Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan bajingan yang Marsel miliki.
Laki-laki problematik yang berusia satu tahun di atasnya itu adalah soso...
Malas ngetik panjang, singkat padat vote! Silahkan tinggalkan lapak ini kalau kamu tidak mau meninggalkan jejak
32.GAGALNYA REALISASI SANG PEMIMPIN
Cemburu. Satu kata yang dulunya tidak ada dalam kamus hidup gue, kini hadir dengan lancangnya. Lantas, berhak kah gue ngerasain itu disaat lo dan gue enggak pernah sama sekali jadi kita?
—Marselino Raygan Bumantara
***
Sejak semua murid berkumpul di lapangan guna mendengarkan beberapa petuah penting dari Pak Irwan selaku guru olahraga sekaligus guru pembimbing acara kemah nanti, Paula menyadari ada yang tidak beres dari sikap sahabatnya.
Jelas Paula bingung pun agak dongkol sedikit. Di saat siswa dan siswi begitu semangat menyambut acara ini, wanita yang berjalan di sampingnya malah melakukan hal yang berbanding terbalik. Alana tampak lesu, wajahnya sama sekali tidak menunjukkan minat serta tekad besar seperti yang lain.
"Kamu kenapa sih Na murung terus? Ayo dong semangat kaya aku, minimal senyum dikit kek."
Alana tidak menanggapi, ia terus melangkah tak semangat menuju salah satu dari dua bus yang terparkir di depan gerbang smansa.
Berjalan di sisi Alana dengan kepala yang setia menoleh ke samping menatap perempuan bersweater abu gelap itu Paula berdecak kesal. "Alana ih! Nyebelin banget jadi orang."
Alih-alih merespon, Alana memilih menaikkan kupluk hoodienya hingga separuh wajahnya—mulai dari dahi ke hidung tertutupi semua. Kelakuannya itu semakin membuat Paula merasa ingin menggeplak kepala bagian belakang Alana namun sebisa mungkin gadis berkacamata itu menebalkan kesabarannya.
Sebagai gantinya, Paula tarik turun kupluk hoodie Alana lalu memeletkan lidahnya. Seperti sebelum-sebelumnya, tetap saja Alana tidak memberi respon apapun.
Setelah berhasil menaiki bus usai berdesak-desakan bersama murid lain yang berebut masuk, kompak Alana dan Paula mendengus kasar. Keduanya memasang ekspresi kecewa, nyatanya, usaha mereka menghianati hasil, semua tenaga mereka terbuang sia-sia sebab seluruh kursi sudah terisi penuh.
Bu Susan menatap prihatin kedua perempuan yang baru datang tadi. "Coba deh kalian cek bus satunya. Kalau sebagian besar murid banyak ke sini, berarti di sana masih kosong."
Mendengar saran Bu Susan Paula mengangguk cepat kemudian menarik sebelah tangan Alana untuk turun. Susah payah keduanya berlari dengan beban berat di punggung mereka. Entah apa sebenarnya isi ransel Alana dan Paula, tapi yang namanya wanita, pasti banyak barang tidak penting namun amat di perlukan di dalam sana.
Lagi-lagi Marsel.
Dari sekian banyaknya manusia di dalam bus, netra Alana langsung beradu dengan mata tajam cowok itu kala sudah naik. Alana membuang wajah ke sembarang arah, rasa sesak tiba-tiba saja menyerangnya sebab Marsel duduk di samping Binar.
Di tengah kesibukannya memilih kursi bersama Paula, Alana ingin terbahak keras. Apanya coba yang tidak balikan? Binar saja bergelanyut manja di lengan Marsel dan Marsel tidak menolak sama sekali.
Kembali Alana naikkan kupluk hoodienya kemudian duduk pada deretan kursi nomor dua dari depan setelah meletakkan susah payah ranselnya di bagasi bus yang berada tepat di atas kepala. Ia pilih bangku paling dekat dengan sisi jendela dan tentunya Paula yang mengisi tempat kosong di sampingnya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.