Lost

2.2K 207 109
                                    

Happy Reading!!

Bara tertunduk dalam sambil terus mengusap wajahnya kasar. Sakit di wajahnya tidak ia rasakan lagi, ia sibuk dengan perasaannya yang sudah tidak karuan.

Ia baru sampai di rumah sakit bersama Marco dan ternyata kondisi Kaira cukup parah serta sudah tidak sadarkan diri. Kaira ditemukan jatuh dari tangga rumah mereka dan mengalami pendarahan hebat hingga harus di larikan di rumah sakit untuk segera di tangani.

Tapi sayang nya, malam ini Bara maupun Kaira harus merelakan anak mereka yang tidak dapat diselamatkan. Bara sangat kalut, apalagi ketika melihat Kaira yang masih belum sadar dan masih terbaring lemah di ranjang rumah sakit. Bara tidak sanggup untuk berada di dalam ruang rawat Kaira, ia memilih untuk keluar untuk menenangkan pikirannya.

Sedangkan di dalam sana Marco masih tetap menemani Kaira, Marco duduk diam menatap Kaira yang masih setia memejamkan matanya. Tangannya terus menggenggam tangan Kaira yang dingin, wajah Kaira sangat pucat membuat Kaira semakin terlihat rapuh. Marco menghela nafas kasar lalu tangannya terulur untuk mengelus kepala Kaira dengan sayang.

"Kenapa harus lo sih yang ngalamin hal seberat ini? Kenapa enggak gua aja? Gua udah hidup sebejat ini tapi kenapa lo yang harus ngalamin banyak hal sedih." Ucap Marco dengan raut wajah yang tidak bisa disembunyikan kalau ia sangat sedih sekarang.

Marco mencium punggung tangan Kaira dengan sayang, "Gua harap lo gak nyalahin diri lo sendiri waktu bangun nanti, gua gak mau liat lo hancur lagi, Kai."

Sepanjang malam Marco menunggu Kaira siuman sendirian tanpa kehadiran Bara yang entah kemana perginya tapi Marco tidak menyalahkan Bara karena ia tahu Bara masih shock dengan keadaan sekarang.

Pagi harinya Kaira siuman. Ia ditangani oleh dokter untuk mengecek kondisinya, Marco keluar terlebih dahulu dan menemukan Bara sedang berada di depan ruangan rawat Kaira.

"Lo semalaman disini?"

Bara menoleh ke arah Marco, "Kaira udah sadar?"

"Lagi ditanganin dokter."

Bara beranjak berdiri dan mengintip ke arah dalam ruangan Kaira. Bara semalaman berada di depan ruangan Kaira untuk menenangkan diri, ia tidak tidur semalaman dan sibuk dengan kekalutannya.

Tak lama dokter keluar dan memberitahu kondisi Kaira. Setelah mendengar penjelasan dokter mengenai Kaira yang harus dirawat inap lebih lama, Bara segera masuk ke ruang rawat Kaira. Ia melihat Kaira terbaring sambil menutup wajahnya dengan kedua tangannya.

"Kaira." Panggil Bara.

Kaira menoleh dan Bara melihat bagaimana wajah pucat milik Kaira dipenuhi oleh air mata. Kaira menggeleng ribut dan menatap Bara dengan tatapan ketakutan. Bara tidak mengerti dan ia terus mencoba mendekat ke arah Kaira membuat Kaira semakin menangis.

"Aku gak mau, pergi..." Kaira menangis sambil menggeleng ribut.

"Kaira, aku-"

"Kak Marco."

Marco yang berada di ambang pintu langsung berjalan ke arah Kaira dan mendekap tubuh Kaira. Marco memberi isyarat kepada Bara untuk tidak memaksa Kaira. Bara mengangguk mengerti, ia mengalah untuk saat ini walaupun rasanya ia ingin menggantikan posisi Marco sekarang. Ia juga sama hancurnya harus kehilangan anak mereka tapi Bara tahu kalau Kaira lebih hancur darinya.

"Anak aku, kak..."

"Dia udah ditempat yang terbaik. Jangan nyalahin diri lu sendiri, disini semua juga tau kalau lu yang paling kehilangan..."

Not My Fault - HarutoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang