Versi sudah tak lengkap
Follow ig author: @wp.gulajawa TikTok author :Gula Jawa .
Start Desember 2023
Ending Januari 2024
Revisi 2024-2025
Budidayakan vote dan komen
Apakah seorang Gus harus menikah dengan seorang Ning? Apakah seorang Gus menika...
Sebelum membaca awali dengan Bismillahirrahmanirrahim
REVISI BAB 50 Warning : maaf alur / judul bab sedikit berbeda. Selamat menikmati.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
***
Dua Minggu berlalu, kondisi Ziva sudah mulai membaik, begitu pula Gus Agam. Ziva dan Gus Agam sudah diperbolehkan pulang satu Minggu yang lalu.
Gus Agam tidak jadi berangkat ke Kairo karena ingin merawat sang istri.
Saat ini pasutri itu tengah berada didalam kamar. Mereka tengah menikmati udara segar di pagi hari dari balkon kamar mereka.
"Udaranya seger ya sayang."
Ziva yang mendengar segera menoleh kearah sang suami. Benar, udara dipagi hari begitu segar dan menyejukkan. "Ya, seger banget."
Mereka begitu menikmati suasana ini dipagi hari ini. Terdengar kicauan merdu dari setiap burung. Sinar matahari juga semakin terik, menerangi balkon kamar mereka.
Taklama terdengarlah suara Ziva memanggil sang suami. "Mas."
Gus Agam yang merasa terpanggil pun lekas menoleh kearah sang istri. "Dalem zawjati, kenapa hm? Butuh apa?"
Ziva lekas menatap lekat dua mata yang menatap nya dengan lembut. Sungguh Ziva terbuai dengan tatapan itu.
"Kondisi Ziva sudah membaik. Jadi, mas bisa berangkat ke Kairo, untuk melanjutkan studinya."
Gus Agam terdiam memikirkan apa yang harus dia jawab dari pertanyaan sang istri.
"Ehem, jadi gini sayang. Mas memutuskan untuk menunda saja. Mas masih pingin ngerawat Ziva."
Bola mata Ziva membulat sempurna dengan pernyataan sang suami. "Mas, Ziva udah gak apa-apa kok. Pendidikan Mamas penting, berangkat ya," kedua telapak tangan Ziva menyatu, memberikan kode memohon.
Gus Agam yang memperhatikan hal itu segera menghela nafas kasarnya. Tidak hanya sekali dua kali, sedari pulang rumah sakit, Ziva terus memaksanya pergi ke Kairo.
"Kamu ingin banget ya jauh-jauh sama mas?"
Ziva terkejut dengan respon sang suami. Bukan ini yang dia maksud! Kenapa suaminya bisa berfikir seperti itu?
"Engga gitu mas, pendidikan mamas lebih penting," tegas Ziva.
"Ya Huamirahku, Ziva lebih penting dari pada pendidikan. Pendidikan bisa dicari jika hilang. Tapi kalau kamu yang hilang, mas harus cari dimana?"
Ziva terdiam sejenak mendengarkan perkataan serius dari sang suami. Hela an nafas panjang dari Ziva jelas terdengar. Ziva tidak boleh pantang menyerah.
"Mas, Ziva udah baik-baik aja. Ziva mohon,"akhirnya Ziva memilih mengeluarkan jurus andalannya, dengan mengedipkan matanya berulang kali.