Dosen Jeon

647 60 6
                                    

-DOSEN JEON-

Jeon Jungkook melepas tali piyamanya, menyisakan kain segitiga warna coklat muda bertuliskan gucci. Kim Taehyung berdiri tegak, setegak miliknya kini yang langsung terangsang melihat kejantanan Jungkook melengkung di balik celana dalam.

Jeon Jungkook melangkah, mendekati tubuh Taehyung yang bergetar, wajah pucat dan mulut tak terkatup rapat. Jungkook masih memegang ponsel di tangan kirinya. Ia memencet kontak keluar bertuliskan 'sweet Kim-dan' yang langsung membuat ponsel di tangan kiri Taehyung bergetar.

"Angkat!" titah Jungkook dengan suara tegas.

Tangan Taehyung terasa kaku, bahkan untuk mengangkat lengannya. Matanya masih lurus menatap wajah Jungkook yang terlalu indah untuk dilewatkan.
Melihat tak ada gerakan dari Taehyung. Jungkook semakin berjalan mendekat, merampas ponsel di tangan Taehyung tanpa permisi. Melihat daftar nama yang tertera, dan ia terkejut melihat nama yang tertera di layar.

"Sister Yuna?" lirih Jungkook tak percaya. Kedua alisnya bertaut. Rasa penasaran, membuat ia memencet tombol hijau untuk memastikan bahwa dugaannya tidak salah.

"Tae, bagaimana malam pertamamu tidur di asrama?" Terdengar suara perempuan, yang membuat Jungkook menjauhkan ponsel milik Taehyung dari telinganya.

Tanpa menunggu lagi, pemuda itu langsung merebut ponsel yang berada di genggaman Jungkook. Menjawab pertanyaan kakak perempuannya dengan cepat. Sebisa mungkin menahan rasa gugup di dada.

"Eonnie, a-aku sangat betah di sini!"
Kim Taehyung mengambil kesempatan untuk pergi dari sana. Selagi sang dosen masih sibuk dengan pikirannya. Bagaimana mungkin ia salah mendeteksi?

Jeon Jungkook sejak awal sudah curiga pada siswa culun yang selalu menguntitnya. Di jam yang sama, siswa itu terciduk sedang onani, tepat di saat Jungkook melakukan fore play virtual bersama pasangan role play-nya.

Jungkook sudah yakin, saat ia menekan panggilan pada kontak Kim-dan, dan ponsel Taehyung bergetar di waktu yang sama. Ia pikir itu adalah panggilan masuk dari dirinya. Ternyata itu panggilan dari orang lain.
Jika begini, Jungkook meragu. Jangan-jangan ia salah menduga. Bagaimana jika Kim-dan yang sedang dipikirkan Jungkook adalah orang lain? Bukan mahasiswanya yang bernama Kim Taehyung?

Wah, padahal Jungkook dengan sangat percaya diri tanpa malu lagi, sudah mempertontonkan miliknya tadi. Ini bisa jadi bahan tertawaan, jika ia benar-benar salah orang.
Kenapa aku tidak memastikan dulu, sebelum membuka baju? Bagaimana jika ia merasa dilecehkan dan melapor pada Dekan?
Bisa sia-sia perjuanganku sampai di sini. Ish, sejak kapan kau jadi sebodoh ini Jeon Jungkook. Rutuknya pada diri sendiri.

.
.

Kim Taehyung mengusap dadanya pelan, ia berjalan tergesa ke kamarnya setelah memutus sambungan telepon dengan Yuna. Ia bersyukur, kakaknya itu menelpon tepat di saat sang Dosen melakukan hal yang sama, yang lebih menguntungkan adalah panggilan Yuna yang masuk lebih dulu, bukan panggilan Jeon Jungkook.

Pintu kamar sudah terkunci, Taehyung mencoba mengetuk pintu beberapa kali agar temannya di dalam mendengar kedatangannya.

Namun, beberapa detik berlalu. Tak ada tanda-tanda bahwa pintu akan terbuka. Taehyung mencoba memanggil nama mereka satu-persatu.

"Chanyeol!"

"Baekhyun!"

"Jiminshi!"

Masih tak ada sahutan, sampai sang pembina siswa pembawa kesialan lewat, tepat di belakang Taehyung.

"Aturan di asrama, tidak boleh berada di luar kamar melebihi jam sepuluh malam. Jika masih ada yang berkeliaran di luar jam yang ditentukan. Maka teman sekamarnya tidak boleh membukakan pintu, karena itu hukuman bagi yang tidak taat aturan!"

