Amora 49

1.4K 60 5
                                    

Setelah seminggu pasca operasi. Kini adalah hari yang di tunggu-tunggu yaitu membuka perban di kedua mata Amora.

Mereka semua berkumpul ikut menyaksikan kedua mata Alvin yang berpindah tempat, meski mereka tidak bisa melihat Alvin lagi, setidaknya masih ada anggota tubuh yang bertahan di tubuh orang lain.

Seorang Dokter perlahan membuka perban. Zian dan Zero mengukir senyum karna mereka sangat bahagia penantian yang cukup menguras tenaga.

Selama Amora di rumah sakit mereka tidak pernah absen untuk menjenguk, meski kedua orangtua Alvin selalu berada di sisi Amora, tapi mereka tidak mudah percaya dengan orang baru dan malah menginginkan Amora menjadi anak mereka.

"Sekarang buka matanya perlahan." ucap Dokter tersebut.

Amora membuka kedua matanya pelan. Semuanya masih terlihat buram dan kabur, Gadis itu berkedip beberapa kali agar penglihatannya semakin jelas.

"Amora!" Zero menatap Amora dengan dalam.

Senyum Amora terukir indah, tidak bisa di pungkiri dia sangat bahagia karna bisa kembali melihat seperti sedia kala.

"Zero, aku bisa melihat kembali." ucapnya dengan setetes air mata.

Zero memeluk Amora singkat, lalu mengusap airmata Amora yang menetes begitu saja.

"Jangan menangis! Aku sangat menyukai kedua mata kamu." ucap Zero.

"Zian!" panggil Amora.

"Cantik sekali, gue makin cinta." ucap Zian menyentuh hidung Amora singkat.

"Apa-apaan kamu? Menyentuh calon istri saya begitu saja." sinis Zero.

"Apasih, Om. Lagian Amora gak mau sama Om."

"Kata siapa?"

"Tanya aja sama Amora." Zero memutar bola matanya malas.

"Kalian ini lucu sekali." ucap Sista tertawa kecil.

"Amora!" Arkan mendekati Amora.

"Gimana? Kamu mau kan menjadi anak angkat Om?"

Amora menatap Zian dan Zero bergantian, meminta pendapat mereka lewat tatapan mata.

"Kamu tidak perlu ragu dan takut. Jika mereka menyakiti kamu seperti orangtua kandung kamu, kamu masih punya Aku." Zero menggenggam tangan Amora.

Gadis itu tersenyum, lalu menatap Arkan dan Sista bergantian. "Amora mau menjadi anak angkat kalian."

Senyum bahagia terpatri di bibir kedua orangtua Alvin. Hanya ini yang dapat mereka lakukan untuk menebus semua kesalahannya terhadap Alvin, yaitu membahagiakan Amora yang menjadi kekasihnya.

"Mulai sekarang kamu panggil Om dan Tante, Mama sama Papa. Oke?" Sista merapikan rambut Amora.

"Iya, Ma." jawab Amora.

"Gue seneng deh liat lo bahagia gini." Ujar Zian.

"Semua ini juga karna lo, Thank."

"Gak gratis, lo harus teraktir gue di sekolah."

"Oke, tapi nunggu gue gajihan."

"Amora, kamu kerja?" tanya Sista.

"Iya, Ma. Kerja di resto temen."

"Mulai sekarang kamu jangan kerja, Kamu harus fokus belajar."

"Kalau Amora gak kerja, Amora makan apa, Ma?"

"Loh, kamu lupa? Kan sekarang kamu anak Mama, jadi semua kebutuhan kamu Mama sama Papa yang menanggung."

"Benar Amora. Kamu harus menikmati masa remaja kamu, kamu jangan memikirkan pekerjaan atau yang lainnya." timpal Arkan.

Dia PenyelamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang