part 29

14.1K 858 12
                                    

Happy reading guys
Semoga suka yaa

Perempuan yang mengenakan jas putih itu melaksanan prosedur-prosedur pemeriksaan pada pasien, sedangkan sang pasien menatap bingung pada dokter yang memeriksa keadaan nya, matanya menatap heran dengan alat yang dokter tersebut letakkan pada perutnya, rasa dingin yang berasal dari gel bening yang dioleskan pada perutnya mampu membuat zora menahan nafas.

"Pak saya di periksa apaan lagi si, emang saya hamil apa pake segala diperiksa ke dokter kandungan?" Tanya zora pada pak andra yang berada di pojok ruangan, anehnya laki-laki itu berbalik memunggungi dirinya.

"Nanti dokter akan menjelaskan kepada nona" jawab pak andra cepat.

Baju milik zora kembali di turunkan menutupi perut rata perempuan itu, merasa sudah selesai zora perlahan-lahan di bantu oleh dokter tadi untuk bangun, sebab bahunya masih terasa ngilu.

Sudah dua hari lamanya dirinya siuman, namun tak ada tanda-tanda kedua orang tuanya akan hadir, hanya kakaknya yang juga sudah siuman dari pingsan lebih dulu yang senantiasa menemani nya di dalam ruangan, hari ini adalah hari ketujuh dirinya berada disini, luna pun sama hal nya seperti dirinya, gadis itu masih dirawat tepat di sebelah ruangan nya.

Setiap hari ia akan menanyakan keadaan orang-orang yang masih berada di london, mereka semua seolah-olah di telan bumi, tak ada kabar sama sekali, dirinya juga banyak mengirim kan pesan namun tak ada balasan sama sekali, pak andra pun juga tak ingin menjawab, setiap di tanya pria itu akan menjawab semua baik-baik saja, jangan di pikirkan tugas nya hanya harus fokus pada kesembuhannya saat ini.

"Jadi, Kenapa saya di periksa ginian?" Tanya zora langsung pada dokter wanita di sebelah nya.

Dokter itu tersenyum manis yang dilontarkan untuk zora, zora pun semakin bingung, jangan bilang dokter ini penyuka sesama jenis, ohh tidak dia trauma dengan manusia seperti ini.

"Selamat anda tengah mengandung, usia kandungan anda baru berjalan dua Minggu, tolong di jaga dengan baik karena kandungan anda masih sangat muda nona" ucap dokter tersebut.

Bagaikan dilempari batu besar, zora terdiam seribu bahasa mendengar penjelasan dari dokter tersebut, mengapa bisa secepat ini.

Tangan itu terkepal, bukan tak menerima kenyataan bahwa saat ini ia tengah mengandung, hanya saja ia takut justru ternyata kematian nya satu langkah lebih dekat, karena selama inipun ia tak lagi tahu alur novel ini berjalan hingga bab berapa, sebab segala hal yang ada didalam buku dan ia jalani sekarang sangat amat berbeda, ia takut justru mencelakai mahkluk kecil yang ada di perutnya.

"Pak andra, hari ini saya mau pulang" ucap zora mencicit.

Pak andra segera berbalik dan melangkah mendekati brankar.
"Baik nona, hari ini kita akan pulang ke mansion."ucap pak andra, namun di sambut gelengan kepala oleh zora.

"Saya mau pulang ke apartemen, tidak ada kata tidak." Ucap zora tegas tak ingin di bantah, ia butuh waktu.

"Nona, saya tidak bisa membiarkan anda sendiri disana, tuan berpesan kepada saya untuk menjaga nona" ucap pak andra mencoba membujuk nonanya.

"Pak tolong, saya mau ke apartemen, selebihnya terserah bapak, mau bapak kasih bodyguard di depan pintu apartemen pun saya enggak perduli, yang terpenting saya mau ke apartemen gara sekarang." Putus zora mutlak.

"Baik non, saya setuju." Ucap pak andra

Tanpa basa-basi perempuan itu turun dari brankar di ikuti dengan pak andra di belakang nya.

Sesuai apa yang di katakan oleh zora tadi, perempuan itu kini sudah berada didalam apartemen milik gara. Apartemen ini tak berubah sama sekali setelah satu bulan lamanya ia tinggali, itu artinya gara pun juga belum pernah menginjakkan kaki di apartemen ini selama satu bulan lamanya.

Matanya bergulir menatap setiap sudut apartemen, jika diperhatikan pemilik apartemen ini lebih mengarah pada zora bukan lah gara terbukti dengan banyaknya bingkai-bingkai foto yang berisikan wajahnya, entah sejak kapan foto-foto itu berada disana.

Mata itu kini turun menatap perut rata milik nya, tak menyangka bahwa ada nyawa lain disana.

"Kamu tumbuh nya kecepatan sayang, mamah masih takut tau." Perempuan itu berbicara pada janinnya seolah-olah dapat mendengar suaranya.

"Papah kamu aja belum ada kabar, huaaa mamah takut jadi janda." tiba-tiba saja air mata berlinang, kenapa rasanya hari ini begitu melow, apakah ini yang dinamakan dengan hormon ibu hamil ya?

"Laper banget gue, masak aja kali ya."

Begitupun dengan dapur tak ada perubahan, bekas botol alkohol sialan itupun masih berada disana, mengingat kelakuan nya satu bulan yang lalu, reflek zora mengetuk pelan kepalanya sendiri, bagaimana jika bertemu gara nanti.

"Gara selamat nggak ya?" Lirih zora pelan, kenapa sekarang perasaan khawatir sangat mendominasi dirinya, rasanya jika melakukan kegiatan apapun, terselip nama gara di kepalanya, bagimana keadaan laki-laki itu, apakah dia masih hidup, atau...

"Hikss enggak mau jadi janda,"

"Mana gue lagi hamil lagi hikss huaaa" tangis itu pecah di sela-sela keheningan apartemen.

"Kalo dia mati, anak gue nggak ada bapak dong hikss,"

"Ihh gara jangan matiiii hiks"

Hati nya tiba-tiba saja merasa sakit membayangkan kejadian tersebut benar-benar terjadi, bagaimana selanjutnya jika benar-benar terjadi, mengapa baru sekarang rasa takut akan kehilangan gara muncul.

Bersambung.........




gefa figuran novel (Tahap Revisi)Where stories live. Discover now