"Tapi Pak, saya baru saja kembali dari kamar dosen Jeon!"

"Tidak ada pengecualian!" bentak Seokjin dengan mata bulatnya yang melotot ke arah Taehyung.

"Terus, saya harus tidur di mana, Pak?" Taehyung memasang wajah melas, matanya mulai berkaca, dengan bibir bawah yang bergetar menahan tangis.
Terlihat seperti anak SD yang baru dijauhi teman sekelasnya. Nyatanya Taehyung hanya berdrama, agar pembina mahasiswa bernama Seokjin itu memberinya belas kasihan.
Ia tidak tahu bagaimana nasibnya akan berakhir, jika di hari pertama ia tinggal di asrama, dan harus tidur di luar kamar bersama nyamuk dan kegelapan, jangan lupakan cuaca dingin, yang membuat Taehyung susah untuk terpejam.

"Kau bisa tidur di aula, di lab, di kelas, atau di kantin," sahut Seokjin ketus.

"Saya tidur di lantai begitu? Tanpa alas tanpa bantal?" Taehyung benar-benar ingin menangis rasanya, tapi Seokjin tidak menampakkan wajah iba.

"Terserah! Kalau ingin tidur di tempat yang nyaman. Kau bisa numpang di kamar dosen!" sahut Seokjin dengan bibir tengah yang ditarik ke atas, dan bibir bawah yang diteuk menyerupai bulan sabit terbalik.

"Dosen?" Taehyung mengulang nama tersebut, untuk mendengar jawaban yang meyakinkan hatinya. Sayangnya Seokjin sudah pergi secepat tokoh super hero flazz.

Taehyung masih berdiri di depan pintu kamarnya. Tidak ada suara yang terdengar dari dalam, teman-temannya pasti sudah terlelap. Tak ada pilihan lain, jika Taehyung ingin malamnya tidak berakhir dengan kulit bentol, leher kaku, dan tubuh menggigil. Satu-satunya jalan agar ia bisa tidur dengan tenang adalah. Menumpang di kamar Dosen. Mengenyampingkan rasa malu dan takut. Ia harus berusaha demi menyelamatkan kulit mulusnya dari gigitan nyamuk. Juga tubuh sensitifnya yang rentan terhadap hawa dingin.

"Baiklah Mister, aku akan datang padamu!" ujar Taehyung pada diri sendiri.

Setiap anak tangga yang ia pijaki, terdengar gerutuan yang Taehyung, yang ia utarakan pada diri sendiri.
Seperti : "Ini semua gara-gara dosen Jeon mesum itu. Coba saja jika dia bisa mengendalikan hormonnya. Pasti aku tidak akan berakhir seperti ini!"

"Aku juga yang bodoh, sudah tahu ini asrama khusus. Sudah tahu di sini dijaga pembina mahasiswa super galak. Masih saja ceroboh, dan seenaknya terbuai oleh godaan Jaekyung sialan itu!"

Gerutuan Taehyung berhenti, saat ia sudah sampai di depan pintu kamar seorang dosen. Satu tarikan napas panjang Taehyung lakukan. Tangannya terangkat dengan ragu, tapi otaknya memaksa agar jari-jari itu melakukan tugasnya dengan sepenuh hati, yaitu mengetuk pintu.

Satu ketukan, masih tak ada sahutan. Ketukan yang kedua, terdengar jawaban dari dalam.

"Tunggu sebentar!"

Begitu pintu dibuka, Taehyung langsung membungkuk memberi hormat.

"Selamat malam Mr Kim. Bolehkah saya menginap di kamar anda malam ini?"
Kim Namjoon menaikkan kedua alisnya. Ia mendekatkan telinganya ke wajah Taehyung untuk mendengar perkataan pemuda itu lebih jelas.

"Saya mau menumpang tidur di kamar anda malam ini, Boleh?" Taehyung mengulang kembali perkataannya dengan wajah tertunduk.

"Boleh, silakan masuk!" jawab Kim Namjoon dengan ramah.

Kim Taehyung akhirnya bisa bernapas lega. Sungguh ia khawatir Dosen Kim akan mengusirnya, atau membentaknya seperti yang biasa Seokjin lakukan.

Begitu pintu ditutup dari dalam, seseorang yang sejak tadi mengamati di balik pot tinggi. Meremas jemarinya sendiri, sambil menggemeretakkan giginya.

"Berani sekali dia mendekati dosen incaranku," geramnya.

.
.
.

Tbc.

VIRTUAL SEKS PLAY [ KOOKV VERSION ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang