PART EMPAT PULUH DELAPAN

4.2K 195 37
                                    

Halo

Selamat datang dan selamat membaca ❤

Terima kasih atas antusiasnya terhadap ZENARZEL 😭😭😭

Here we go again, double update 😊😊😁

Arzela membuka matanya perlahan. Lampu sorot terang diatas matanya tampak menyilaukan. Cewek itu mendengus, lalu menolehkan kepalanya kesamping hingga menemukan sosok Zaigan yang terbaring diranjang yang berbeda darinya. Senyum cewek itu mengembang tipis, lalu dia bangun dan berjalan mendekati Zaigan yang belum terbangun.

Beberapa jam yang lalu, rumah sakit itu heboh dengan kehadiran Alcatraz yang berteriak meminta bantuan agar orang yang Baron gendong segera diberikan pertolongan pertama. Dan setelah diperiksa, Zaigan kehabisan banyak darah. Diantara semua orang yang ada disana, Arzela memilih untuk maju dan mendonorkan darahnya untuk Zaigan yang kebetulan bisa didonorkan. Tak lama setelah dilakukannya transfusi darah, mereka dibaringkan didalam satu ruangan. Dan disanalah mereka sekarang. Arzela berdiri sambil memegang tangan Zaigan lembut.

"Cepat siuman, Zen," ucap Arzela dengan nada suara yang gemetar. Cewek itu menatap Zaigan dengan lekat, lalu sekilas mengecup pipi Zaigan sebelum pergi dari sana menuju suatu ruangan.

Dia berjalan gontai. Entah kekuatannya sudah habis berapa banyak, Arzela tak bisa merasakan apapun sekarang. Cewek itu kemudian memasuki sebuah ruangan yang auranya menghancurkan hati. Lalu berjalan mendekati sebuah ranjang yang terbaring perempuan diatasnya. Tubuhnya sudah pucat, ada sedikit bekas luka diwajahnya. Serta selimut putih yang menutupi sekujur badan hingga leher. Tak ada hal yang bisa Arzela katakan sekarang, semuanya sia-sia. Perempuan itu takkan mendengarnya.

"Mama," lirihnya pelan. Dia mengusap kening Rianda yang mulai mendingin. Karena sejak kedatangan Zaigan yang heboh itu, Arzela sudah kehilangan Rianda. Maka dari itu Arzela berharap transfusi darah itu bisa menghilangkan nyawanya. Tapi ternyata, dia bangun lebih dulu.

"Kalau bisa, aku mau mama ketemu sama papa dan minta maaf. Mama udah jadi baik, mama udah berubah. Mama harus bilang sama papa bahwa aku baik-baik aja."

Arzela mengulum bibirnya sendiri. "Kenapa harus sekarang, ma?" tanyanya lagi. "Kenapa mama harus selalu ada buat aku sekarang? Aku benci lihat mama berubah baik sama aku. Karena aku takut apa yang mama lakukan itu adalah sesuatu yang buruk. Dan sekarang, aku kehilangan mama."

"Mama," Arzela mencoba menahan apapun yang dia rasakan sekarang. "Bilang sama aku kalau mama udah bahagia disana. Aku sayang sama mama, sampai kapanpun. Terima kasih karena udah ada untuk aku dan menjadi ibu walaupun hanya sesaat. Aku maafin semua yang mama lakukan, aku—"

Kalimatnya menggantung diudara. Bibirnya terlihat gemetar untuk melanjutkan apa yang ada dalam pikirannya. Dia sudah lelah, hancur, dan terluka. Kakinya melemas membuat tubuhnya merosot jatuh kelantai. Melihat mamanya tak bergerak diatas ranjang rumah sakit itu membunuh jiwanya sendiri. Arzela benar-benar tidak siap untuk menghadapi kematian untuk kedua kalinya. Dia hancur, jiwanya kosong. Meskipun tak pernah dia rasakan kehadiran Rianda bertahun-tahun lamanya, tapi kehilangan perempuan itu bukanlah sesuatu yang pantas dia terima. Kematian itu berarti selamanya. Bagaimana dia bisa hidup didunia ini tanpa pelukan seorang ibu setelah Rianda datang padanya dan membuatnya berharap bisa hidup bersama lebih lama.

ZENARZEL [SELESAI✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang