13

5.7K 540 53
                                    

Setelah sampai di sekolah, Oline membantu Erine untuk membuka Helm. Entah mengapa gadis itu menjadi lebih manja dari sebelumnya. Bahkan tadi malam saja Erine benar-benar tidak mau jauh sedetikpun dari Oline. "Bentar dong Erine, jangan banyak gerak dulu" Setelah melepaskan helm di kepala Erine barulah Oline menggengam lengan Erine yang kini sedang cemberut. Sebenarnya apa yang terjadi pada gadis itu?

"Kamu kenapa sih rin? Dari kemarin ngambek terus. aku gerak dikit kamu marah, aku ngalihin pandangan aku dari kamu sedetik aja kamu juga marah" Erine mendelik tajam pada Oline. "Kamu pikir aja sendiri lin" Erine membentuk tangannya jadi sebuah pistol lalu ia tempelkan di kepala Oline. "Dorr, Dorr, Dorr"

"Akhhhhh" Oline berpura-pura pingsan dengan lidah yang di keluarkan. Kalau tidak seperti itu pasti Erine akan tambah marah. Erine tertawa puas lalu mencium pipi Oline karna saking gemasnya. Kedua sudut bibir Oline tertarik, untung saja parkiran sekolah sedang sepi dan tak ada murid yang berlalu lalang.

"Halo Oline, good morning. Aku bawa roti bakar nih. ayo kita makan bareng" Justine datang dengan sebuah tas kotak makan berwarna pink di lengannya. Hal ini membuat Erine mendelik tajam pada Oline. "Eh ini siapa lin? Hayolohh siapa kamu ini" Justine tersenyum jahil, senyuman itu berhasil membuat Oline langsung melotot kepada Justine.

"Ahh iya tin, selamat pagi. Nanti kita makan rotinya bareng-bareng ya, tapi aku sekarang mau nganterin dulu temen aku ke kelas nya" Justine manggut-manggut dengan sebuah cengiran. "Okee aku tunggu ya, eh kira kira Nala, Lily sama Delyn udah dateng belum ya?"
Oline menggaruk tengkuknya yang tak gatal lalu melirik sekilas pada Erine yang kini sedang melipat tangannya di depan dada. Dengan tatapan yang tak bersahabat.

"Erine lu harus tau kalau tadi di sekolah kita liat Oline lagi berduaan sama cowo ganteng. Lebih parahnya lagi mereka malah mojok di kantin. Mana senyam senyum sendiri lagi!!gw curiga kalau cowo itu pacar nya si Oline. Lu harus hati hati rin, lu bisa sampai di lupain gara gara cowo itu" Erine tertawa mendengar ucapan Levi, mana mungkin Oline ingin berpacaran . Ia tahu betul bahwa Oline belum pernah dekat maupun suka kepada seseorang. Di deketin cowo aja ogah ogahan dia mah.

"Kok lu malah ketawa sih anying, gw seriuss" Levi melirik pada fritzy dan juga Aralie yang kini sedang manggut-manggut. "Lu harus percaya sama omongan si Levi Ackerman lin" Levi menabok kepala belakang Aralie cukup keras hingga berbunyi 'buggg'

"Itu beda lagi ya aralay, gw bukan animekk dan gw tidak gepeng"

"Udahhh gak usah ribut kalian!! Cepet tunjukkin aja foto nya" Aralie segera mengeluarkan ponsel nya dari dalam saku celana. Ia menyodorkan ponsel nya pada Erine. "Tuhhh rin gak boong kan gw" Mata Erine membelalak ketika ia melihat Oline yang sedang tertawa bersama seorang cowo, benar kata Levi. Cowo itu tampan, putih dan juga mulus.

Erine segera menggelengkan kepalanya untuk menepis kejadian kemarin sore saat ketiga temannya itu berkunjung untuk menjenguknya.

"mungkin ud-" Ucapan Oline terpotong saat Erine tiba-tiba saja menarik tangannya. "Duluannn ya tinnn" Oline sedikit berteriak karna Erine menarik tangannya dengan langkah yang terburu-buru. "Pelan pelan dong rin, sakit loh tangan aku"

Erine segera menepis lengan Oline dengan kasar saat mereka sudah berada di depan kelas Erine. Erine masuk ke dalam kelas tanpa mengucapkan sepatah kata pun. "Erineeee" Oline menghela nafas panjang, lagi lagi gadis itu marah pada dirinya. Apa salah Oline? Mengapa gadis itu menjadi sangat sensitif.
Oline menggelengkan kepalanya lalu memilih untuk segera pergi ke kelas. Ia harus buru buru ke kelas karna roti bakar itu akan habis bila ia tak gerak cepat.

I Love You ~Erine~ (Orine) [END]Where stories live. Discover now