Bab 9

547 183 2
                                    

"Sebelum ingin pergi atau melakukan sesuatu, pertimbangankan dulu berkali-kali. Apakah itu keputusan benar atau salah? Jangan sampai merugikan orang lain, hanya karena keegoisan."

(Princess Aisha The Adams)

♡♡♡

SELAMAT MEMBACA

♡♡♡



   Gadis berjubah hitam dengan niqob masih berdiri mematung, menatap kepergian beberapa anggota medis membawa Sheikh Ahmad yang tidak sadarkan diri.

   Sebuah tangan menyentuh pundaknya, menyadarkan Aisha dari lamuan, ia pun menoleh kesamping menatap Kakak iparnya.

   "Sesuatu telah terjadi kepada Abang sepupumu, Aisha." Arha menatap serius Aisha. "Apakah kamu tidak akan mencari tahu?"

   Aisha terdiam, benar apa yang dikatakan oleh Kakak iparnya. Ia harus mencari tahu apa yang telah terjadi dan, mengapa sang Mama harus berbohong kepadanya?

   "Kalau begitu aku pergi kesana dulu ya, Arha," pamit Aisha.

   Mendapat anggukan kepala dari Arha, barulah Aisha melangkah sedikit berlari menuju ruangan rawat Sheikh Ahmad.

   Setelah beberapa meter berjalan Aisha sudah sampai di depan pintu yang tertutup, tangannya terulur untuk membuka pintu.

   Pintu itu langsung terbuka tidak lagi terkunci, Aisha masuk kedalam ruangan yang lumanyan luas. Di atas brankar terbaring Sheikh Ahmad yang pingsan, hanya ada seorang Dokter laki-laki di sana.

   Aisha ingin mendekat kearah brankar, tetapi langkahnya terhenti. Ketika mengingat bahwa ia seorang sebagai perempuan di dalam ruangan ini, Aisha berbalik ingin keluar sebelum pertanyaan dari Dokter membuat Aisha urung pergi.

   "Tidakkah Nona penasaran, apa yang telah terjadi kepada Sheikh Ahmad?" tanya Dokter tanpa menatap Aisha.

   Tanpa berbalik badan, Aisha langsung bertanya, "apa yang telah terjadi?"

   "Akibat berani memasuki tempat ini," jawab sang Dokter.

   Jawaban Dokter awalnya membuat Aisha bingung, hingga ia kembali mengingat sebuah pesawat putih yang dihancurkan.

   Ingatan Aisha kembali pada beberapa hari yang lalu, saat melihat korban dari pesawat yang hangus salah satunya seperti ia kenali.

   Belum lagi perkataan dari Kakak iparnya, yang mengatakan nama pesawat pribadi putih bernama 'Al Hafidz'.

   "Aisha..." panggil Sheikh Ahmad lirih, saat baru membuka mata.

   Panggilan itu membuat Aisha berbalik badan, ia tidak mendekat kearah Sheikh Ahmad yang tersenyum di atas brankar.

   "Kalau begitu saya permisi dulu," pamit sang Dokter ingin keluar.

   "JANGAN KELUAR, DOKTER!" ujar serentak Aisha juga Sheikh Ahmad.

   Langkah kaki sang Dokter terhenti, ia kaget sekaligus bingung sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

MAHABBAH Putra Mahkota Al Hafidz (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang