32. Telah Berlalu❄️✨

162 72 0
                                    

Happy Reading🫶🏻
Pencet⭐⭐⭐

Typo tandain aja pake emot

Absen pakai emot🍭🍭>>

Absen pakai emot🍭🍭>>

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

❄️

Aya sudah bersiap-siap berangkat sesuai rencananya dengan teman-temannya karena sudah pukul 14:10. Mereka janjian di sana harus sampai tak lebih dari 15:15, jadi Aya bersiap lebih cepat, jalan ke sana juga kan tidak dekat.

Bukan langsung ke bawah, tapi Aya malah melamun di kamarnya, pikirannya melayang-layang lagi, terbang ke perjalanan masa lalu buruknya yang tampak tersusun rapi seolah sudah Tuhan sediakan untuk menguji seberapa kuat Aya menjalani hidupnya, meski bisa dikatakan Aya gagal. Aya tak kuat menahan tekanan mental, hingga belum bisa pulih sepenuhnya hingga detik ini.

❄️

Aya, saat ini ia memang punya banyak teman dan kenalan, ia juga selalu bersama teman-teman dekatnya setiap hari. Sehingga hal yang menjadi salah satu permasalahan hidupnya ini terasa mulai terselesaikan, merasakan seperti apa pertemanan adalah salah satu harapan Aya.

Nyatanya, sejak dulu saat Aya tak merasakan hal seperti ini, ia hanya tinggal dengan nenek kakeknya dan kakak Laki-lakinya, walau begitu awalnya ia masih punya teman bermain yaitu sepupunya. Tapi takdir berkata lain, sepupunya itu pindah ke Sumbar dan Aya hanya bermain dengan kakaknya saat belum mulai sekolah, saat Aya sekolah kakaknya sudah sekolah jauh dari rumah, Aya tak lagi ada teman bermain.

Saat ia mulai SD di umurnya yang ke 7 tahun, ia bersekolah di satu-satunya sekolah terdekat di tempat itu yang tidak sulit transportasi nya, sekolah itu hanya sekolah cabang dari sekolah pusat yang letaknya jauh dan harus dilalui dengan transportasi air.

Murid di sekolah itu tidak jauh dari 15-20 murid, dengan kelas yang berbeda-beda, misal kelas 1 lima orang, kelas 2 tiga orang, sampai kelas 6. Sekolahnya hanya berbentuk seperti gubuk reot dari kayu-kayu yang sudah lapuk, atapnya bocor, di dinding anyaman bambu yang sudah lapuk, sering kebanjiran saat air laut pasang, semua kelas disatukan ke dalam satu ruangan yang hanya diajar oleh seorang guru Laki-laki.

Selama kurang lebih dua tahun Aya bersekolah ditempat seadanya itu, hingga akhirnya sekolah itu mendapat bantuan dan didirikan gedung sekolah yang lebih layak, meski hanya terdiri tadi dua ruangan, satu untuk kelas 1-3 dan satu untuk jelas 4-6 dengan jarak yang tidak terlalu luas.

Selama SD ini Aya selalu berusaha untuk mendapat teman, tapi tak mudah tidak tau apa alasannya dari kelas 1 sampai kelas 2 Aya tidak ditemani oleh anak-anak lain, mereka hanya bermain dengan teman mereka sendiri yang mungkin sering bermain bersama mereka, Aya yang jarang main di luar jadi sulit bergabung, atau tepatnya memang tidak diajak bermain oleh yang lain.

Dan mulai kelas 3 Aya pun mulai merasa bahwa teman- temannya semakin menjauhi dia tanpa alasan, saat itu berbarengan dengan sekolahnya yang sudah pindah gedung.

Will We Be Happy?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang