Doce

15 4 0
                                    

DIMOHON UNTUK TIDAK MENJADI SILENT READER
TINGGALKAN JEJAK KALIAN ⏬⏩
.
.
.
"Apa maksudnya?"

~^°°••°°^~

Untuk beberapa saat aku terdiam lagi. Lebih tepatnya kami berdua. Otakku masih loading memikirkan perkataannya.

"Aku suka pertemanan kita. Ini sangat menyenangkan," ucapnya.

Aku langsung bernapas lega. Ternyata hanya pertemanan.

"Thank you, Heera. Kau sudah membuatku tertawa hari ini," ucapnya lagi. Aku segera menyahut, "Kau juga sudah membuatku tertawa hari ini."

"Berjanjilah bahwa tawa ini akan selalu ada selamanya. Tidak akan ada air mata di antara kita, Heera." Dia berucap demikian membuatku kembali terdiam. Aku merasa bahwa Deva benar-benar menganggapku sebagai someone spesial. Hubungannya memang tidak lebih dari sekedar sahabat, tapi dia menganggapku sebagai kebahagiaannya.

Tidak ada yang salah sebenarnya. Aku tahu bahwa Deva memang anak pendiam sebelumnya, seperti yang kuketahui dari cerita masa lalunya.

"Aku tidak berjanji, tapi akan kupastikan, aku tidak akan mengecewakanmu." Aku memberikan senyumanku setulus mungkin. Senyuman ini seakan membuatku berjanji pada diriku untuk tidak menggoreskan luka di hatinya.

Aku ingin mencoba untuk menghapus traumanya.

"Kau harus berjanji!" pintanya mendesakku.

"Aku tidak berjanji."

"Harus berjanji!"

"Deva ... aku tidak ingin berjanji. Tapi aku akan memastikan kau tidak akan kecewa padaku."

"Jika kau tidak berjanji, itu artinya kau akan melakukan hal itu."

Lantas aku bertanya, "Hal itu apa?"

"Membuatku kecewa suatu saat."

"Bagaimana jika kau yang melakukan hal itu padaku?" Aku balik bertanya, lalu dengan santainya dia menjawab, "Aku sudah berjanji padamu, bagaimana mungkin aku melakukannya."

"Janji bisa diingkari, bagaimana jika kau mengingkari janjimu?" Aku bertanya lagi.

"Kalau begitu aku berjanji untuk tidak mengingkari janjiku!" Kali ini dia menatapku dengan mengacungkan jari kelingkingnya sebagai pinky promise.

"Apa aku juga harus berjanji?"

"Harus! Kau harus berjanji! Sekarang berjanjilah padaku!" pintanya, lalu aku mengaitkan jari kelingking milikku.

Pada hari ini, pinky promise sudah kami lakukan. Itu artinya, dalam persahabatan ini kami sudah berjanji untuk tidak saling menyakiti satu sama lain.

"Apa kau masih ingat saat hujan deras? Aku pernah bilang padamu, suatu saat aku ingin mengajakmu bermain hujan," ucapnya.

"Ya, aku ingat. Tapi aku takut. Takut bagaimana kalau aku sakit lagi?" tanyaku, namun ekspresinya terlihat seperti orang kaget saat menoleh padaku.

"Kapan kau sakit?" Dia bertanya, dan kali ini aku yang sedikit kaget.

Lupa jika saat itu aku tidak memberitahunya kalau aku demam setelah paginya aku melewati hujan yang sedang turun.

Senja di Barcelona Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang