Taman

811 90 16
                                    

Seperti kata Afan beberapa saat lalu, mereka benar-benar tidak langsung pulang dan malah terlihat mampir dulu ke taman kota. Bukan kemauan Afan sebenarnya, Devi lah yang tadi tiba-tiba mengajaknya berhenti karena melihat
pedagang telur gulung di sana. la yang memang suka sekali ngemil terutama jajanan di pinggir jalan seperti ini, tentu saja langsung antusias melihat makanan itu di jual di sana.

Dan saat ini, keduanya sedang duduk di salah satu kursi panjang dengan Devi yang sudah tampak sibuk menyantap makanannya. Sedangkan Afan hanya diam, sambil terus menatap lekat Devi
yang berada tepat di sampingnya.

"Lo beneran nggak mau?" tanya Devi menyodorkan makanan di tangannya itu kepada Afan.

Afan menggeleng, "Enggak buat lo aja, udah kenyang gue"

"Ya udah gue habisin kalau gitu,"

"Emang lo belum kenyang?" tanya Afan.

"Udah sih, tapi pas ngeliat jajanan ini iman gue nggak kuat, tergoda gue, sayang banget kan kalau nggak di makan mumpung ada yang jual." sahut Devi.

Afan mendengus sambil memutar bola matanya malas. “Bilang aja masih lapar!"

“Siapa bilang, gue udah kenyang kok. Ngemil sama makan beda jalur ya Fan, tadi makan kalau ini tuh ngemil!" sahut Devi mengoreksi.

"Hm terserah lo, asal lo bahagia mah gue ngikut!" pungkas Afan. Baginya berdebat dengan perempuan hanya satu persen kemungkinan untuknya bisa menang!

"Dih emang iya?"

"Menurut lo?" sahut Afan balik bertanya.

“Nggak tau," kata Devi menggeleng sambil mengedikkan kedua bahunya.

Setelah itu keadaan menjadi hening. Devi tampak sibuk menikmati makanannya, sedangkan Afan masih terus sibuk menatap Devi tanpa merasa
bosan. Hingga beberapa menit setelahnya, Afan lah yang terdengar lebih dulu memecah keheningan diantara mereka.

"Vi, lo .. Masih ingat nggak kalau tempat ini adalah tempat terakhir kali kita ketemu waktu itu sebelum lo mutusin buat pergi dan ninggalin gue?" celetuk Afan setelah beberapa menit hanya diam sambil
terus menatap wajah Devi.

Deg ...

Devi spontan menghentikan aktivitasnya, mulutnya bahkan dengan spontan ikut berhenti mengunyah begitu mendengar perkataan Afan barusan.
Jantungnya jangan di tanya lagi, tentu saja sudah langsung berdisko hebat di dalam sana.

"𝘼𝙣𝙟𝙞𝙧𝙧! 𝙡𝙮𝙖 𝙟𝙪𝙜𝙖 𝙮𝙖, 𝙠𝙤𝙠 𝙜𝙪𝙚 𝙨𝙖𝙢𝙥𝙖𝙞 𝙝𝙖𝙢𝙥𝙞𝙧 𝙡𝙪𝙥𝙖 𝙠𝙖𝙡𝙖𝙪 𝙩𝙖𝙢𝙖𝙣 𝙞𝙣𝙞 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙙𝙪𝙡𝙪𝙣𝙮𝙖 𝙢𝙚𝙣𝙟𝙖𝙙𝙞 𝙨𝙖𝙠𝙨𝙞 𝙜𝙪𝙚 𝙢𝙪𝙩𝙪𝙨𝙞𝙣 𝙞𝙣𝙞 𝙗𝙤𝙘𝙖𝙝 𝙙𝙪𝙖 𝙩𝙖𝙝𝙪𝙣 𝙡𝙖𝙡𝙪. 𝘿𝙪𝙝𝙝 𝙂𝙪𝙨𝙩𝙞 ... 𝙈𝙖𝙢𝙥𝙪𝙨 𝙜𝙪𝙚 𝙠𝙖𝙡𝙖𝙪 𝙣𝙞𝙝 𝙗𝙤𝙘𝙖𝙝 𝙨𝙖𝙢𝙥𝙖𝙞 𝙣𝙜𝙖𝙟𝙖𝙠𝙞𝙣
𝙗𝙖𝙝𝙖𝙨 𝙝𝙖𝙡 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙪𝙙𝙖𝙝 𝙡𝙖𝙢𝙖 𝙗𝙚𝙧𝙡𝙖𝙡𝙪𝙝!" batin Devi yang lagi-lagi kembali merasa gugup.

"Lo tau? Gue sempat nggak memiliki semangat hidup lagi waktu itu, dan apa lo juga tau? Gue hampir aja gila gara-gara lo pergi dari hidup gue waktu itu Vi!" kata Afan lagi sambil terkekeh kecil lalu menyandarkan tubuhnya ke kursi panjang
di belakangnya.

"𝘿𝙖𝙣 𝙖𝙨𝙖𝙡 𝙡𝙤 𝙩𝙖𝙪 𝙟𝙪𝙜𝙖 𝙁𝙖𝙣, 𝙜𝙪𝙚 𝙣𝙜𝙜𝙖𝙠 𝙥𝙚𝙧𝙣𝙖𝙝 𝙢𝙖𝙪 𝙢𝙚𝙡𝙖𝙠𝙪𝙠𝙖𝙣 𝙞𝙩𝙪. 𝙂𝙪𝙚 𝙩𝙚𝙧𝙥𝙖𝙠𝙨𝙖, 𝙠𝙚𝙖𝙙𝙖𝙖𝙣 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙢𝙚𝙢𝙖𝙠𝙨𝙖 𝙜𝙪𝙚 𝙪𝙣𝙩𝙪𝙠 𝙢𝙖𝙪 𝙢𝙚𝙡𝙖𝙠𝙪𝙠𝙖𝙣 𝙞𝙩𝙪 𝙨𝙚𝙢𝙪𝙖!" sahut Devi yang sayangnya hanya mampu ia ucapkan di dalam hati.

Mantan Cantik Badboy TanpanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang