BAB 30 : Ledakan

45.6K 4.5K 1.8K
                                    

3300 word 😭 Ramein atuh 🤏🏻

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

3300 word 😭 Ramein atuh 🤏🏻

****

Kaivan Valerian : Nara, maaf Papa belum bisa jenguk Nara di rumah Ayah Bod. Papa masih beresin keperluan Lala di rumah sakit. Mama Viola aja yang ke sana, nggak pa-pa 'kan?

Ya, tidak apa-apa. Tidak dijemput pulang ke rumah Kaivan lagi pun, bukan masalah. Kanara tidak mau melihat Niskala menjerit histeris lagi di depan wajahnya, itu menyakitkan. Gadis dengan rambut yang berantakan itu kembali melanjutkan lamunan, duduk menekuk sembari memeluk lututnya. Kanara memiringkan kepalanya lunglai, menatap foto Zayyan Tahta yang terpajang di depannya.

"Mau eskrim?"

Suara Rayyan terdengar, Kanara menoleh ketika melihat pria itu berlutut di bawahnya.

"Mau." Kanara menjawab tanpa sungkan. Dia menerima eskrim pemberian Rayyan, kemudian beranjak turun dari sofa agar bisa duduk di atas lantai bersama pria itu.

"Ayah Bod," panggil Kanara.

Rayyan menyahut halus. "Iya, Ra?"

"Ayah nggak benci Moana?" tanya Kanara lagi.

Alis Rayyan tertaut samar, sok bingung dengan pertanyaan Kanara. "Lho, kenapa harus benci? Dua-duanya putri Ayah, Ra. Sama-sama pernah digendong. Pernah disuapin. Bedanya yang satu lengket sama Ayah, yang satunya lagi selalu kabur-kaburan kalau dideketin dari dulu."

Kanara memasang wajah muram. "Gimana kalau Nara yang benci sama Moana?"

"Karena Moana ngelukain Lala?" tanya Rayyan dan Kanara tidak menjawab, punggung lesunya dibiarkan membungkuk kuyu. Rayyan menarik napas panjang. "Ra, boleh kita ngobrol?"

Kanara mengangguk.

"Ayah ngehargain rasa kecewa kamu sama tindakan Moana yang pernah nyakitin Niskala. Tapi kamu harus tau, Ra. Apapun yang terjadi hari kemarin dan sekarang itu bukan pilihan kalian," ucap Rayyan. "Kamu nggak pernah milih buat didatangin sama Moana, Moana juga nggak pernah milih buat ngedatengin kamu."

Kanara mendengarkan dalam diam. Semua terasa masuk logika jika Rayyan yang berbicara.

"Rasa sakit yang Moana punya itu pemberian dari kamu, Nara. Trauma yang Moana alami juga sebenarnya punya kamu. Moana dan Kanara itu satu raga, satu nyawa. Meskipun kalian beda jiwa, tapi luka batin kalian itu sama. Nggak ada yang perlu disalahkan dan menyalahkan. Kalian berdua cuman butuh saling penerimaan," lanjut Rayyan kembali.

"Tapi ini berat, Ayah ...."

"Ayah nggak bilang ini ringan, Ra." Rayyan menyahut. "Tapi coba bayangin ini, Ra. Gimana misalnya yang punya trauma sama tangisan anak-anak itu ternyata malah kamu? Dan di satu waktu nih, Niskala nangis di depan kamu."

Kanara menoleh pada pria itu. "Terus?"

"Terus pas waktu kambuh, kamu mukulin Lala. Sebagai Kanara Agni, sebagai diri kamu yang asli. Berapa berat rasa bersalah yang kamu tanggung setiap hari?" tanya Rayyan lagi.

ENIGMA : Last FlowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang