BAB 44 : Liberty

78.6K 5.9K 5.8K
                                    

Alhamdulillah sampe juga di chapter inii 😭🖐🏻

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Alhamdulillah sampe juga di chapter inii 😭🖐🏻

Ini last chapter di versi lama kemarin, jadi buat selanjutnya itu beneran part terbaru yang nggak pernah dipublish 🤏🏻  Hhew, ayo ramein 💙

****

Rerumputan yang menjalar liar, adalah hal pertama kali ia injak ketika memasuki sebuah kawasan pemakaman. Orang itu berdiri menghadap sebuah pusara—yang terlihat kecil dan minimalis layaknya ukuran seorang bayi. Matanya membaca nisan tersebut dengan sorot nanar. Setelah kepergian orang tuanya, pusara kecil ini jarang disambangi lagi oleh siapapun, sebab keluarga besarnya... tidak ada yang tahu.

Xabiru Cakrawangsa
Bin
Adrian Cakrawangsa
Lahir : Melbourne, 02 - November
Wafat : Jakarta, 11 - Juli

Pemilik identitas sesungguhnya, yang dimakamkan saat berusia 8 bulan. Kehadiran bayi yang belum sempat diperkenalkan pada keluarga besar Cakrawangsa, sebab tragedi sudah menimpa lebih dulu di hari pertama Ayudia dan Adrian kembali ke Indonesia.

Mereka kehilangan buah hatinya. Kehilangan minat untuk melanjutkan niat. Sakit dan terpukul. Maka tanpa bertemu dengan Mahesa dan yang lainnya, Adrian membawa Ayudia pulang ke Melbourne usai memakamkan putra kandung mereka di sini. 6 tahun kemudian, Adrian kembali ke Indonesia dan datang menemui Cakrawangsa bersama anak lelaki yang dinamai serupa seperti anak mereka.

Entah siapa anak lelaki itu. Dia tidak tahu dari mana Adrian dan Ayudia menemukan, dan mengadopsi anak lelaki kuat tersebut hingga semua orang mengenalnya sebagai cucu pertama Cakrawangsa sampai sekarang.

"Maaf," gumamnya, menunduk sesal pada pusara bayi tersebut. "Maaf, Xabiru."

—oOo—

Orang gila mana yang demam setelah ditembak crush-nya sendiri? Xabiru Cakrawangsa palsu alias Zayyan Tahta Valerian.

Selesai mengantarkan Shea ke rumah dari halte semalam, Xabiru pulang dengan langkah limbung. Suhu tubuh lelaki itu mendadak tinggi, betulan demam sampai Dikta harus mencekoki lelaki itu dengan sirup penurun panas. Selama ini Xabiru yang terbiasa mengejar Shea, melihat gadis itu seperti objek yang susah dijangkau. Jadi ketika Shea tanpa aba-aba mengajaknya jadian lebih dulu, efek sampingnya terlalu kesamping. Syoknya terlalu luar biasa.

Untung saja demamnya hanya berlangsung satu malam. Saat pagi lelaki itu sudah baikan. Jangan sampai Barra tau, nanti lelaki itu akan rusuh mengirimkan baby Koolfever milik Mochi untuk ditempeli di kening Xabiru.

Shea Annora : Lo masuk sekolah nggak? Kata Dikta, semalem lo sawan. Sawan kenapa, deh? Ikut prihatin, Ru 😔🙏🏻

Xabiru terbatuk. Dikta bangsat, tukang cepu!

Xabiru Cakrawangsa : Sekolah lah, gue sehat.
Xabiru Cakrawangsa : Masih di rumah atau udah berangkat?

Shea Annora : Udah berangkat, tapi belum sampe sekolah. Tadi nebeng ke Papa sampe kedai bubur yang di pertigaan. Sekarang lagi sarapan. Sini, A. Sarapan bareng.

ENIGMA : Last FlowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang