Buka Usaha

2.6K 460 22
                                    


HI GENGS!

Maaf atas keterlambatan inih! Sebagai bonus, ini dua bab sekaligus eaaa!

ENJOY!


***


"Buka usaha apa saja yang penting halal... dan murah."

~Prinsip Pemilik Modal Pas-pasan~




KATIA tiba-tiba merasakan semangat yang membara di hatinya. Untung saja kakinya bisa mengontrol emosi atau ia bisa menginjak pedal gas terlalu dalam. Ia bergegas menyetir ke Bintaro (sanaan dikit), ke sebuah rumah yang dicicilnya sejak tiga tahun lalu. Rumah dengan luas tanah 90 m2 dan luas bangunan 120 m2, dengan empat kamar tidur serta tiga kamar mandi. Bonus, masih ada satu kamar pembantu dan satu kamar mandi pembantu.

Katia dulu sempat kaget ketika mendapati bahwa loncat – loncat di startup bisa menghasilkan gaji yang lumayan besar. Ketika gajinya menyentuh dua digit, Katia menabung mati – matian. Tujuh tahun terakhir, gajinya menyentuh kepala dua, dan saat itu pula ia mulai menabung lebih keras lagi dan berhasil mengumpulkan uang muka untuk memulai KPR pada tiga tahun lalu.

Katia melabeli rumahnya di Bintaro. Sebodo amat kalau ada yang meledek 'Nggak, di Bintaronya kan?' tiap kali ia cerita rumahnya di Bintaro coret.

(Tolong jelaskan masa kerja Katia, gajinya, dan tabunganya, sehingga bisa beli rumah di daerah Rempoa yang dekat dengan Lebak Bulus dan harga sudah mahal)

Katia berhenti di carport dan bergegas turun ketika Pak RT menghampiri Katia.

"Eh, Mbak Katia. Apa kabar, Mbak?" tanya Pak RT yang kebetulan sedang berjalan-jalan di dekat rumahnya.

"Baik Pak, tumben ada di sini?" Katia balas menegur Pak RT.

"Iya ini ada saudara saya yang mau lihat-lihat, lagi cari rumah katanya. Saya dengar dari tetangga, rumah Mbak Katia mau dijual?" tanya Pak RT.

Katia ketar-ketir.

"Ehm... masih mikir-mikir aja karena belum juga ditempati. Tapi kayaknya mau saya isi aja rumahnya." Katia terdengar yakin.

"Oh, tapi rumah di sini jarang yang kosong," kata Pak RT lagi.

"Coba Bapak ke depan-depan," kata Katia yang rumahnya di pojok belakang.

Pak RT mengaitkan kedua tangannya ke belakang pinggang.

"Pak.... Saya permisi ke dalam dulu ya." Katia pamit dan Pak RT mengangguk sambil tersenyum.

Katia membuka pintu rumahnya dan masih sama, berdebu. Katia dua bulan sekali membawa Bi Minah ke sini untuk menyapu dan pel. Katia mulai memasuki ruang tamu, membayangkannya sebagai ruang administrasi atau kantor, kemudian area yang harusnya ruang makan menjadi, entahlah, apakah pantri? Katia memasuki master bedroom yang ukurannya tak seberapa namun ada kamar mandi di dalam. Dia mulai memikirkan apakah dia harus menjadikan itu kamarnya atau ruangan itu dibobol sehingga memiliki pintu langsung ke depan pula.

Katia memasuki kamar di belakang, di sebelah dapur yang sangat kecil, tak sampai dua meter persegi. Ia mengangguk sambil tersenyum. Ia sudah tahu ruangan ini untuk apa. Dihitungnya berapa tiap lantai dan difoto. Katia kemudian membuka teras belakang yang sempit. Ia akan membuat laundry room di sana.

Katia naik ke lantai dua. Dua kamar di atas akan tetap menjadi kamar. Tapi living room-nya yang sedang ia pikir masak-masak, apakah menjadi kamar atau...?

Katia membuka teras lantai dua yang menghadap belakang alias tembok. Ruangannya cukup besar. Sekitar tujuh meter persegi. Dua tahun lalu ia sempat punya ide untuk menutup void lantai dua dengan solarflat transparan, sehingga teras belakang tetap terang dan tak akan terkena hujan.

Katia memejamkan mata. Jemarinya berhitung. Ia menarik napas dalam-dalam lalu membuka matanya dan beranjak ke area kamar pembantu dan kamar mandi pembantu. Ini sudah pasti, tetap menjadi kamar.

Katia kemudian berjalan cepat ke bawah. Ia menyalakan mesin mobil dan pendingin sambil browsing cara membuka CV. Iya CV.

Katia menelepon Banu. "Mas, ada orang bisa bantu bikinin gue CV, nggak?"

"CV buat lamaran?" tanya Banu bingung.

"CV buat usaha lah," ucap Katia gemas.

Sepuluh menit kemudian, Katia sudah menghubungi notaris sepupunya Banu untuk membantunya. Katia menyetir mobilnya menuju tempat furnitur yang ia tahu lebih murah daripada IKEA di Tangerang. Selama menyetir, Katia menelepon Ibunya.

"Bu, Ibu boleh jadi nama kedua? Nggak kok Bu, Katia mau buka usaha kecil – kecilan," Katia mengikuti google maps.

"Iya Bu, nggak, nggak, yakin deh, Katia nggak akan buang – buang uang," Katia susah payah menjawab Ibu. Gimana cara membuang uang, wong uangnya juga tidak ada?

Setelah meyakinkan Ibu beberapa kali, akhirnya Ibu mengiyakan dan Katia cukup lega. Terutama ketika ia menghindar ditanya mau buka usaha apa. Pokoknya kata Katia, "Masih belum tahu Bu, Katia bersiap-siap aja, daripada nganggur gak ada penghasilan terus-menerus?"

Di situ, Ibu menyerah. Siapa yang mau punya anak pengangguran abadi?

Ketika mobilnya baru saja selesai parkir, Banu menelepon.

"Oi," sapa Katia singkat.

"LO MAU BUKA PENYALUR PEMBANTU?" Banu syok.

Agensi Rumah TanggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang