Bab 5

227 38 14
                                    

Gengs mata uang di sini aku bikin sendiri , satu kalter itu, sama kaya satu koin perak yaaa.

Jangan lupa komen tapi, tunjukkan Pesonaamuuu

"ehh gengs, aneh banget aku kepikiran buat cerita Utahime Sukuna hahahaha, komen dong yang mau, aku udah ada idenya nih 🤭🤣🤣

Aku update juga karena seneng kalian rajin komen, jangan lupa komen yaaaa

***



Langkah milik Satoru berpacu dengan langkah lain yang kemungkinan memiliki tujuan yang sama, lelaki bertubuh tinggi, dengan otot-otot yang nampak mengeras itu sesekali membalas sapaan perawat yang mengenali dirinya.

"Ini sudah jam 10." Ia memegang gagang pintu dan membukanya secara perlahan, hanya untuk mendapati ruangan yang nampak sunyi dan sepi. Ranjang rumah sakit yang seharusnya diisi oleh Utahime nampak kosong, tidak ada sisah infus di sana. Membuat mata Satoru menelisik keadaan sekitar.

"Ke mana dia?" ia berbalik menuju resepsionis saat menyadari tidak ada jejak Utahime di ruang inap.

"Permisi."

"Iya tuan."

"Aku ingin tahu wanita yang dirawat di ruangan Mawar, bisa kau beri tahu aku ke mana dia?"

"Oh anda tuan Satoru?"

"Iya."

"Nona Utahime sudah keluar tadi pagi sekali."

Kening Satoru berkerut.

"Keluar? Bukannya seharusnya dia masih dirawat?"

Mendengar nada tegas dengan suara berat itu, sejenak membuat resepsionis tadi gugup. Ia menyadari perubahan raut wajah Satoru yang nampak mengeras dan tidak bersahabat.

"Kami sudah menahannya, tapi Nona Utahime tidak ingin dirawat lebih lama. Dia juga menitipkan ini." Lantas menyerahkan secarik kertas yang memang ditinggalkan untuk Satoru, dari Utahime sendiri.

"Terima kasih."

Agak menjauh, Satoru membaca kertas tadi dengan hati-hati, sudut bibirnya terangkat, kerutan tidak suka muncul di keningnya dan ia justru kesal setelah membacanya.

'Sekali lagi terima kasih karena sudah menolongku, lain kali. Aku harap kita tidak berurusan satu sama lain lagi.'

Kertas tadi Satoru remas, jelas sekali itu sarkasme atas pembahasan terisah di antara mereka tadi malam, ia membuang kertas tadi begitu saja. Ia kembali ke resepsionis, dan menemukan Suguru dan Shoko sudah ada di sana. Masing-masing dari mereka memegang satu tangkai bunga aster yang bisa langsung Satoru tahu dari siapa.

Ia menjadi kian kesal karenanya.

"Utahime pergi." Suara Shoko nampak memelan, "Dia memberikan bunga ini."

"Sebaiknya kita ke akademi segera, ada yang harus diselesaikan."

Satoru maupun Shoko melangkah lebih dulu, sementara Suguru berada di belakang. Lelaki itu berhenti karena tidak sengaja melihat punggung Utahime yang berjalan menjauh, ia nampak menimbang, sejenak menatap punggung Shoko dan Satoru sebelum mundur beberapa langkah dan menyusul Utahime.

"Begini caramu berterima kasih?"

Nada suara Suguru yang terdengar kasar menghentikan langkah Utahime, ia terdiam dengan helaan nafas saat Suguru memblokir jalannya.

Kali ini, kesalahan apa lagi yang ia buat?

Apa lelaki itu ingin Utahime bersujud di kakinya?

"Terima kasih karena sudah menolongku." Utahime menunduk dalam, terlalu malas untuk beragumen, mungkin memang itu yang diinginkan Suguru jadi, ia turuti saja. Rambut panjangnya yang hampir menggapai bagian bawah bokongnya menutupi wajah bagian depannya, Suguru mendengus pelan dengan aksi Utahime, suasana mendadak kikuk. Bukan itu ia harapkan.

Timeline (GojoHime) END Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang