Tanpa pamit

26 15 12
                                    

Apakah kamu sudah bahagia hari ini?

Apakah kamu sudah bahagia hari ini?

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Jakarta, 2023

Tangisan pecah di salah satu bilik rumah sakit. Seorang wanita paruh baya tengah memeluk putrinya yang sudah terbaring pucat dan kaku di atas brankar. Ada beberapa dokter serta suster dalam bilik tersebut. Tiada yang bergerak untuk menenangkannya, biarlah ia larut dalam kesedihan pikir mereka.

"Nerissa Cameron, waktu kematian: 28 Maret 2023, pukul 01:00 WIB."

Kalimat itu sukses meluncur bebas dari bibir Dokter Arjuna. Ia masih terpaku menatap gadis berpakaian perawat yang sudah berpulang tanpa pamit. Harus bagaimana ia menanggapinya. Pasien sekaligus orang yang ia cinta itu sudah dipastikan sembuh dari penyakitnya. Apakah ia salah mendiagnosis lagi?

Kilasan senyum dan tawa Nerissa berputar dalam ingatannya. Waktu yang mereka habiskan bersama seakan bisa ia lihat didepan mata. Tak terasa air matanya jatuh dan hampa segera menghampirinya. Paru-paru serasa enggan berfungsi dengan semestinya sesak menjejali dirinya.

Seorang suster menarik selimut putih untuk menutupi seluruh badan Nerissa. Ibunya sudah terduduk dengan tangisan yang semakin menjadi-jadi, beberapa orang di sana mulai memeluknya. Beberapa anak muda masuk dengan tangisan, menatap tidak percaya pada Nerissa yang sudah tiada. Mereka adalah sekumpulan anak muda berpenyakit sama dengannya.

Dokter Arjuna mendekati brankar, ia ingin melihat kembali wajah itu. Wajah yang tak pernah luput dari hari-hari itu tidak akan pernah bisa menemaninya lagi. Lehernya tercekat dan semakin pecah isak tangisnya. Sungguh sakit tangisan itu, walaupun lebih sakit lagi tangisan sang Ibunda Nerissa.

"Sa ... wish list kamu belum penuh semuanya. Aku belum sempat Sa, nepatin janjiku. Kamu perginya cepat sekali." Dokter Arjuna menatap pada wajah yang tidak lagi berekspresi itu, begitu dingin kulitnya.

Bunda Nerissa menarik Arjuna dalam dekapnya. Ia tahu jika anaknya adalah separuh jiwa lelaki ini. Mereka sama-sama kehilangan dan harus seling menguatkan. Tangisan Arjuna semakin tak terkendali, ia memeluk begitu erat Bunda Nerissa.

"Nak, biarkan Rissa pergi. Biarkan ia bahagia dengan takdirnya. Kita harus ikhlas, Nak." Suara itu keluar dengan susah payah dari mulut Bunda.

Anak gadis yang ia rawat sendiri itu sangat istimewa di matanya. Waktu mereka hanya singkat, karena kesibukan Bunda mengurus perusahaannya. Hari-hari Nerissa tak jauh dari rumah sakit dan kamarnya. Selebihnya wanita muda itu menghabiskan waktunya dalam perpustakaan.
















Hai, Bum!
Apa kabarnya?
Mari berikan goresan bahagia dalam kisahmu.

Datang lalu Pergi || Usai✅Where stories live. Discover now