40. DENDAM BERSAMA KEANGKUHANNYA

96.5K 8.1K 1.3K
                                        

40. DENDAM BERSAMA KEANGKUHANNYA

Katanya, hidup jangan terlalu diratapi. Tapi mencoba menerima fakta dengan lapang dada, sesakit itu, ya?

—Alana Gardenia Senja.

Sehabis mengganti seragam olahraganya kembali ke baju putih Alana tidak langsung keluar dari toilet

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sehabis mengganti seragam olahraganya kembali ke baju putih Alana tidak langsung keluar dari toilet. Dia berdiri di depan wastafel, membasuh kedua tangannya lalu mencuci mukanya guna mengusir kantuk. Dan saat mengeringkan wajahnya menggunakan tisu yang memang sudah tersedia di sana Alana teringat akan suatu hal.

Kepalanya celangak-celinguk memeriksa sekitar. Dirasa betul-betul aman, maksudnya, usai memastikan kalau di toilet hanya ada dirinya seorang, Alana kumpulkan rambutnya ke satu sisi. Gadis itu periksa lehernya dengan debaran gugup dalam dadanya. Alana mendesah kecil, mendadak perasaannya sedikit dongkol karena bekas cupangan Marsel masih terlihat sangat jelas.

Sial. Berapa lama sebenarnya tanda seperti ini akan memudar? Jemari Alana yang dingin saling memilin di depan perut sedang matanya tak pernah lepas dari cermin, menatap lurus maha karya Marsel di sana. Alana tak pernah mendapatkan hal seperti ini, wajar saja dia resah kalau sampai ada yang mengetahuinya.

Bahkan sejak pagi Alana terus menjauhi Paula, dia tak mau perempuan bermulut bawel itu jadi banyak tanya semisalnya nanti, Paula mengetahui tentang kissmark di lehernya. Mengingat sifat Paula yang gemar sekali menempel padanya. Paling lama Alana berinteraksi dengan gadis itu ya hanya saat mereka bermain bulu tangkis tadi.

Seorang perempuan yang tiba-tiba ikut membasuh tangannya ke wastafel di sebelah Alana lantas mengagetkan gadis itu dari lamunannya. Tubuh Alana terasa kaku untuk digerakkan saat Binar menatapnya dengan pandangan mengejek. Spontan Alana pejamkan matanya ketika dengan kurang ajarnya Binar kepikkan kedua tangannya yang basah sehabis dia cuci ke depan wajahnya.

“Gimana rasanya digempur sama Marsel habis-habisan? Pasti capek karena dia mainnya suka lama.” Binar tertawa menyebalkan saat Alana membuka matanya. Ia bersedekap dada lalu mengambil langkah maju mendekati Alana yang mencoba menghindarinya.

“—Ngomong-ngomong lo udah pacaran memangnya sama dia?” Binar sentuh ujung rambut Alana lalu memainkannya dengan jari telunjuk, ia terkekeh saat Alana dengan berani menepis tangannya. “Ya kali belum punya hubungan apa-apa tapi lo udah ngelakuin seks sama Marsel.” Tatapan Binar berubah mencela Alana. “Mahalan lonte dong kalau git—”

“Aku gak ngelakuin itu sama Marsel!” bantah Alana dengan tegas. Ringisan kecil keluar dari bibirnya saat punggungnya membentur dinding lumayan keras sebab Binar baru saja mendorongnya ke sana.

“Terus dileher lo ini apa hah?!” Binar cakar leher Alana satu kali hingga kulit putih gadis itu tergores lalu mengeluarkan darah segar sebab kuku Binar lumayan panjang sekarang, belum lagi ujungnya yang begitu tajam.

MARSELANA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang