingin memaki penelponnya, namun nama yang tertera di layar membuatku mengurungkannya. Kali ini bukan Sojung atau Soobin yang suka iseng menelpon, melainkan Juyeon. Aku menggeser layar dan mengaktifkan loudspeaker.

"Shakiiii."

"Hmm?"

"Kamu lagi apa?"

"Aku? bersantai. Ada apa?"

"Aku bosan."

"Geundeok~ah, ada Jiyeon disini."

"Bona unnie? Unnie annyeong"

"Annyeong, Juyeon~ie."

"Unnie, eodi?

"Yeosu."

"Kenapa tidak mengajakku? Aku juga ingin ikut."

"Kami sedang honeymoon, geundeok~ah."

Jiyeon yang mendengar itu sontak memukul bahuku. Aku mengaduh pelan, karena ini sungguh sakit. Dia mah badannya aja kecil, tenaganya mematikan.

"Ani, Juyeon~ah. Kami sedang berlibur."

"Kenapa memukulku? Kan benar kita sedang honeymoon."

"Unnieee.."

"Juyeon~ah.. bantu aku, dia memukulku lagi."

Aku mendengar tawa Juyeon diseberang sana.

"Aku tidak bisa membantumu kali ini, unnie."

"Tidakk..", ucapku dramatis

Juyeon kembali tertawa saat mendengarnya. Kami menghabiskan 20 menit untuk bertukar cerita dengannya.

Setelah itu, kami bersiap pergi keluar untuk berjalan-jalan di sekitar Jembatan Geobukseon. Meski tidak berada di Seoul, kami tetap memakai masker dan topi, tidak hanya untuk berjaga-jaga dari fans, tetapi juga karena angka kasus Covid-19 kembali melonjak. Aku tidak ingin kami tertular, terutama Jiyeon, mengingat itu bisa merusak jadwal pribadinya.

Saat keluar dari hotel, langit memperlihatkan warna jingga yang indah. Rasanya menyenangkan bisa melihat langit seperti ini, mengingat biasanya aku hanya bolak-balik antara agensi dan dorm. Itu pun bisa seharian di sana.

Kami menuju taman untuk menghabiskan waktu menjelang matahari tenggelam. Meskipun tidak terlalu ramai, banyak spot yang sudah terisi. Kami berhenti saat menemukan spot sepi yang terlindungi oleh dahan pohon. Duduk di bangku itu, Jiyeon bersandar di bahuku sementara aku menautkan jemari kami berdua. Kami menikmati keheningan yang tenang, momen yang jarang kami dapatkan saat bersama member lain.

Saat menikmati keheningan, kami dikejutkan oleh suara dari dahan pohon. Sontak, aku melepas genggaman kami dan saling memandang. Ternyata, ada seekor kucing kecil turun dari dahan pohon dan mendekat ke arah kami. Dia menggosokkan tubuhnya ke kakiku, seakan memintaku untuk mengelusnya.

"Well, hello there.", ucapku sambil mengelus belakang telinganya

"Sepertinya kita kedatangan seekor teman disini."

"Kayaknya bukan kita aja yang ke taman buat santai hari ini.", balasnya sambil ketawa

Aku mengangguk dan segera menggendong kucing itu dengan hati-hati.

"Lucu kan dia, sepertinya sih dia jinak. Kamu mau mengelusnya?"

Belum sempat Jiyeon mengelusnya, aku kembali berkata

"Ah, aku lupa kamu alergi dengan bulu kucing."

"Little guy, lain kali saja oke. Sekarang kamu main sama aku aja."

"Unnie, gapapa. Aku juga ingin bermain dengannya."

"Tapi, kita gak bawa obat alergi kamu loh."

"Gak bakal separah itu kok, paling cuma bersin-bersin aja."

"Dielus aja ya, gausah gendong. Kita gak tau efeknya bakal secepat itu apa nggak."

"Em, okay."

"Little guy, tolong jangan bertingkah aneh-aneh, okay?", kataku pada kucing itu

Aku mendekatkan kucing itu ke arah Jiyeon setelah memastikan kucing ini tidak akan mencakar ataupun berulah. Jiyeon mendekat dan mengelus belakang telinga kucing tersebut. Suara purring yang keras terdengar dari kucing ini, rupanya dia sangat menyukainya.

"Sayang, lihat dia sangat menyukai elusanmu. Suara Purringnya terdengar keras, dia juga menunjukkan perutnya pada kita."

"Aigoo, kamu suka ya.", katanya sambil mengelus tubuh kucing itu

"Sepertinya aku selalu kalah sama kucing, waktu itu sama Yangmal, sekarang sama dia."

Bona yang mendengar itu seketika tertawa.

"Unnie yang benar aja."

"Kalo yang ini sih, aku gak bakal menang gimanapun juga."

Bona kembali tertawa dan tersenyum setelahnya.

Tak terasa matahari mulai tenggelam, kami berpamitan pada little guy dan pergi menuju pojangmacha untuk mengisi perut yang mulai terasa lapar.

RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang