38. Peduli❄️✨

132 67 1
                                    

Rawwrrr dulu gess
Ini part happy happy

Klik⭐⭐⭐⭐

Happy reading meung!

Happy reading meung!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kepalanya menoleh ke kanan dan ke kiri, memandangi gedung serba putih yang menjadi tempat tujuannya. Aya segera melangkah memasuki halaman, ia mulai menginjakan kaki di teras Rumah Sakit itu, ia lihat sekeliling mencari keberadaan seorang yang katanya akan menunggu dia.

"Ayaa!" seru seorang Laki-laki jangkung yang berdiri di pintu masuk.

"Ari? Iya gak salah itu Ari," Aya yakin dan menghampirinya .

"Ayo ikut gue, udah gawat banget!" Ari berlari mendahului Aya.

"Heh kenapa?" Meski bertanya tanya ia ikut saja yang di pinta Ari.

Mereka berjalan cepat dikoridor rumah sakit, saat di persimpangan Ari lurus di belakangnya di ikuti Aya tapi siapa sangka.

"Brukh!"

Arfa yang memakai kursi roda itu dikejar- kejar perawat, tapi ia menabrak karena Aya tiba-tiba melintas di persimpangan koridor itu. Arfa jatuh tersungkur sedangkan Aya sudah duduk karena terdorong kursi roda ngebut barusan.

"Arfaaa!!!" teriak Aya geram.

"Akhh!!!!!" teriak Arfa jauh lebih keras dengan suara Lakik. Bagaimana tidak orang kakinya yang di gips tertimpa kursi roda.

"Eh? Arfa buset anak orang jatoh!" Aya buru-buru bangun membantu Arfa, perawat yang tadi mengejarnya juga membantu, begitu juga Ari yang segera putar balik saat mendengar teriakan tadi.

Arfa dibantu naik oleh Ari dan perawat.

Arfa memandangi sekelilingnya ini, gawat dia sudah dikepung, di belakang ada Aya memegangi kursi rodanya, di kiri dan kanan ada Ari dan perawat.

"Ampun!! tolong saya jangan disuntik," ucap Arfa menyatukan kedua tangannya memohon, tapi orang di sekitarnya ini hanya membisu, apalagi perawat dia ngos-ngosan lari larian dari pagi buta. Jika tidak demi tugasnya, pasti perawat itu sudah membuang Arfa ke pembuangan akhir.

Aya memberanikan diri menempelkan tangannya ke dahi cowok rese di hadapannya ini, panas, panas sekali, wajahnya pun pucat pasi dan bibirnya nampak pecah-pecah.

"Lo tu gomal Fa!"

"Apaan?" Arfa mendongak ke arah Aya.

"Goblok Maksimal! Udah sakit begini masi aja rese, pala batu!" omel Aya menjitak kepala cowok itu sampai dia mengaduh kesakitan.

"Yaudah dek ini saya mau ke ruangan saya dulu yah, cape ngejar pasien ini dari pagi, tolong di bantu yaa obat di meja sana, kalo dia mau di infus pencet aja bel di sana ya," tutur sang perawat sambil memegangi lututnya yang nyeri.

Will We Be Happy?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang