41. PADA JINGGA INTAN YANG MENYILAUKAN MATA

90.4K 6K 1.5K
                                    

VOTE JANGAN LUPAAAA

41. PADA JINGGA INTAN YANG MENYILAUKAN MATA

Yang hancur perlahan dirangkai kembali. Namun meski sudah diperbaiki retaknya masih terlihat walau samar. Kisah senang mulai ditata sedangkan di depan sana ada sedih yang sedang menunggu.

***

Nyeri itu datang lagi, menghinggapi dadanya bersama rasa sakit yang begitu besar ketika ia membuka pintu mobil bagian penumpang. Marsel hela napasnya dalam-dalam guna mengurangi rasa bersalahnya pada perempuan berwajah teduh yang kini tengah terlelap dengan kedua matanya yang masih sedikit sembap.

Aku benci sama kamu.

Perkataan terakhir Alana untuknya kembali terngiang hingga Marsel tak kuasa lagi membendung air matanya yang sedari tadi ia tahan. Sakit sekali rasanya saat Alana yang mengucapkan kata itu. Meski Marsel tahu bahwa ia memang pantas untuk dibenci karena dirinya hanyalah seorang lelaki brengsek yang ingin jadi satu-satunya pria dalam hidup Alana. Marsel sendiri pun sadar, cara yang ia gunakan amatlah berlebihan dan egois.

Satu tetes bulir bening dari pelupuk matanya jatuh mengenai pipi Alana karena posisi berdirinya memang membungkuk untuk membangunkan gadis itu. Buru-buru Marsel seka kedua matanya saat Alana menggeliat kecil lalu kelopak matanya terbuka perlahan kemudian menyipit guna menyesuaikan cahaya yang masuk, sebelum kemudian dia tersadar sepenuhnya.

Jarak wajah mereka begitu dekat, Alana jadi lebih leluasa meneliti bulu mata panjang pun lentik yang Marsel miliki kini terlihat basah. Hal yang sama juga berlaku di pipi pria itu membuat Alana seperti turut merasakan sorot kesedihan di kedua bola mata hitam pekat Marsel yang sekarang tampak redup.

Kita sudah sampai.

Bisikan Marsel menyandarkannya. Dalam dada Alana seperti dihimpit ribuan batu besar ketika bibir Marsel melengkung ke atas, tersenyum getir sambil membantu melepaskan sabuk pengamannya. Alana sampai harus membuang muka ke sembarang arah supaya dirinya tidak terkecoh untuk kesekian kalinya.

Marsel menjauh agar Alana bisa keluar dari mobil. Ia persilahkan perempuan itu untuk berjalan di depannya. Alana tidak memberikan respon apapun, tapi tetap melangkahkan kakinya menuju hamparan pasir, meninggalkan Marsel yang terluka di belakang sana karena tidak mendapat gubrisan darinya

Senyuman kecil terbit di bibir Marsel. Tak apa bila Alana mengatakan terang-terangan bahwa dia membenci dirinya. Asalkan perempuan ini selalu berada dalam jangkauan matanya Marsel rasa tidak ada masalah dengan itu. Iseng Marsel rogoh ponselnya dari saku jaket kemudian memosisikan kameranya ke arah Alana lalu memotretnya diam-diam.

 Iseng Marsel rogoh ponselnya dari saku jaket kemudian memosisikan kameranya ke arah Alana lalu memotretnya diam-diam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dengusan geli Marsel terdengar saat dia pandangi hasil jepretannya. “Dasar pendek,” gumamnya sepelan mungkin supaya tak sampai ke telinga gadis itu.

MARSELANA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang