Dejavu

829 85 6
                                    

Mungkin kurang lebih setengah jam lamanya motor sport hitam milik Afan itu tampak berhenti di sebuah warung mie ayam yang terlihat cukup ramai malam ini. Mereka berdua turun dari atas motor, dengan Devi yang buru-buru melepaskan pengait helmnya sebelum di dahului oleh Afan. Ia masih sayang jantung, jantungnya bisa-bisa beneran copot jika terus di perlakukan manis oleh
pria tampan di sampingnya itu yang sialnya adalah mantan pacarnya.

Beberapa detik setelah helm Devi terlepas dari kepalanya, gadis itu tampak mengernyit menatap warung mie ayam di depannya itu. Matanya memicing, lalu menoleh ke kanan dan kiri seolah sedang mengingat sesuatu.

"Ini ... Warung mie ayamnya mang Deden kan?" tanya Devi menatap Afan setelah beberapa menit tampak berpikir.

Afan balas menatap Devi sambil mengangguk. “Iya, masih ingat juga lo ternyata kirain udah lupa"

"Emang lupa sih tadi kalau nggak ngeliat tulisannya, udah makin besar aja ya sekarang. Dulu kan cuman warung kecil gitu," kata Devi kembali menatap kesana kemari. Dua tahun lebih
meninggalkan Indonesia nyatanya keadaan di sana hampir semuanya berubah. Termasuk warung mie ayam langganannya dulu yang sekarang terlihat
jauh lebih besar dari dua tahun lalu saat ia dan Afan masih sering jajan kesini.

"Ya gitu, tapi soal rasa mah nggak usah diragukan lagi! Kaya rasa aku ke kamu nih yang nggak pernah berubah." sahut Afan ikut memandangi warung di
hadapannya itu sambil tersenyum tipis.

Devi spontan menoleh cepat. “Ish apaan sih!" katanya kembali memalingkan wajah karena pipinya langsung terasa memanas hanya karena mendengar sedikit kalimat dari mantan pacarnya itu.

"Serius Vi," sahut Afan menoleh menatap Devi.

"𝙏𝙚𝙩𝙖𝙥 𝙩𝙚𝙣𝙖𝙣𝙜 𝙑𝙞 𝙩𝙚𝙩𝙖𝙥 𝙩𝙚𝙣𝙖𝙣𝙜 ... 𝙄𝙣𝙜𝙖𝙩 𝙩𝙪𝙟𝙪𝙖𝙣 𝙡𝙤 𝙙𝙖𝙧𝙞 𝙧𝙪𝙢𝙖𝙝 𝙩𝙖𝙙𝙞, 𝙡𝙤 𝙠𝙪𝙙𝙪 𝙥𝙪𝙧𝙖-𝙥𝙪𝙧𝙖 𝙗𝙞𝙖𝙨𝙖 𝙖𝙟𝙖 𝙗𝙞𝙖𝙧 𝙨𝙚𝙢𝙪𝙖𝙣𝙮𝙖 𝙗𝙚𝙧𝙟𝙖𝙡𝙖𝙣 𝙙𝙚𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙡𝙖𝙣𝙘𝙖𝙧. 𝙅𝙖𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙗𝙖𝙥𝙚𝙧 𝙖𝙥𝙖𝙡𝙖𝙜𝙞 𝙨𝙖𝙢𝙥𝙖𝙞 𝙣𝙜𝙚𝙧𝙚𝙤𝙠 𝙥𝙡𝙞𝙨𝙨𝙨!" batin Devi.

"Ekhm, yok lah buruan masuk kita, duhh udah nggak sabar gue pengen ngicipin gimana rasanya sekarang!" cetus Devi terlihat antusias setelah berdeham singkat.

"Ck, tadi aja pake drama nggak mau segala!" cibir Afan.

"Ck, gue nggak tau ya kalau lo bakal bawa gue kesini. Kalau tau dari awal tujuan lo kesini mah gue nggak bakalan nolak kali!" sahut Devi balas berdecak.

Afan terdengar mendengus. "Tiba-tiba laper gue, mampir sini dulu bentar nggak papa lah"

"Ya udah sih ayo buruan masuk!" ajak Devi semakin antusias.

Entah sadar atau tidak, Devi malah terlihat menggandeng tangan Afan lebih dulu dan menariknya untuk memasuki warung mie ayam tersebut. Memang jika soal mie ayam Devi
paling semangat, karena itu adalah makanan kesukaannya sedari masih kecil. Apalagi warung mie ayam yang sudah dua tahun tidak pernah lagi ia cicipi rasanya itu, ah lidahnya benar-benar sudah rindu ingin kembali memakan makanan yang
pernah menjadi favoritnya itu.

"𝙂𝙪𝙚 𝙠𝙞𝙧𝙖 𝙨𝙚𝙩𝙚𝙡𝙖𝙝 𝙙𝙪𝙖 𝙩𝙖𝙝𝙪𝙣 𝙙𝙞 𝙡𝙪𝙖𝙧 𝙣𝙚𝙜𝙚𝙧𝙞 𝙡𝙤 𝙗𝙖𝙠𝙖𝙡 𝙡𝙪𝙥𝙖 𝙨𝙖𝙢𝙖 𝙢𝙖𝙠𝙖𝙣𝙖𝙣 𝙠𝙚𝙨𝙪𝙠𝙖𝙖𝙣 𝙡𝙤 𝙞𝙣𝙞, 𝙩𝙖𝙥𝙞 𝙩𝙚𝙧𝙣𝙮𝙖𝙩𝙖 𝙜𝙪𝙚 𝙨𝙖𝙡𝙖𝙝.'" batin Afan sambil menatap telapak tangannya yang saat ini di tarik oleh Devi. Entah itu sebuah kesengajaan atau bukan, tapi ia senang melihat akan hal itu.

Mantan Cantik Badboy TanpanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang