3K VOTE + 1K KOMEN NEXTT
39. CERITA DARI KERTAS KOPIAN
Ada kalanya kamu gak harus selalu mencari tahu apa yang ingin kamu tahu.
—Alana Gardenia Senja yang menyesal telah bertanya.
***
Kabar kembalinya ingatan Marsel menyebar dengan cepat di smansa hanya dalam kurun waktu hitungan jam. Kalau saja berbentuk virus, sudah banyak yang mati sekarang. Tak ada yang tahu siapa akar dari gosip hangat tersebut, yang jelas usai habisnya jam istirahat satu jam yang lalu, tidak ada murid SMA Rajawali yang tak tahu soal ini, guru pun tak terkecuali. Membuat pria perokok yang kini tengah bersantai di warung belakang sekolah bersama puluhan sahabatnya jadi trending topik.
“Susah kalau jadi orang ganteng mah. Gerak dikit langsung viral.”
Asap rokok Marsel keluar lewat hidung sebab ia baru saja mendengus geli karena ucapan bang Jali. Tapi pria yang duduk di samping Daren itu tak menimpali pujian barusan, Marsel kembali menghisap rokoknya dengan mata menatap lurus pada layar ponsel.
“Gue sempat kaget tadi malam pas lo nyuruh ngabisin Jayden.” Kenzo tiupkan napasnya lewat mulut membuat asap rokoknya menyerbu wajah Farel yang duduk paling dekat dengannya.
“—Taunya udah balik ingatan lo,” sambungnya lalu terkekeh saat pahanya mendapat geplakan keras dari Farel.
“Ni anak perasaan nge-game mulu dari tadi enggak capek apa?” Arlan bergumam, menatap Aksara malas kemudian dicocolkannya dua kentang goreng ke saos sambal lantas menjejalkannya ke dalam mulut Aksara yang tengah war dalam mode ranked mobile legend.
Sementara korban pemaksaan tadi dengan santainya mengunyah makanan ringan yang Arlan berikan. “Thanks,” katanya tanpa mengalihkan atensinya dari benda canggih di tangannya.
Respon Aksara semakin membuat Arlan malas berada di dekat cowok pendiam itu. Arlan berdiri, sebelum pergi, ia menyempatkan diri menggeplak belakang kepala Aksara dan tetap saja, wajah Aksara datar seperti sebelumnya, bahkan mulutnya tak mengeluarkan ringisan sama sekali.
Farel meringis pelan. “Lebih parah dari Limbad ini mah.” Tak banyak bicara memang bagus, tapi Farel jadi khawatir dengan masa depan Aksara kalau dia terus-terusan irit bicara begini. Kerap sekali Aksara dikira bisu saat mereka berkenalan dengan orang baru sangking jarangnya dia bicara. Kakek Kenzo saja sempat mengira kalau Aksara tuna wicara dulu waktu pertama kali mereka ke rumahnya.
Sambil menahan kesal, Arlan berpindah duduk ke samping Bastian. Namun belum sempat bokongnya menyentuh kursi sepenuhnya, dirinya sudah mendapat tatapan tidak bersahabat dari cowok itu.
“Awas kalau lo bertingkah lagi hari in—akh! SAKIT BANGSAT!” makinya sembari mengusap kuat paha kanannya yang baru saja Arlan cubit. Arlan terlalu sering menjahili anggota lain, makanya perasaan Bastian selalu tidak enak kalau manusia pengganggu itu berada di dekatnya.
“Gitu dong ngamuk, kan rame. Jangan kaya dia.” Arlan melirik sinis pada Aksara yang sempat menatapnya dingin sebentar. “Kalau ada tsunami baru koar-koar.”
Bising di sekitarnya sama sekali tidak membangkitkan niat Marsel untuk menimbrung seperti biasa. Tetap ia amati foto wanita di handphonenya walau sudah berulang kali ia lihat. Sedikit pun Marsel tak merasa bosan dengan wajah menenangkan milik seseorang itu.
Lengkungan senyum di bibir Marsel nampak cukup jelas sehingga rasa keingintahuan Daren dengan apa yang ada di dalam ponsel Marsel berlipat ganda. Memang sudah sejak tadi Daren penasaran sebab Marsel lebih banyak menghabiskan waktunya bersama gawainya sedari pagi menjelang siang hari.

KAMU SEDANG MEMBACA
MARSELANA
Teen FictionTinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan bajingan yang Marsel miliki. Laki-laki problematik yang berusia satu tahun di atasnya itu adalah soso...