Différent ; 61. To Beloved Giver

881 134 38
                                    

HAPPY READING

Salju pertama turun tepat setelah mereka kembali ke Korea. Langit masih cerah, hanya sinar matahari yang tak ada. Rasa dingin tak luput Ruka rasakan, meskipun kenyataannya lebatnya salju tak dapat bisa melebihi lebatnya kesedihan yang sekarang tengah dirinya rasakan.

Lorong rumah sakit siang ini tak terlalu banyak orang, syukurlah... Ruka sedikit senang, karena setidaknya tidak banyak orang yang mungkin merasakan apa yang tengah dirinya rasakan sekarang.

"Ingin pergi ke suatu tempat atau langsung pulang?"

Ruka menoleh saat mendengar pertanyaan dari sang ayah. Ia mengangguk kecil.

"Bisakah papa mengantar ku ke café di dekat perpustakaan kota?" Jaehyun mengangguk sebagai jawaban.

Keduanya lantas berjalan beriringan menuju parkiran mobil. Kendaraan roda 4 itu melaju membelah jalanan kota yang bersalju, sedikit pelan karena jalanan tentu licin.

Tak ada percakapan di dalamnya. Semua begitu hambar bahkan saat Jaehyun tengah menyetir bersama anak pertamanya.

"Tuan Jung, saya benar-benar tidak habis pikir dengan anda. Bagaimana mungkin anda membiarkan Jung Rora kembali dengan keadaannya yang seperti ini? Apakah anda tidak tahu jika pilihan anda ini sewaktu-waktu dapat membuat anda menyesal?"

Pertanyaan penuh nada emosi yang ditahan dari dokter Jungwoo, membuat Jaehyun dan Ruka terdiam di tempat. Keduanya tak dapat merangkai kata-kata untuk sekedar menjawab pertanyaan itu.

Dokter Jungwoo memijit pelipisnya yang berdenyut. Helaan napas kasar ia lakukan sebelum kembali berucap.

"Tuan, saya benar-benar tidak bisa menjamin jika Jung Rora akan mendapatkan pendonor ginjal di Korea, mengingat negara kita memiliki angka kelahiran paling sedikit di Asia. Jadi, anda hanya memiliki satu pilihan dan jika anda tidak memilihnya... maka selesai."

Jaehyun menggeleng gagap, "dokter Kim, pilihan apa itu?"

"Membawanya kembali ke Singapura. Di sana adalah harapan satu-satunya Jung Rora untuk hidup, tuan Jung."

Ingatan mengenai percakapannya dengan dokter Jungwoo beberapa waktu lalu, mulai menghantui pikiran Jaehyun.

Lenggangnya jalanan kota tak dapat membuat fokus Jaehyun berada ditempat. Bahkan saat mobil itu telah sampai ke tempat tujuan, Jaehyun dan Ruka sama-sama saling diam tanpa berniat untuk beranjak.

"Papa," suara Ruka membuyarkan fokus Jaehyun.

"Haruskah kita membawa Rora kembali ke Singapura?"

Jaehyun menoleh pada Ruka di sebelahnya. Anak pertamanya itu terlihat rapuh, tatapan matanya begitu kosong, dan Jaehyun tahu bagaimana perasaannya.

"Tidak ada pilihan lain. Dokter Kim sudah berkata seperti itu, maka kembali ke Singapura bukanlah ide buruk." jawabnya pelan.

"Tapi, pulang adalah bentuk hadiah untuk Rora." Ruka menelan salivanya kasar, "bukankah papa akan terlihat mengkhianati kepercayaan Rora tentang kepulangannya?"

Jaehyun mengangguk tanpa ragu. Apa yang diucapkan oleh sang anak memang benar adanya. 'Pulang' yang Rora inginkan adalah bentuk permintaan dari hadiah ulang tahun untuk sang anak. Jika Jaehyun pada akhirnya akan membawa Rora kembali ke Singapura, bukankah hadiah itu bersifat sementara?

"Tidak ada pilihan lain, Ruka. Jika memang ini satu-satunya cara agar Rora mendapat pendonor dan sembuh, kembali ke Singapura bukanlah ide buruk." Jaehyun menoleh, tangannya mengelus lembut pucuk kepala si sulung sembari tersenyum teduh.

Différent [✓]Where stories live. Discover now