Part 7 : Fullfilled

87 2 0
                                    

"Sayang!"

Kenzo sudah berdiri di depan mobilnya yang terparkir di halaman kantor Aqila. Memakai setelan kemeja kotak-kotak merah hitam dan celana jeans biru yang lututnya sobek-sobek khas anak tongkrongan. Matanya berbinar melihat Aqila melangkah keluar pintu utama, tetapi detik kemudian tatapannya berubah sinis saat Hendra muncul dari balik pintu menyusul langkah gadis itu.

Aqila yang mengerti arti dari tatapan Kenzo segera menenangkan hati kekasihnya.

"Biarin dia ikut, ya, Sayang. Kaya kemaren."

Kenzo mendecih. Bisa-bisanya lelaki kampung itu terus-menerus membuntuti kencan mereka!

"Kenapa nggak disuruh pulang aja, sih, dia. Nanti kamu biar aku yang anter pulang," tegasnya.

Aqila menggeleng sembari mengusap lengan Kenzo. "Nggak bisa, Yang. Papa bakal marah kalo aku nggak pulang bareng Hendra. Udahlah. Anggep aja dia nggak ada. Yang penting kita bisa ketemu. Oke?"

Kenzo mengembuskan napas keras. Kesal rasanya karena waktu berduaannya dengan Aqila terinterupsi oleh makhluk tak jelas satu itu.

"Yaudah. Terserah lah. Tapi kamu ikut mobilku." Kenzo membuka pintu mobil untuk Aqila.

"Non Qila harus ikut dengan saya," sela Hendra.

Aqila memutar bola mata. Tak habis pikir, dia harus terjebak di situasi seperti ini.

"Ndra, gue ikut mobil Kenzo. Lu ikutin kami aja dari belakang. Nanti kita ketemu di tempat aja, ya."

Hendra hendak menyela, tetapi Aqila buru-buru menambahkan, "udah, nggak usah protes. Buru berangkat. Keburu malem."

Tak ada pilihan lain. Hendra akhirnya masuk ke dalam mobil yang dia bawa, sementara Aqila sudah menghilang di balik pintu mobil Kenzo. Lelaki itu tersenyum miring menatap Hendra. Wajahnya terlihat begitu puas. Setelah mereka masuk dan duduk di kursi masing-masing, mobil segera bergerak meninggalkan area kantor.

***

Mobil melaju beriringan menuju salah satu mall terkenal di daerah itu. Hanya kurang lebih tiga puluh menit jika berkendara normal, mereka akan sampai. Namun, berhubung jam pulang kantor, tentu saja macet akan memperlambat waktu tempuh mereka.

Sepanjang perjalanan, Aqila hanya melempar pandangan ke luar jendela. Semburat jingga kemerahan sisa-sisa senja yang hampir terbenam berpadu dengan pantulan cahaya dari sorot lampu jalan serta lampu-lampu dari kendaraan dan bangunan serasa membuatnya terlena. Pemandangan yang terasa teduh di matanya yang lelah. Sungguh indah.

Kenzo menoleh ke kiri sesekali. Segaris senyum menyertai tatapannya yang tidak henti menikmati kecantikan paras kekasihnya itu. Pantulan cahaya dari luar kaca membuat wajah Aqila terlihat bersinar. Semakin rupawan.

Sadar tengah diperhatikan, Aqila menoleh. Lalu pipinya bersemu merah begitu kedua netranya bertatapan dengan mata Kenzo. Tak elak, lelaki itu tertawa. Lucu melihat ekspresi malu-malu dari Aqila.

"Ish, kamu kok ketawa, sih?" ucap Qila sembari mengibas-ngibaskan telapak tangan di depan wajahnya yang terasa panas.

"Kamu cantik." Ucapan Kenzo membuat Aqila semakin salah tingkah. Dia mencubit pelan lengan Kenzo, yang lantas membuat lelaki itu semakin tergelak.

"Biasa aja, nggak usah lebay," ucap Qila, masih dengan pipi yang merona.

Sisa waktu di perjalanan itu mereka habiskan dengan bercanda, hingga tak terasa mobil sudah memasuki area parkir mall.

Begitu berhenti, Kenzo segera turun dari mobil dan membukakan pintu untuk kekasihnya. Mereka bergandengan tangan memasuki lift, masih dengan bersenda gurau. Namun, begitu melihat wajah Hendra, senyum di wajah Kenzo seketika sirna. Dia sempat lupa ada cecurut satu ini yang akan mengikuti mereka ke mana pun mereka pergi.

Bodyguard Ganteng JodohkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang