9. Sosoknya

406 28 5
                                    

"Tidak semua hal baik membawa kebahagiaan."
.
.
.
.
🦋🦋

Orang paling jahat, ialah sang manipulatif. Dia baik, tetapi mematikan. Bicaranya lembut, namun tajam.

Terkadang, penjahat masih lebih memiliki hati nurani dari pada manusia baik itu sendiri. Karena tidak ada yang tau bagaimana hati manusia itu. Bahkan mereka sendiri sulit memahami apa isi hatinya.

"Wah, siapa nih? Berani banget masuk kawasan kita."

"Nyasar Dek?"

Manik gelap dalam bingkainya menatap takut. Ia lalu menghela nafas kecil. Melirik sekitarnya yang sangat sepi. Sial dirinya karena memiliki kesini.

Saat ini kelasnya diberi tugas seni-budaya. Menggambarkan keindahan alam lewat apapun yang mereka suka. Seperti puisi atau lukisan. Dan ia memilih menggambar satu tempat yang menurutnya indah.

Taman belakang sekolah yang jarang didatangi. Ada pohon beringin besar disana. Banyak bunga liar yang tumbuh disekitarnya. Sangat indah dimatanya.

Namun sayangnya, ia belum tau. Bila tempat ini dikuasai oleh beberapa anak nakal. Seperti memiliki area mereka sendiri untuk bermain. Luka melupakan hal tersebut.

"Bawa ke bos lah, seneng dia dapat mainan."

Dua pemuda dengan pakaian yang urakan. Tidak mencerminkan bagaimana baiknya pelajar. Padahal sekolah ini, termasuk sekolah elit. Entah bagaimana mereka lolos.

Luka mematung kala bahunya ditarik. Takut dengan raut menyeramkan keduanya. Dengan kaku ia mengikuti kemana dirinya ditarik.

Gudang belakang yang berada berpisah dari gedung lain. Terlihat tidak terurus, atau sudah lama ditinggalkan. Namun ternyata, disana markas mereka.

Sungguh, Luka rasanya ingin berteriak memarahi Arka yang berkerja tidak becus. Bagaimana bisa melewati tempat ini. Atau memang sudah ada sesuatu diantara mereka.

Luka tak bodoh, bila mereka santai saja berkeliaran disini. Kemungkinan besar sudah ada perjanjian tempat kuasa.

"Boss! Gua bawa mainan nih!"

Ia menahan nafasnya kala mencium bau asap rokok. Memalingkan pandangannya cepat. Enggan menatap kumpulan pemuda nakal itu.

Tempat ini antara baik dan buruk. Lantai kotor dengan puntung rokok, selebihnya hanya debu. Tidak ada sampah lain. Banyak kursi dan meja usang. Atau rusak tak terpakai. Ada juga beberapa matras yang tengah digunakan beberapa anak duduk dan tiduran.

Sosok yang duduk diatas salah satu matras sendirian. Ia bersandar ke dinding dengan satu kaki tertekuk. Menyesap satu rokok ditangan kirinya santai. Mata tajam yang menyorot dingin.

"Nemu dimana Lo?" Salah satu anak bertanya. Mendekat dengan penasaran.

"Dia masuk kawasan kita. Keknya belum tau, maklum anak baru." Jawab salah satu yang tengah memegangi tas sekolah Luka agar tidak kabur.

Anak itu menunduk dengan diam. Tak berani menatap apapun. Juga tengah mengatur detaknya sendiri.

Sosok yang dipanggil Bos mengangguk kecil. Mematikan rokoknya, lalu membuang jauh. "Bawa tasnya kesini." Perintahnya dengan datar.

SILENTIUM || End✓Where stories live. Discover now